Sesungguhnya Laras cemburu pada setiap gadis yang mendekati Azka. Namun Laras, masih menyimpan rapat hatinya, menyimpan perasaanya sampai saat ini. Semua keluarga Azka tau, kalau Laras, suka pada Azka! Hanya Azka, yang tak pernah peka.
"De, kok Laras aneh?" tanya Azka, pada Dea melihat perubahan sikap Laras, akhir-akhir ini.
"Aneh kenapa?" balik tanya Dea, penuh selidik.
"Laras sering ninggalin gue!"
"Terus anehnya dimana?"
" Lo tau, ke mana pun gwe pergi? Gadis-gadis itu, selalu mengikuti gue. Males kan, kaya gula dikerebutin semut," jelas Azka panjang lebar.
Dea tersenyum geli.
"Mungkin Laras, sudah bosen jadi tameng lo."
"Hmm, bisa gawat dong!"
"Gawat kenapa?"
"Nanti, gue tambah sudah, jalan sama Laras."
"Sebenernya lo suka tidak pada Laras, atau cuma manfaatin dia doang." ucap Dea mulai serius.
Azka terkejut, dengan ucapan Dea. Sebenernya Azka sendiri, bingung, dengan perasaanya. Apa benar, cuma sahabat saja, atau ada rasa lain?.
" Gue tidak bisa jawab. Yang jelas, gue betah dekat Laras. Rasanya, tenang bila dekatnya. Laras itu, beda dengan gadis lain," ucap Azka serius.
Dea terdiam memikirkan dua sahabatnya ini. Dea mulai mengerti, mereka berdua punya rasa yang sama. Laras memilih menyimpannya sendiri, dan Azka cuek, kurang peka. Padahal keduanya saling suka.
"Gue pusing sama kalian berdua!" seru Dea, beranjak meninggalkan Azka sendiri.
"Ko, gue ditinggal sendiri!" gerutu Azka, merasa kesal, Dea dan Laras, meninggalkannya.
###
Laras masih mengaduk-ngaduk nasi soto yang dipesannya tadi, di kantin. Entah kenapa? Laras tak lapar! Sekuat tenaga, menghindari Azka, malah semakin sulit untuk menjauhi Azka. Hati dan pikirannya, berlawanan arah. Membuat Laras, bingung.
Laras masih melamun, sampai tak menyadari seseorang telah duduk di hadapannya.
"Hay," sapanya, sembari memegang tangan Laras.
"Kak Imam," ucapnya terkejut, melepaskan tangannya dari tangan Imam.
"Kok melamun?" tanya Imam, meletakan kedua tangannya di meja.
"Aku tidak melamun."
Laras melahap nasi sotonya, hingga mulutnya penuh.
"Aku, memperhatikanmu sedari tadi!"
Laras tersedak, batuk-batuk mengambil minumnya.
Glek glek glek
suara air mengalir ke tenggorokannya, dan kembali melahap nasi sotonya.
Imam tersenyum.
"Santai saja, Ras!"
Laras mengganguk tak menjawab, karna mulutnya, penuh.
"Ras, aku masih suka sama kamu?"
Deg.
Hati Laras berdebar, tak berani menatap Imam. Laras merasa bersalah karena menolak Imam. Walaupun Imam, lebih tampan dari Azka. Namun hatinya sudah memilih Azka.
"Apa ada laki-laki, yang kamu suka Ras?" tanya Imam, mulai menyelidiki Laras. Karna sampai saat ini, Laras tak pernah menerima siapapun?.
Deg.
Hatinya bergetar lagi.
"Tidak ada?" jawabnya sembari mengelengkan kepalanya.
"Terus kenapa, kamu menolak aku, terus-terusan?"
"Aku sudah bilang, ingin fokus kuliah. Tak ingin berpacaran sebelum aku lulus," jawabnya, menolak Iman secara halus. Karna, Azka yang dicintainya, tak ada laki-laki lain.
"Kamu sudah berkali-kali menyakiti aku, Ras!" Imam pasrah, karna sudah tak ada kesempatan lagi, untuk bersama Laras.
"Maafkan Aku Kak."
"Sampai kapan, aku harus menunggumu?"
"Maaf Kak, tak perlu menungguku. Karna sampai kapanpun? Aku tak akan pernah bisa menerima Kakak." Laras, beranjak meninggalkan Imam.
"Ras..."
"Kenapa Ras? Aku sungguh mencintaimu," batin Imam menangis.
Dari kejauhan, seseorang melihat mereka dengan tatapan tak suka, benci, kesal dan marah. "Dasar jalang sialan?" Berlalu meninggalkan mereka.
Laras berjalan meninggalkan Imam. Dari belakang, seseorang memeluk Laras, dengan mesra. Siapa lagi,kalau bukan Azka?.
