Setelah mengantar Darania dan Mamah Yesa. Ia kembali kembali ke Resto. Pekerjaanya masih menunggunya, untuk ia kerjakan, Karna, Lilian tak masuk, dan Darania meminta izin pada dua jam terakhir.
Kring kring kring.
Suara telpon Azka, berbunyi sedari tadi. Namun ia tak sempat, mengangkat telponya. Laki-laki itu, terlalu sibuk melihat layar laptop-nya mengerjakan pekerjaannya dengan konsentrasi tinggi dan fokus, sampai suara telpon pun tak di gubrisnya.
Soni masuk ruangannya, hanya Soni yang bebas keluar-masuk ruang Azka. Ia duduk dihadapan Azka, yang tak menyadari kehadiran Soni.
Soni menggelengkan kepalanya, "Ada yah, manusia gila kerja seperti ini," pikir Soni dalam hatinya. Azka termasuk laki-laki yang gila kerja. Saat Ia bekerja tak pernah memperhatikan sekitar, selalu sibuk dengan dunianya sendiri.
"Woi!" seru Soni, sembari memukul meja dengan kedua tangannya, membuyarkan konsentrasi Azka.
Azka terkejut, melirik Soni sembari melihat jam tangannya, sudah menunjukan jam 08.00 malam.
"Ada apa?" tanya Azka, menutup laptop-nya. Karna, bila Soni sudah ke ruangannya, Ia tak akan pernah bisa bekerja lagi.
"Lo tidak denger, ponselmu, berdering sedari tadi!" seru Soni gemes.
Azka mengerutkan keningnya, mengecek ponsel di saku celananya. Ada lima puluh panggilan tak terjawab dari jam 06.00 sore. Dua puluh chat WA, lima diantaranya, chat dari Soni dan Darania. Panggil tak terjawab itu, dari Arya, Ibu Arisa dan bahkan Arta.
"Mas ke rumah sakit Ibu dan Anak Harapan sekarang? Nadia mau melahirkan." Isi chat Wa dari jam 05.00 sore, pertanda Arya.
Azka bergegas membereskan meja di ruangannya yang berantakan, kemudian beranjak dari tempat duduknya.
"Mau ke mana Lo?" tanya Soni lagi, masih duduk di kursinya.
"Nadia mau melahirkan," ucap Azka mulai melangkah.
"Lo telat, Nadia sudah melahirkan dari jam 7.00 malam!" seru Soni memberitahu Azka.
"Kok Lo bisa tau?" tanyanya sembari menoleh ke arah Soni.
"Makanya ponsel itu, jangan cuman di jadikan panjangan doang, taro di jidat kali, biar langsung angkat kalau ada yang menelpon!" gerutu Soni sebel.
Azka tersenyum, sembari mengaruk kepalanya yang tak gatal.
"Sedari tadi, Ibu sama adik Lo, menelpon terus. Tapi lu, tidak angkat, makanya mereka menelpon gue. Untung gue masih di sini," omel Soni merasa sebal.
"Dasar jomlo kelas kakap," ledek Soni.
Azka, berjalan mendekati Soni, dan mulai memukul kepala Soni, dengan sengaja. Sambil tersenyum mengejek.
"Awww," gumanya mengelus kepalanya sendiri, kemudian membalas Azka dengan mendekap tubuh Azka dari belakang, dan membantingnya ke lantai, hingga keduanya terjatuh secara bersamaan. Dan tertawa bersama-sama berbaring di lantai ruangan Azka.
Bila sudah bersama, Azka Soni mau pun Arya selalu menjadi anak kecil, bersantai sejenak untuk membuat pikiran mereka rileks.
Azka beranjak, "Lo mau ikut ke rumah sakit?" ajak Azka.
"Boleh, tapi gue nebeng yah?"
"Emang motor loe, kemana?"
"Gue males bawa motor, kan harus balik ke Resto lagi jam 10.00 malam ini."
"Oh, pesenan daging sama sayur datang malam ini."
"Yapp"
"Ko, Lo masih di sini?"
"Gara-gara Lo, jadi kesini, jam segini!"
"Lah?"
"Coba lo angkat telpon sedari tadi, gue tidak akan menyusul ke sini?"
"Maaf yah?"
"Ha, Lo sudah membuat gue rugi, padahal gue sudah bayar?" Soni cemberut.
Azka tersenyum, "Mending Lo mencari istri, dari pada seperti ini, tidak takut terkena penyakit kelamin apa? Gonta- ganti gadis terus," ucap Azka serius.
"Lo tidak mengerti,..." ucap Soni terhenti karna, Azka berjalan sudah semakin jauh.
