Setelah mendapat izin dari kepala Dekan, esoknya Azka bersama tiga puluh anggota lainya, termasuk Laras, sudah bersiap untuk berangkat ke Grafika Cikole.
Tepat jam 15.30 wib, rombongan sampai di Grafika Cikole. Rencananya mereka akan menginap selama tiga hari, dua malam. Untuk acara perkenalan antar anggota, ekskul Pecinta Alam, agar semakin erat dan kompak, sekalian menyambut anggota baru.
Ekskul P.A lebih disukai kaum Adam dibanding, Kaun Hawa. Makanya, di Ekskul P.A lebih banyak anggota laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Dari tiga puluh orang, hanya ada empat perempuan. Itu sudah termasuk Laras, Dea, Alani dan Rena.
Kepala Dekan, mengizinkan acara ini berlangsung, dengan syarat dua Dosen ikut serta untuk mengawasi seluruh mahasiswa-mahasiswa yang ikut dalam acara ini.
"Perhatian-perhatian, kepada seluruh mahasiswa-mahasiswi segera berkumpul di sini!" perintah Pak Yusuf, agar seluruh mahasiswa-mahasiswi segera berkumpul untuk mendengarkan seruan dari Pak Yusuf, sebagai Dosen penanggung jawab acara tadabur alam.
Seluruh, mahasiswa-mahasiswi berkumpul di tempat, sesuai dengan perintah Pak Yusuf. Membentuk barisan dengan Imam ,Azka dan empat gadis lainya yang mengikuti acara ini.
"Untuk sekarang, sampai jam 19.00 wib kalian bebas melakukan apapun? Dengan catatan, tidak melakukan hal yang aneh-aneh! Terserar mau jalan-jalan atau pun mau beristirahat di tenda juga tidak apa-apa? Saya sudahi pemberitahuannya. Cukup dan terima kasih. Jangan lupa, kita kumpul kembali jam 19.00 Wib, saya tutup!" seru Pak Yusuf dengan pemberitahuannya.
Semua mahasiswa-mahasiswi pun bubar, setelah mendengar pemberiantahuan oleh Pak Yusuf.
Laras, menyilangkan kedua tangannya di dadanya, merasakan dinginnya udara di sekitar perkemahan ini.
Seorang gadis, menatap Laras dengan tatapan tak suka. Entah apa, yang dipikirkan gadis itu? Tentang Laras! Yang jelas, gadis itu, berpura-pura baik pada Laras untuk bisa mendekati Azka.
"Ras, masuk yu," ajak Dea mengingat di luar udara dingin menusuk kulitnya.
"Sebentar De, Aku masih betah di sini, lagian sudah lama kita tidak ke sini," tolak Laras, pada Dea.
Dea sahabat Laras dan juga Azka, ketiganya sudah bersama sedari SMA. Dea juga, memiliki hobi yang sama dengan Laras dan Azka, makanya Dea ikut masuk jadi anggota P.A.
Mahasiswi yang tergabung menjadi anggota P.A digabung jadi satu tenda. Karna hanya ada empat gadis saja, yang ada di Ekskul P.A. Sebenarnya, Rena dan Alani, hanya anak manja yang ingin ikut-ikutan P.A bukan karna, hobi. Melainkan untuk mendekati Azka dan Imam. Dua laki-laki, yang menurut mereka paling tampan diantara yang lain.
Laras pun masuk tenda, karna udara dingin sudah begitu kuat menusuk tubuh Laras.
"Kenapa sih, kita harus satu tenda dengan dia? Bikin sempit saja!" gerutu Alani sembari memalingkan wajahnya.
"Iya, gadis so kecentilan," tambah Rena julid pada Laras.
Laras tak menghiraukan ucapan Rena dan Alani. Bagi Laras, sudah terbias mendapankan hatter seperti Rena dan Alani.
"Sudah Ras, tidak perlu mendenger ucapan mereka!" seru Dea, mulai kesal sama Rena Alani. Yang bersikap julid pada Laras.
"Jangan harap yah, kalian bisa mendekati Azka atau Iman. Mereka berdua itu, sudah jadi incaran kita," ancam Rena ketus.
Laras tak peduli, dengan ucapan Rena maupun Alani. Terserah mereka, Laras juga tau! Tujuan mereka masuk P.A hanya untuk deketin Azka dan Imam.
Laras menyimpan tasnya di dalam tenda. Laras begitu malas dengan dua gadis manja ini. Karna, mereka sering berkata-kata ketus terhadap Laras.
"Ras, kamu mau ke mana?" tanya Dea, melihat Laras keluar tenda lagi.
"Aku merasa gerah, jika terus berada di tenda, gerah sama dua mahluk so cantik ini" gerutu Laras berlalu.
"Ras tunggu, aku ikut kamu saja" susul Dea, mengikuti Laras.
Dea memang sahabat terbaik bagi Laras. Hanya Dea, yang paling mengerti Laras.
"Menyebalkan," gerutu Alami membuang muka. Merasa kesal dengan ucapan Laras dan juga Dea.
