Imam dan Aldo masih berdiri di luar. Aldi pun masuk tenda. Aldo mengeluarkan kepalanya, "Mam jaga di luarnya?" serunya kembali memasukan kepalanya ke dalam tenda. Mengunci tenta, dari dalam..
"Lo mau ngapain?" tanya Imam penasaran. Berusaha membuka tenda, namun dikunci dari dalam.
"Sudah Lo jaga saja di luar, tidak perlu banyak tanya?" serunya, masih sibuk mengerjakan sesuatu di dalam tenda.
Imam pun menganguk, tanda mengerti. Imam masih berjaga di luar. Imam sempat berpikir, "Sedang apa, Imam di dalam?" namun Imam tak mau bertanya lebih lanjut lagi.
Di dalam tenda, Aldo membuka tas ranselnya, dibukanya resletingnya diambilnya benda yg dibungkus bajunya sendiri! Dibukanya bungkusan itu, yang ternyata sebuah pisau dapur dan satu buah pistol..
"Gue, akan membuat Lo menyesal. Dengan semua yang telah Lo lakukan!" batin Aldo berbicara dengan penuh amarah yang menggebu. Aldo mengambil pisau itu, diselipkanya di saku celananya, kemudian di tutup oleh bajunya sendiri.
Aldo pun membuka resleting tenda, dan segera keluar tenda. Dan tersenyum melihat Imam.
"Lo lagi apa didalam, lama benar!" seru Imam penasaran.
Imam tersenyum jahat.
"Lo jangan macem-macem yah?" tanyanya lagi.
"Cuma satu macem ko!" serunya lagi, sambil tersenyum.
Imam begitu penasaran, apa yang direncakan Aldo? Namun Imam tak ingin ikut campur, dengan urusan Aldo dan Azka. Imam tahu benar, seberapa bencinya Aldo pada Azka. Gara-gara, Adiknya Merita. Dulu Merita pernah beberapa kali, ditolak Azka. Membuat Merita defresi berat. Merita begitu memcintai Azka. Namun Azka, tak pernah bisa menerima Merita. Bukan karna, Merita tak cantik! Tapi karna, sikap Merita yang agresif. Membuat Azka tak nyaman. Merita begitu, memcintai Azka, sampai cinta Merita, pada Azka jadi egois. Merita hampir membuat Laras celaka, itu yang tak bisa Azka maafkan. Azka tak akan pernah tinggal diam, bila sudah menyangkut Laras. Bagi Azka, Laras begitu istimewa, melebihi pacarnya sendiri. Itu yang membuat Merita, begitu membenci Laras. Sudah beberapa kali, Merita mencoba bunuh diri. Sekarang Merita sedang koma di rumah sakit. Karna, ulahnya sendiri.
"Tata sayang hari ini, Kakak akan membalas dendammu pada Azka. Dia harus membayar, semua yang telah, ia lakukan padamu sayang!" Aldo meneteskan air matanya, masih memperhatikan Azka dari jauh.
Laras, Dea dan Azka masih bersanda gurau. Tertawa dengan lelucon Azka yang membuat dua gadis ini, tertawa. Mereka tak sadar, begitu banyak yang cemburu pada mereka. Terutama Rena dan Alani, Keduanya begitu tak suka melihat Laras dan Dea. Karna, mereka berdua tak kesempatan untuk bersama Azka.
"Jalang sialan!" gerutu Rena sebal. Begitu sulit untuk mendekati Azka! Karna, adanya Laras dan Dea. Padahal Rena sudah yakin bisa mendekati Azka.
"Sabar Ren, kita masih ada waktu untuk mengerjai mereka," ucap Alani, mencoba menenangkan Rena sahabatnya.
Dari jauh Laras, memperhatikan Aldo. Gerak-geriknya begitu mencurigakan. Membuat Laras jadi waspada. Laras tau, Aldo begitu membenci Azka. Laras menjadi takut Aldo akan berbuat nekat. Mengingat, Aldo begitu membenci Azka karna, Merita.
Aldo berjalan lurus ke depan. Laras masih memperhatikannya. Hawa pembunuh sudah melekat dimata Aldo untuk Azka. Laras semakin takut, Aldo akan berbuat sesuatu pada Azka. Dilihatnya, Aldo mengeluarkan pisau di saku belakang celananya. Laras terkejut melihat itu, ditariknya tubuh Azka, hingga Laras berdiri, membelakangi Azka.
Jlep.
Aldo menusukan pisau itu, ke perut Laras. Aldo terkejut bukan Azka yang ditusuknya. Azka menoleh, karna tubuh Laras, mulai ambruk menahan sakit. Azka panik, segera menahan tubuh Laras, agar tak terjatuh ke tanah.
Aldo terkejut, melihat darah Laras menempel ditangannya, "Maafkan gue, Ras!" Aldo segera berlari meninggalkan kerumunan orang-orang yang melihat kejadian tragis itu..
Hiks hiks hiks.
"Ras, lu tidak boleh meninggalkan gue Ras?" guman Azka menangis tersedu-sedu.
Dea berteriak, "Panggilkan Ambulance cepat!" Melihat Laras sudah penuh darah diperutnya dipelukan Azka. Dea pun ikut menangis, melihat keadaan Laras.
"Al- do-" ucap Laras terbata-bata. Azka terus menangis, ia begitu takut kehilangan Laras. Karna, begitu banyak darah yang keluar dari perut Laras.
Beberapa saat kemudian, Ambulance datang! Seseorang sudah memanggilnya karna, teriakan Dea tadi?. Azka mengendong tubuh Laras masuk Ambulance, bersama Dea Pak Yusuf dan juga Pak Yanto ke rumah sakit terdekat.
Suasana di perkemahan itu, jadi kacau? Karna, kasus pembunuhan itu. Alani dan Rena terus-menerus menangis, membuat semuanya tambah kacau. Imam dan beberapa temanya yang lain, berusaha menenangkan setiap anggota yang scock karna, tragedi tadi.
Di Ambulance.
"Ras Lo harus kuat! Kita akan segera sampai," ucap Azka masih menangis.
"Aku tak apa-apa? Aku tak menyesal, dengan tindakan aku kali ini," ucapnya lemah, dengan sisa-sisa tenaganya.
"Kamu ngomong apa? Aku akan mencari Aldo, dia harus masuk penjara karna, perbuatannya padamu." Azka masih menangis.
Dea terus menangis. Sembari memegang tangan Laras, dengan erat. Entah kenapa.?Dea begitu takut kali ini.Takut kehilangan sahabat baiknya.
"Ka, ada hal penting yang harus kamu tau?" ucapnya pelan.
"Kamu jangan banyak bicara, kamu harus kuat."
"Ka, kamu harus mendengarkan aku sekarang. Sudah tidak ada lagi waktu. Aku hanya ingin kamu tahu. Aku begitu mencintaimu, Azka? Dari SMA, aku sudah jatuh cinta padamu. Hanya kamu, laki-laki yang aku cintai, dari dulu sampai dinafas terakhirku," ucap Laras, sudah mulai melemah.
"Ku mohon Lar, kamu jangan banyak bicara lagi, tak ada kata terakhir. Kamu dan aku akan selamanya, bersama!" sembari memegang erat tangan Laras yang satunya lagi.
"Maafkan aku, yang tak pernah bisa jujur. Kalau aku begitu mencintaimu." Suara Laras sudah semakin pelan.
"Aku tidak akan memaafkan kamu Ras, bila kamu meninggalkan aku."
Laras, menoleh ke arah Dea, "De jaga Azka, untuk aku," ucapnya begitu pelan, dengan nafas, yang semakin sesak.
Dea menganguk, menyetujui permintaan sahabatnya ini, sembari terus menangis .
Pak Yusuf meneteskan air matanya, menjadi saksi atas kisah cinta mereka yang kandas.
Laras sudah semakin lemah, tubuhnya sudah tak bisa menahan lagi. Laras menghembuskan nafas terakhirnya dipelukakan Azka, sembari mengucapkan syahadat untu kata terakhirnya. Laras menutup matanya sambil tersenyum.
Azka menjerit, melihat Laras sudah tak bernyawa lagi. Azka begitu histeris, menggoyangkan badan Laras, agar Laras bangun.
"Laras kamu jangan becanda, ini tak lucu? Laras kamu tidak boleh pergi. Aku tak memberikan izin kamu pergi dari hidupku. Laras kamu bangun. Aku janji, aku akan membalas cintamu. Aku tak akan menyakitimu dengan bersama gadis lain, Laras" Azka menangis sejadi-jadinya, sambil memeluk tubuh Laras, yang sudah dingin tak bernyawa lagi.
Bersambung....
Aku nangis lagi, nulis Chapter ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Kendarsih Keken
hik hiks 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2021-05-11
0
Sari Nanda
😭😭😭😭😭😭😭
2020-11-15
0
Krist Damai
😭😭😭😭😭
2020-10-26
0