"Azka, kebiasaan, Lo meninggalkan gue, yang lagi ngomong penting," ucap Soni berlari menuju mobil Azka, yang sudah sedari tadi masuk mobilnya.
"Gue males, mendengar ucapan Lo?" mulai menyetir meninggalka parkiran Resto milikinya.
"Lo jangan terlalu polos dong! ini 2019."
"Memang apa hubungannya?"
"Yah cari gadis, untuk jadi istri Lo? Arya udah punya anak, lu kapan?".
"Lo ngeledek gue? Mentang-metang pernah menikah!"
"Darania gimana?"
"Maksud Lo apa?"
"Yah, Darania dia cantik kan?"
Uhuk Uhuk Uhuk.
Tiba-tiba saja, Azka tersedak saat Soni memuji Darania?
"Lo kenapa ka?"
"Gue, tidak apa-apa?"
Soni melirik Azka, "Yakin."
"Iya."
Azka dan Soni pun sampai di rumah sakit, namun sikap Azka membuat Soni curiga.
Azka menuju tempat persalinan. Namun ternyata Nadia sudah di pindahkan ke ruangan inaf.
Nadia melahirkan dengan normal dengan berat badan bayi 3,3 kg dengan tinggi 55 cm dan berjenis kelamin perempuan.
Azka begitu takjub melihat bayi mungil itu, di ruang bayi. Nadia sedang menyusui bayi yg baru lahir.
Malam itu ada lima yang melahirkan, semua berjenis kelamin laki laki hanya bayi Nadia yang perempuan.
Perasaan Azka begitu tenang setelah melihat bayi-bayi kecil itu. Ada rasa bahagia didalam hatinya, ia berharap suatu saat nanti Azka bisa punya bayi sendiri.
Lamunan Azka buyar begitu seseorang menepuk punggung Azka. Azka pun menoleh.
"Ibu." panggilnya.
"Kamu dari mana saja, dari tadi ibu telpon tidak diangkat-angkat," omel Ibu Arisa.
"Maaf Bu?"
Pandangan Azka, mulai teralihkan saat dilihatnya seseorang sedang mengobrol dengan Soni.
"Azka dengerin dengarkan Ibu!" seru Ibu Arisa, pada putra sulungnya ini.
"Dengar Bu," ucap Azka namun tak memperhatikan wajah ibunya. Azka tertuju pada soni dan perempuan yang sedang berbicara dengannya sampai ketawa-tawa membuatnya merasa cemburu.
Ibu Arisa menoleh ke belakang. Penasaran dengan apa yang dilihat putra sulungnya, sampai tak memperhatikan ucapan Ibunya.
"Itu Darania sama Soni, kok akrab banget yah?" tanya Ibu Arisa kecewa
"Iya, itu Darania dan Soni," jawab Azka datar.
"Kamu cemburu," goda Ibunya.
"Cemburu, kenapa?" tanya Azka, pura-pura cuek, walau hatinya begitu berdebar tak karuan. Dan ada rasa kesal, saat melihat mereka begitu akrab.
"Kamu, tak tertarik pada gadis itu?"
"Ibu ngomong apa? tidak jelas," berpaling, tak ingin Ibunya, tahu kalau ia cemburu melihat mereka bersama.
"Yakin tak tertarik pada gadis itu?"
"Aku tidak tau Bu,?"
"Dia cantik loh?"
Azka tersenyum, melirik wajah Darania. Gadis itu memang cantik. Membuat hatinya selalu berbesar bila melihatnya.
Bu Aris, melihat sepasang mata itu, berbinar melihat Darania. Walau ia tak berkata jujur. Namun ibu Arisa yakin, putranya sudah jatuh cinta pada gadis itu?
Pandangan Darania terus tertuju pada Azka, walau ia berbicara pada Soni. Soni memperhatikan, Darania tertarik pada Azka. Begitu juga Azka. Mereka berdua, diam-diam mencuri pandang. Darania berhasil membuat, hati Azka lulus, benteng pertahanannya roboh karna gadis ini. Membuat Soni, mundur untuk tak masuk diantara Azka dan juga Darania.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Desii Bune Arka
cerita bagus sebenernya tp cara penyampaiannya aja yg perlu di evaluasi...
cerita masalalu harap di beri tanda kak di beri flasbck.. biar gak pusing sama alur ceritanya...
revisi kak...
semangat buat karya nya... moga kedepannya jadi lebih baik
2022-06-14
0
Rokhmi Nh
rasanya masih disimpan dihati masing"🥰
2021-02-22
0
Eno Mcf
bagus Soni mending Ama Elis aja
2020-03-03
1