Setelah, Dea keluar menyusul Laras, Alani dan Rena sedang merencanakan sesuatu untuk Laras dan juga Dea. Sebuah rencana untuk membalas Laras dan Dea. Yang menurut mereka, sudah jadi penghalang untuk mendekati Azka mau pun Imam.
Dari kejauhan, Azka sedang menerima telpon dari seseorang. "Apa sayang, kamu kangen yah," goda Azka pada Dewi, pacar Azka sekarang.
"Kenapa, kamu tidak bilang, kalau mau ke Cikole?" tanya Dewi, di balik telpon.
"Ini bukan acara liburan sayang! Lagian, tetap saja kamu tak bisa ikut? Kamu kan, bukan anggota P.A."
"Aku bukan mau ikut sayang! Aku hanya ingin kamu bilang saja sama aku? Aku malah tau dari orang lain kamu berangkat ke Cikole."
"Maaf, sayang. Aku lupa tak bilang sama kamu? Lain kali, aku bilang, ke mana pun aku pergi," ucap Azka sambil tersenyum. Walau senyumnya tak terlihat Dewi.
"Selalu saja, seperti itu!"
"Maaf, sayang! Janji lain kali, aku bilang?"
"Iya, awas kalau bohong. Eh ngomong-ngomong, Laras ikut?"
"Ikut, kan dia anggota P.A."
Dewi terdiam,sejujurnya Dewi cemburu pada Laras. Karna selalu dekat dengan Azka. Walau Dewi, pacar Azka. Dewi tidak bisa selalu bersama Azka. Karna, kesibukan di dunia model yang begitu membuatnya sibuk.
Azka tak mendengar ucapan Dewi. Azka berpikir, Dewi sedang sibuk sekarang. Azka pun menyudahi telponnya bersama Dewi.
"Ya udah sayang, aku tutup telponnya," Suara Azka membuyarkan lamunan Dewi, Dewi lupa kalau, ia masih menelpon Azka.
"Baiklah," ucap Dewi, kecewa.
"Love you."
"Love you, too."
Azka menutup telponnya, dan segera memasukanya pada saku celananya.
"Waw, sudah dapat telpon dari super model," goda Dea sambil tersenyum.
Azka tersenyum.
Laras berpaling pura-pura tak melihat Azka. Hatinya cemburu mendengar nama Dewi. Dewi begitu sempurna, sehingga Laras tak berani bersaingan dengan Dewi. Laras berpikir, seperti itu. Karna, rata-rata yang jadi pacarnya Azka, gadis sempurna semua. Itu yang membuat Laras ciut, untuk tidak mengatakan perasaannya pada Azka
Azka memeluk Laras dari belakang. "Gila, dingin banget di sini. Gue jadi pengen memeluk lo terus," guman Azka semakin erat memeluk Laras. Laras terdiam, merasakan pelukan hangat dari Azka. Yang membuatnya merasa tenang.
"Ehmm," seseorang berdehem di belakang Azka dan Laras.
Azka menoleh, terkejut dengan seorang yang dilihatnya. Azka pun melepaskan pelukanya dari tubuh Laras.
"Jangan pacaran di sini!" seru Pak Yusuf yang sudah memergoki Azka sedang memeluk Laras.
"Kita tidak pacaran pak!" seru Laras.
"Kalau bukan pacaran, namanya apa? Peluk-pelukan gitu!" gerutu Pak Yusuf, tak suka dengan sikap Azka.
Azka dan Laras terdiam merasa malu. Azka menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Laras menyenggol perut Azka dengan sikutnya. "Lo sih, tidak lihat tempat main peluk saja," bisik Laras malu.
Pak Yusuf menggelengkan kepalanya. "Dasar anak jaman sekarang? Tak tau tata Krama," gerutu Pak Yusuf berlalu.
Dea tertawa, merasa lucu dengan sikap pak Yusuf yang menurutnya kolot.
"Makanya jangan mesra-mesraan melulu kepergokkan!" goda Dea.
Laras manyun sedangan Azka tersenyum.
Sedari tadi dua gadis itu, melihat kelakuan Azka pada Laras. Mereka berdua merasa iri, karna Laras selalu dipeluk Azka. Mereka berdua begitu kesal, sehingga mereka terus-menerus menyumpahi Laras dengan kata-kata kasar.
Dari arah lain, Imam melihat Laras dan Azka tak suka. Sikap agresif Azka, membuat pengemar Laras merasa kesal.
"Maruk banget sih, si kampret itu. Masih kurang apa coba, dengan ci Dewi yang super model itu. Masih saja, bersikap mesra pada Laras," gerutu Imam kesal.
"Udah biarin saja, gue sudah membuat kejutan buat mereka berdua!" seru Aldo yang berada di samping Imam.
Imam, melirik Aldo. Entah kejutan apa yang di maksud Aldo? Iman jadi penasaran, namun semoga saja, bukan aneh-aneh. Karna, Imam begitu mengenal Aldo. Sudah cukup lama mereka berdua berteman.
Bersambung....
Aku sudah perbaiki, sampai Chapter ini...
Semangat...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Novia Avianti Sakinah
makasih say
2019-10-17
0
Amethyst Moon
aku udah kasih like ya
2019-10-16
0