Masih Flashback.
Azka dan Nia masih berbaring di karpet rumah Irani. sebagian warga sudah pulang hanya tinggal Rudi, Arita dan Ci Mbah Buyut yang masih di rumah Irani.
"Iran, Apakah keponakanku baik-baik saja?" tanya Rudi Khawatir, pada Azka.
"Tenang saja, Anak kecil itu, tak apa-apa," jawabnya santai.
"Ndo, cah Lanang ini beraura positif, pasti bisa menyembuhkan Wedo cilik ( Perempuan kecil ), keduanya terhubung, sudah berjodoh," ucap Mbah Buyut. Mempunyai kemampuan yang sama dengan Irani.
"Aku pun berpikir seperti itu, namun aku masih belum yakin dengan caranya. Karna, sudah dua puluh bulan, aku berusaha mengobatinya, tetap saja tak ada kemajuan," ucapnya putus asa.
"Apakah mahluk itu, tak melepaskan gadis ini?" tanya Mbah buyut, serius.
"Mahluk itu, tak mau melepaskannya! Dia bersikeras mengklaim bahwa Nia, istrinya," jawab Irani sendu.
"Sejak kapan mereka menikah?"
"Mahluk itu, sudah membuat perjanjian dengan leluhurnya. Untuk menikahi gadis kecil itu. Karna, raja mereka sudah menunggu gadis gadis itu, sampai tujuh turunan."
"Sulit sekali, Apa mahluk itu, meminta syarat lain untuk melepaskan Gadis ini? Nyawanya tak akan tertolong bila Pernikahan itu terjadi?"
"Mahluk itu, tak ingin, mengganti Nia dengan syarat lain. Makhluk biru sudah terlanjur, menyukai gadis kecil itu."
Rudi dan Arita tak mengerti dengan percakapan Irani dan Ci Mbah. Mereka berdua hanya mendengarkan, menyimak apa yang mereka berdua bicarakan.
Kring kring kring.
Suara ponsel Arita berbunyi, Ia melihat nama Mba Arisa yang tertera di layar ponselnya, "Mas, Mba Arisa menelpon. Aku angkat dulu ya," ucap Arita, meminta Izin mengangkat telpon dari kakaknya.
Rudi mengangguk mengizinkan. Arita keluar ruangan, sedangkan Rudi masih menjadi pendengarkan tanpa berkomentar atau pun menyela percakapan mereka.
"Halo Mba," ucap Arita saat menerima panggilan telpon dari kakaknya.
"Bagaimana keadaan Azka?" tanya Arisa di balik telpon.
"Azka baik, Mba!"
Arita, tak ingin membuat kakaknya khawatir dengan menceritakan semuanya, apa yang terjadi pada anaknya? Kalau Azka menangis dan mengamuk selama empat jam lebih. Rasanya tak tega, tak ingin menjadi pikiran kakaknya, apalagi dengan kondisinya sekarang sedang hamil besar? Akan menggangu kesehatan janin dalam kandungannya, bila Arisa stres karna memikirkan Azka, putranya.
"Kamu tak berbohong kan! Sedari tadi, hatiku tak enak, memikirkan Azka?" Terdengar suara tangis di balik telpon.
"Mba tenang saja, Azka baik-baik saja," ucap Arita bohong. Hanya itu, yang bisa membuat kakaknya tenang. Walau perasaan seorang ibu tak bisa dibohongi.
"Mba tenang saja, Azka baik-baik saja."
"Maafnya, aku selalu merepotkanmu."
"Aku sama sekali, tak direpotkan. Mba, fokus saja pada Arya. Azka aman di sini."
"Terima kasihnya sudah mau menjaga putraku," ucap Arisa menangis teringat Azka. Walau, Arita dan Rudi bisa di percaya, namun tetap saja perasaannya tak tenang.
"Pokonya Mba tenang yah."
"Aku dan A'Asep sangat berterima kasih padamu dan Rudi," ucap Arisa menutup telponnya. Arisa menangis dipelukan suaminya. Karna ia, begitu merindukan putranya. Padahal belum lama, Azka di bawa ke Solo oleh Arita dan Rudi.
Arita masuk kembali ke rumah Irani. Azka dan Nia masih belum sadar. Mereka tertidur dalam mimpinya masing-masing. Ia menangis, karna sudah berbohong pada kakaknya tentang Azka. Arita tak mempunyai pilihan lain, selain berbohong untuk sementara waktu dari orang tua Azka.
"Kamu tak bilangkan pada Mba Arisa, kalau Azka seperti ini?" tanyanya memastikan.
