Azka masih setia menunggu Darania dan Mamah Yesa di luar klinik, masih berbincang dengan perawat Emi.
Perawat Emi, sahabat Bu Arisa, ia memiliki penyakit yang sama dengan mamahnya Darania. Dokter Rian dan perawat Emi, orang tua Soni. Kedua keluarga ini dekat, saat penyakit Bu Arisa sering kambuh. Dokter Rian dan perawat Emi yang setia merawatnya. Orang tua Soni, tak memaksa Soni untuk menjadi dokter seperti Ayahnya. Ia bebas menentukan pilihan hidupnya. Makanya Soni, bekerja di tempat Azka.
Pertemuan Soni dan Azka pun berawal dari, orang tua mereka. Azka menjadi saksi, Soni berusaha keras untuk mendapatkan Kalula, sampai Soni meminang Kalula menjadi istrinya. Azka juga, ada di saat Soni, kehilangan Kalula, saat melahirkan putri pertama mereka Yasmine.
Sudah hampir dua tahun, Azka tak bertemu dokter Rian dan perawat Eni. Karna, kondisi Ibu Arisa sudah tak pernah kambuh lagi. Kehadiran Nadia, membuat kesehatan Bu Arisa membaik. Membuatnya tak menemui dokter Rian dan perawat Eni di rumah sakit.
Azka memperhatikan sekitar, tak di lihatnya putri kecil Soni, Yasmine. Biasanya gadis kecil itu, berlari ke sana-kemari tak mau diam. Gadis berusia tiga tahun itu, begitu aktif, melebihi seorang anak laki-laki, karna tak mau diam.
"Di mana Yasmine, aku tak melihatnya sedari tadi?" tanya Azka, mencari putri kecil Soni, yang selalu membuatnya merasa senang, dengan tingkah super aktifnya.
"Beberapa hari yang lalu, di jemput orang tua Kalula," jawab Perawat Emi sendu,
Azka, mengerutkan keningnya, ia tau benar hungungan Soni dan orang tua almarhum Kalula, mereka menyalahkan Soni, karna putri pertama mereka meninggal karna, melahirkan Yasmine.
"Sejak kapan, hungungan mereka dekat?" tanyanya penasaran.
"Dua bulan yang lalu, mereka sadar. Kalau, Yasmine cucu mereka!" jawab perawat Emi.
Azka tak bertanya lebih lanjut lagi, karna tak ingin membuat wanita separuh baya ini, sedih karna, mengingat cucu pertama mereka, Yasmine.
Hampir, tiga puluh menit Azka, menunggu Darania dan mamahnya.
"Kamu menunggu siapa sih?" tanya perawat Emi masih penasaran.
"Teman kerja," jawabnya tersenyum melihat Darania dan mamahnya keluar dari klinik dokter Rian.
Perawat Emi, masih memperhatikan mata Azka, berbinar melihat seorang gadis dan ibunya keluar dari ruangan suaminya.
"Ehmm, pacarmu yah?" goda perawat Emi, begitu sumeringah melihat Azka berbinar melihat gadis itu.
Ohok ohok ohok.
Azka batuk-baruk, tiba-tiba tersedak mendengar ucapan perawat Emi. Wajahnya terlihat merah. Membuat perawat Emi yakin, ada sesuatu antara Azka dan gadis itu.
"Bukan Bu, gadis itu bukan pacar aku?" ucap Azka tak bisa menyembunyikan perasaannya saat ini.
"Masa?"
Azka tersenyum.
"Kok, mas Azka masih di sini?" tanya Darania, terkejut, melihat Azka masih berada di rumah sakit menunggu Darania dan Mamahnya.
"Aku memang menunggu, kalian sampai selesai, untuk mengantar kalian pulang?" jawabnya sambil tersenyum.
"Padahal mas Azka pulang saja, kita tak apa-apa kok, pulang naik taksi online!" seru Darania datar.
Mamah Yesa mencubit pinggang Darania.
"Awww," guman Darania.
"Maafnya sudah merepotkan nak Azka," ucapnya melirik wajah putrinya ini.
Darania cemberut sembari berpaling, sedangkan perawat Emi ikut tersenyum melihat mereka.
"Bu, Aku pamit, kalau ada waktu, aku mampir untuk menemui ibu dan Dokter Rian!" seru Azka, berpamitan sambil merangkul dan sun tangan pada perawat Emi.