"Lepas," bentak Laras. melepaskan pelukan Azka.
"Tidak mau!" serunya, memeluk Laras, semakin erat.
"Azka, lepaskan gue!"
"Tidak!"
"Tidak!"
"Tidak!"
"Azka, kalau lo, tidak mau melepaskan gue. gue akan teriak" bentak Laras, mulai risih dengan tatapan tak suka dari fans Azka!.
Azka pun melepaskan pelukannya.
"Ras, ke kantin yu," ajak Azka, masih bersikap manja pada Laras.
"Tidak mau!"
"Gue, traktir dah?"
"Tidak mau!"
"Lo, nolak terus sih?"
"Gue tidak mau, gendut. Karna banyak makan?"
Azka mencubit pipi Laras gemas. Dengan kedua tangannya.
"Azka lepaskan, sakit tau!" seru Laras, melepaskan tangan Azka dari pipinya.
"Temani, gue makan yuu?
"Tidak mau!" Laras menolak ajakan Azka. Karna tak ingin melihat Imam di kantin.
"Ayo dong?"
"Malas!"
"Please??"
"Malas!"
"Lo mau, lihat gue pingsan yah, karna kelaparan?" Azka memohon.
"Yah sudah, ayo" Azka menarik tangan Laras.
Azka tersenyum penuh kemenangan.
Laras duduk di hadapannya, melihat Azka memesan nasi soto.
"Bu, biasa soto!" teriak Azka pada Ibu penjual soto, yang sudah jadi langganannya, bersama Laras.
"Siap, Ka."
Laras mengambil ponselnya, untuk bermain game, sembari menemani Azka.
"Ras, lo marah sama gue," tanya Azka serius.
"Marah kenapa?" balik tanya Laras, masih sibuk memainkan game diponselnya, tampa melihat Azka.
"Gue merasa, Lo cuekin gue terus!"
"Cuman, perasaan Lo doang, kali?"
Azka mengambil ponsel Laras. Merasa tak suka dengan sikap Laras, yang begitu cuek padanya.
"Azka!" teriak Laras kesal. Karna Azka, mengambil ponselnya.
Azka menjulurkan lidahnya, meledek Laras dengan sengaja.
"Azka!" teriaknya lagi, mulai manyun tidak suka.
Azka tersenyum.
"Ini pesanan sotonya," ucap Bu kantin memberikan semangkok nasi soto plus sambal yang banyak kesukaan Azka.
"Mantap." Azka mengambil nasi sotonya dari tangan Bu kantin. Kemudian melahapnya dengan semangat.
"Azka, ponsel gue!"
"Nanti, kalau gue sudah selesai makan!"
Laras manyun, sembari melirik Azka makan begitu lahap. Laras pun senyum sendiri, melihatnya makan, sudah membuat Laras senang.
Laras berpikir dalam hatinya, "Andai kamu tau? Aku begitu mencintaimu, sedari dulu. Perasaanku padamu, semakin dalam setiap harinya. Walau kamu, tak menyadari itu. Betapa, aku ingin terus bersamamu. Terus berada disampingmu. Kita sudah berteman dari SMA. Mengabiskan waktu bersama. Namun kenapa?, sampai sekarang kamu tak pernah menyadari, sedalam apa cintaku padamu? Kamu tak pernah tau, begitu banyak laki-laki yang aku tolak! Hanya untuk bersamamu. Harusnya kamu menyadari, perasaanku! Kamu malah, berkali-kali menyakiti aku, dengan bersama gadis lain. Kamu tak pernah bertanya padaku. Tentang rasa cintaku. Sampai kapan? Kamu menyadari rasa cintaku padamu. Aku ingin kamu tau, betapa besar cintaku padamu. Walau aku tak yakin, setelah kamu tau perasaanku, masih kah kamu mau menjadi temanku. Aku ingin terus bersamamu. Itu yang membuatku, bertahan dengan rasa cintaku. Karna, aku yang merasakan cintaku. Sedangkan kamu tidak. Aku harus apa? Agar kamu mengerti, bahwa aku begitu mencintaimu. Mencintaimu sedalam hatiku. Mencintaimu, hal terindah untukku. Sungguh hanya kamu. Tidak ada yang lain. Aku hanya jatuh cinta padamu, dan cinta ini pun, masih selalu untukmu. Apapun yang terjadi nanti? Aku akan tetap, mencintamu. Karna, hanya memcintaimu yang aku bisa." Laras, melihat Azka lirih.
Bersambung...
Aku sudah perbaiki yang ini...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Kendarsih Keken
kerennn
tapi mirip 2 sm buku tentang rasa
2021-05-10
0
Tiny Soeharsono
ketika cinta datang season 1 nggak ada yaaa
2020-11-04
0
Endang Retnaningsih
mirip cerita si bucin dan kusut 😁
2020-02-26
1