"Tidak Mas, Mana mungkin, aku tega berbicara sejujurnya sama Mba Arisa." Masih menangis, dan menghapus air matanya kembali.
"Lebih baik, kita rahasiakan kejadian ini, untuk sementara. Sampai keadaan Azka membaik."
"Aku setuju Mas!"
"Bagaimana agar keduanya, selamat Mbah?" tanya Irani tiba-tiba.
"Memang, apa yg terjadi pada kepada keponakanku? tanya Arita khawatir mendengar ucapan Irani.
"Nia, bisa disembuhkan. Namun ada hal lain...." Irani tak melanjutkan ucapannya.
"Apa ada hubungannya, dengan Azka?" Rudi penasaran.
"Keponakanmu mempunyai jiwa yg murni. Bisa menolong Nia, sebagai bayaran dari semua itu, harus ada nyawa manusia yang harus dikorbankan."
"Sebenarnya Nia sakit apa Iran?" tanya Rudi penasaran. Sudah hampir dua tahun gadis kecil itu, tinggal bersama Irani. Namun sampai sekarang, belum ada tanda-tanda perusahaan sama sekali.
"Leluhur Nia, melakukan perjanjian dengan mahluk gaib. Mereka ingin kaya dengan cara yang insant. Mereka rela memberikan tumbal, nyawa manusia. Sudah banyak gadis yang masih perawan yang mereka tumbalkam
Itu berlangsung turun-temurun, sampai pada papahnya Nia. Sebenarnya Ayah Nia tak tau tentang persekutuan leluhurnya. Mahluk itu, Raja jin yg berasal dari timur. Mahluk itu sangat menyukai manusia yang cantik. Umur mereka sudah ribuan tahun. Mereka bisa mengubah wujudnya menjadi manusia, untuk menggauli manusia. Setiap keturunan keluarganya selalu anak laki-laki. Mahluk itu, selalu mengambil nyawa dari menantu dari keluarganya untuk dijadikan istri, setelah melahirkan keturunannya. Kakeknya Nia mulai sadar tak ingin mengorbankan menantu perempuannya lagi. Ia telah mengorbankan nyawa untuk mengabdi pada Mahluk itu. Namun tetap saja, perjanjian itu, tak bisa di batalkan untuk selamanya, selama perjanjian itu, sudah terlanjur di buat oleh leluhur mereka. Ayahnya Nia, tak tau apa yang terjadi pada putrinya itu. Berasal dari perjanjian leluhurnya dengan jin itu. Raja jin itu, menagih janji, dari leluhurnya untuk menikahi anak perempuan dari keturunannya. Dan Nia yang terkena imbasnya dari perjanjian masa lalu, leluhurnya. Raja jin itu, sudah menyukai Nia, saat gadis itu, masih dalam kandungan ibunya. Parahnya lagi, orang tua Aldi tak pernah memberitahu Aldi tentang semua ini," jelaskan Irani panjang lebar.
Rudi dan Arita terdiam. Melirik gadis kecil itu, "Kasihan sekali kamu nak, kamu harus menanggung kesalahan yang sama sekali tidak kamu ketahui," batin Arita berbicara.
"Apakah orang tua Nia tau tentang semua ini?" tanya Arita.
"Mereka tahu. Aku memberitahu mereka. Namun tetap saja, mereka tak bisa berbuat apa-apa? Orang tuanya sudah berusaha untuk mengobati putrinya kemana-mana? Tetap saja, tak ada yang bisa mengobati penyakit putrinya."
"Terus hubungan dengan Azka?" tanya Rudi penasaran.
"Aku masih belum yakin. Aku juga harus meminta izin pada orang tua anak ini. Aku tidak bisa sembarang. Karna, bila sampai gagal. Nyawa anak ini, akan ikut mati."
Rudi dan Arita bingung. Harus bagaimana? Rudi juga tak bisa membiarkan keponakan dalam bahaya. Namun bila melihat kondisi gadis kecil itu, begitu kasihan. Gadis itu, sudah seperti mayat hidup, bila terus di biarkan seperti ini. Namun ia juga takut, kalau harus kehilangan nyawa Azka. Rudi lebih memikirkan kondisi Arisa dan Asep, bila benar-benar kehilangan Azka.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Ida Royani
serem....
2020-05-20
0
Deskarima Dewi
loh kok sprti cerita horor sih....
2020-04-13
1
One Tie
Iya kok jd nglantur gini ya, kesannya musyrik gt pke paranormal sgla.. Mf ya thorrr... Bwt kritik membangun aj... Biar genre nya jelas...
2020-04-13
1