"Oh iya Ka, bilang pada Soni untuk pulang?" ucap perawat Emi, pada Azka.
Azka mengerutkan dahinya, "Emang, Soni tak pernah pulang Bu?" tanya Azka penasaran.
Perawat Emi mengelengkan kepalanya.
Huuuuufffff.
Azka menghembuskan nafas panjang, "Haduh, kelakuannya kaya bocah," gumanya sendiri.
Perawat Emi, tersenyum mendengar ucapan Azka. Soni memang jarang pulang ke rumah orang tuanya, semenjak ia membeli apartemen baru dari hasil keringatnya sendiri. Membuat perawat Emi dan Dokter Rian, jarak bertemu dengan putra semata wayangnya.
Darania bingung dengan ucapan perawat itu, ia penasaran, ada hubungan apa ia dan Soni.
"Ya sudah Bu, aku pamit. Aku akan bilang pada Soni, untuk menemui orang tuanya," ucap Azka lagi.
Darania terkejut, mendengar kalau perawat yang berbicara dengan Azka ini, ibunya Soni. Ia tak menyangka kalau orang tua Soni seorang Dokter dan perawat.
Azka, berjalan terlebih dahulu, di ikuti oleh Darania yang mendorong kursi roda mamah Yesa. Darania tak ingin memanfaatkan kebaikan Azka. Baginya Azka terlalu baik.
Mamah Yesa, menegang tangan Darania. "Dara, apa kamu merasa kalau laki-laki ini, anak itu?" tanya Mamah Yesa pelan.
Darania, tak mengerti dengan ucapan mamahnya. Ia memperhatikan Azka. Bila di ingat lagi. Namanya memang sama dengan anak laki-laki itu. Namun kata, Tante Arita, mereka pindah ke Bandung.
"Tidak mungkin Mah, kan Tante Arita bilang, mereka pindah ke Bandung," jawab Darania, pelan. Tak ingin Azka mendengar ucapnya.
Azka, sedari tadi mendengar ucapan ibu dan anaknya ini. Walaupun ucapan mereka pelan, namun telinga Azka, masih bagus untuk mendengar apa yang mereka ucapkan. Ia berpikir, "Dari mana mereka mengenal, Tante Arita? Siapa mereka sebenarnya?" pertanyaan-pertanyaan itu, tersimpan di benaknya.
Azka menjadi penasaran, untuk mencari tau, ada hungungan apa, mereka dengan Tante Arita di masa lalu.
Di mobil, Azka tak mengatakan sepatah kata pun, begitu juga Darania dan mamahnya. Mereka tengelam dalam pikiran mereka masing-masing. Mamah Yesa yakin, kalau Azka, anak laki,-laki itu, hatinya berkata seperti itu. Sedangkan Darania, tak yakin bila Azka, seseorang yang selalu ia rindukan, sudah hampir dua puluh enam tahun, dari kejadian itu. Ia berpikir, apakah anak-anak laki-laki itu masih mengingatnya? Cinta pertama Darania. Dan Azka sendiri, bingung dengan ucapan mereka, tentang seorang anak laki-laki. Azka penasaran siapa anak laki-laki yang mereka maksud? Azka yakin, tak pernah bertemu dengan Darania atau mamahnya di masa lalu. Namun perasaannya kini, membuatnya bingung. Azka tak bisa mengingat tentang masa kecilnya. Azka merasa tenang, saat petama melihat Darania. Entah sihir apa? Yang Darania berikan padanya. Membuat Azka, tak berhenti memikirkannya, perlahan ingatan tentang Laras pudar. Rasa sakit itu, sudah tak terasa sakit. Ia ingin membuka hatinya, untuk Darania, Ia sudah mengizinkan Darania, untuk memasuki harinya yang hampa dan kosong. Azka begitu merindukan perasaan ini, perasaan yang sempat hilang dari hatinya. Azka hanya ingin memulai hungungan baru, yang sudah lama ia lupakan. Hatinya mulai bertanya-tanya, "Siapakah dirimu?" mengucapkan itu, secara bersamaan dengan Darania dalam hatinya, masing-masing.
Perlahan Darania melirik Azka, namun ia segera berpaling saat Azka melihatnya tanpa sengaja. Perasaan apa ini? membuat mereka bingung dengan hati mereka sendiri.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments