Masih Flashback.
Azka menangis, saat ia sadar sudah berada di rumah tantenya. Azka terus mengamuk sampai Mbah Buyut, ( Karyo ) yang kakeknya Om Rudi turun tangan. Karna, tak ada yang bisa menghentikan amukan Azka yang semakin menjadi-jadi.
"Kaka mau pulang sama ade Yaya, tidak mau di sini," teriak Azka meraung-raung. Bocah tujuh tahun itu, mengamuk seperti ombak di lautan begitu dahsyat.
"Cah Lanang( anak laki laki ) Mbah gendong ya, melihat burung depan sana," bujuk Mbah buyut, bocah tujuh tahun itu tak mau berhenti menangis.
Biasanya bila di desa, ada anak kecil yang menangis, susah dihentikan, Mbah Buyut akan turun tangan langsung. Berbeda dengan Azka, meski pun dibujuk, bocah itu tak mau berhenti.
Hampir tiga jam lebih Azka menangis tidak mau berhenti. Semua warga turun tangan untuk menenangkan bocah tujuh tahun itu. Namun tetap saja, bocah itu tak mau berhenti.
"Ndo ( sebutan untuk anak perempuan), bawa cah lanang ini, bertemu ibunya saja, dari pada menangis seperti ini kasihan melihatnya," ucap seorang, pada Tante Arita.
" Tidak bisa Lee ( paman ), ibunya sedang jaga adiknya di rumah sakit. Tak ada yang menjaga anak ini, bila berada di sana," jelaskan Tante Arita.
Semua warga, bingung Azka tidak mau berhenti menangis. Mata dan wajahnya sudah merah, banjir air mata, suaranya juga sudah serak. Bocah tujuh tahun itu, merengek minta pulang.
"Kaka mau pulang Tante, tak mau di sini," pintanya terus memohon pada Tantenya.
Mereka berdua bingung, tak bisa membawa Azka pulang. Ibunya sedang berbadan dua, adiknya di rumah sakit. Bukanya tak kasihan pada, Azka. Tapi mau gimana lagi? Om dan Tantenya tak bisa berbuat apa-apa.
Azka anak yang baik pada dasarnya. Namun ia tak terbiasa dititipkan pada tantenya. Bocah tujuh tahun itu, merasa diasingkan oleh orang tuanya. Apalagi Azka memang tak dekat dengan Omah dan Opahnya, mereka slalu membedakan Azka dan Arya dengan cucunya yg lain. Karnarna Ayah, Azka orang Sunda. Keluarganya belum punya rumah masih menumpang di rumah Omah sama Opahnya. Walau pun Azka satu rumah, Omah dan Opahnya, selalu bersikap dingin dan cuek pada Azka dan Arya. Membuat dua anak laki-laki ini, berpikir kalau Omah dan Upahnya tak menyayangi mereka.
Dari jauh anak perempuan berumur sekitar 4 tahun, seumur dengan Arya. Memperhatikan Azka di balik pintu. Ia Takut keluar rumah, orang-orang di desa itu, takut pada gadis kecil itu. Ia sedang dirawat oleh Irani, temen ibunya. Karna, penyakitnya.
Irani Orang Pintar di desa itu. Semua penyakit yang tak masuk akal bisa disembuhkannya dengan mudah. Warga Desa percaya, bahwa Irani titisan leluhur untuk membantu warga desa, bila kena musibah. Dari kecil prediksi- prediksi Irani slalu benar dan tepat, membuat warga desa begitu mempercainya.
Irani masih perawan, di usianya sekarang, ia tak menikah untuk mempertahankan kesuciannya. Gadis itu, memilih untuk menjadi penolong bagi siapa pun selama ia biasa.
Untuk kasus Nia, gadis kecil ini, harus tinggal di rumahnya untuk penyembuhan penyakitnya. Di dalam kandungan ibunya, gadis kecil itu, sudah di sukai raja Jin dari timur tengah. Nia dijaga oleh Mahluk tak kasat mata, menganggu tubuh kecil Nia. Sehingga, tubuhnya tak kuat menahannya. Gadis kecil itu, sering kejang-kejang dan berteriak- teriak tidak jelas disetiap magrib.
Hampir dua puluh bukan, Nia tinggal di rumah Irani. Gadis indigo ini, belum bisa menyembuhkan Nia. Sudah berbagai cara, ia lakukan, namun tetap saja Nia seperti itu. Gadis berusia empat tahun ini, tak boleh bertemu dengan orang tuanya. Sebelum ia dinyatakan sembuh. Irani khawatir, bila belum sembuh, Nia akan menyakiti kedua orang tuanya.
Nia mengintip di balik jendela.
"Sayang coba kamu keluar. biar anak itu berhenti menangis," ucap Irani membaca pikiran gadis itu, dengan kemampuannya.
Gadis kecil itu, merasa malu untuk mendekati Azka. Ia takut, kalau Azka juga akan takut padanya.
"Tante tidak bisa keluar sayang. Tante sedang datang bulan, pantangan bagi Tante kalau keluar dalam keadaan kotor, nanti ada musibah," ucap Irani sedang duduk sambil meracik obat herbal.
"Apa kakak itu, akan berhenti menangis, kalau Nia keluar?" tanya Nia penasaran.
"Iya sayang, kamu harus berada hadapannya, agar anak laki-laki itu, berhenti menangis," ucapnya lagi sambil tersenyum.
"Emang Aku punya apa Tante? Sampai kakak itu, berhenti menangis. Para warga sini, sudah mencoba menenangkan anak itu. tapi mereka tak bisa membuat kakak itu, berhenti,". ungkap Nia dengan sangat polos.
"Ada sesuatu dalam badanmu, yang akan membuat anak itu, tenang sayang," ucap Tante Irani lagi.
"Baiklah Tante, Aku akan keluar. Kasihan kakak itu!" seru gadis kecil itu, berlalu meninggalkan Irani sendiri.
Gadis kecil itu, keluar dari rumah Irani. Berjalan, ke tempat Azka yang sedang dikerumuni oleh warga. Ia masih menangis, mengamuk berteriak-teriak minta pulang. perlahan gadis kecil itu, memasuki kerumunan warga. Nia ingin melihat anak laki-laki yang membuat kegaduhan dan menggemparkan warga desa itu.
Nia sudah dihadapan Azka. Azka berhenti menangis seketika, membuat sebagian warga bingung, dengan tingkah Azka yang tiba-tiba berhenti menangis dan menjadi lebih tenang.
Warga melihat ke arah Nia. Sebagian warga takut pada Nia. Namun mereka menghormati Irani. Mereka tak berani pada Nia, bila macam-macam pada Nia. Mereka takut Sial atau terkena musibah. Warga Desa di sini, masih percaya pada hal-hal gaib dan tabu.
Nia melihat Azka Azka yang terdiam,entah kenapa melihat Nia membuatnya tenang? Seperti berada dipangkuan ibunya!
Tiba-tiba Azka pingsan bersamaan dengan Nia. Membuat semua warga panik dan Khawatir. Mereka membawa dua anak itu, ke rumah Irani.
Azka di gendong Om Rudi sedangkan warga lain, mengendong Nia ke rumah Irani. Kedua bocah itu, di baringkan di karpet yg sudah Irani sediakan. Ia tau yang akan terjadi kepada mereka berdua yang sudah terhubung sedari lahir.
"Kalian tidak perlu khawatir, anak laki-laki ini hanya kelelahan," ucap Irani menenangkan warga.
Penduduk desa, begitu khawatir, pada Azka yang sedari tadi mengamuk sambil menangis. Sedangkan gadis itu, sudah terbiasa pingsan tak sadarkan diri. Tubuhnta memang sudah lemah sedari lahir, matanya cekung, garis hitam di bagian matanya. Wajahnya pucat seperti hantu, badannya tak berdaging. Namun kecerdasannya, di atas rata-rata. Ia bolak-balik rumah sakit. Beruntunglah Yesa, mamahnya Nia, bertemu Irani. Sahabat terdekatnya yang bersedia mengobati Nia. Dengan syarat, Nia harus tinggal bersamanya, Dan tidak menemuinya, sampai ia sembuh.
Dokter memvonis gadis kecil itu, tak akan bertahan sampai usianya lima tahun. Mamah dan Papahnya sangat sedih anak semata wayangnya tidak bisa hidup lebih lama. Karna, kondisi putrinya yang sudah lemah sedari lahir.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments