Airin mengerjapkan saat matahari menyinari matanya lewat jendela, Airin menghela nafasnya seluruh tubuhnya terasa remuk dan kaku untuk di gerakan, semalam Alden menggempurnya dengan berbagai gaya, yang Airin rasakan juga begitu menakjubkan, saat hentakan demi hentakan yang Alden lakukan terasa seperti menembus dinding rahimnya.
Airin sampai berfikir apa Alden tidak lelah, apa pinggangnya tidak kesakitan?.
Airin kira kali ini dia akan selamat, dan Alden akan segera membuangnya karena dia baru saja mendapat gadis baru, namun tetap saja Alden datang padanya.
Rasa sakit di bagian intinya masih terasa mungkin karena ini baru kedua kalinya Airin melakukan itu.
Airin bangun dan merenggangkan tubuhnya, memakai kimono tidurnya, lalu melihat ke arah jendela. Matahari sudah tinggi, Airin terlambat bangun, tapi memangnya mau kemana.
Dari jendela kamarnya Airin bisa melihat pantai dan rupanya mereka sudah asik bermain.
Airin mengalihkan pandangannya saat mendengar suara pintu di ketuk, Airin merapikan kimono nya lalu membuka pintu.
Airin tersenyum saat melihat pelayan masuk dengan troli makanan "Tuan Alden meminta saya membawakan ini, Nona"
Airin mengangguk, lalu pelayan pergi setelah menata semua makanan diatas meja.
Airin menatap makanan dengan terkejut, ada apa dengan Alden, apa dia harus memakan semuanya, itu sangat banyak.
Sebuah pesan masuk ke ponselnya dan begitu membacanya Airin menghela nafasnya.
-Makanlah yang banyak, karena energimu banyak terkuras semalam-
Selanjutnya Airin mendapatkan kembali notifikasi dari e-bankin nya, dan tentu saja itu bayarannya atas pekerjaannya semalam.
Airin tak melihat lebih dari pesan yang muncul di layar bagian atas itu, Airin bahkan tak peduli dengan uang itu.. dan seberapa banyak itu, lalu apa yang sedang dia lakukan sekarang, ini tidak lebih karena surat perjanjiannya, tentu saja Airin tak mau di penjara saat neneknya bahkan sedang terbaring koma.
Airin menatap datar makanan di meja, lalu tanpa bicara dia memakan makanannya, semua yang dia kunyah sangat nikmat jika saja suasana hati Airin sedang hangat, namun kini suhu dari tubuhnya begitu dingin hingga makanan pun terasa hambar.
Di sore hari Airin keluar dari kamar, dia rasa tubuhnya sudah terasa segar, jadi Airin putuskan untuk pergi keluar vila.
"Airin.." Airin menoleh dan melihat Louise yang sedang berbincang dengan para wanita juga ada tiga pria di sudut duduk di meja bar.
Airin melihat ketiga pria itu, tumben mereka tidak menggandeng wanita.
Airin melangkah mendekati Louise dan para wanita itu "Bagaimana?"
Airin mengerutkan keningnya "Apa yang bagaimana?"
Louise tertawa "Alden.. bukankah dia selalu hebat, dia itu kuat dan perkasa" mendengar ucapan Louse membuat Airin memerah malu, apa mereka tahu jika Alden semalam bersamanya.
Astaga..
"Kau tahu apa yang terjadi pada si gadis?" bisik Louise.
Airin penasaran dengan gadis itu, karena Alden tetap datang padanya, lalu kenapa harus dia, kenapa tida salah satu dari mereka saja "Dia tak bisa bertahan. yah.. seperti biasa karena Alden yang perkasa dia selalu membuat kita kalah dengan kejang berkali- kali.." Airin mengerutkan keningnya, lalu melihat ke arah sang gadis yang duduk dengan wajah memerah, lalu menipiskan bibirnya.
Jika saja Alden tidak mengancamnya, Airin juga ingin tertidur, dan entah mengapa Airin selalu luluh dengan nada memelas dari Alden, meski awalnya dia mengancam lebih dulu.
-Kumohon jangan tidur, lihat aku-
Dan akhirnya Airin memandang wajah Alden yang memesona itu, lalu bagaimana Airin tidak luluh.
"Louise, aku ingin pergi jalan- jalan dulu." Airin memilih pergi dan menghindar dari para wanita itu.
"Ah, ya. Hati- hatilah.. jangan sampai terlalu jauh." Airin mengangguk lalu pergi.
Airin mengedarkan pandangannya berjalan di tepi pantai, dan melihat sebuah akar besar, Airin duduk disana dan menghadap ke pantai yang tenang, semilir angin menerbangkan unjung rambutnya yang tergerai, dan pandangan Airin tak lepas dari indahnya pemandangan di depannya.
Matahari sudah mulai turun, memberikan warna jingga yang memantul ke air laur, hari sudah hampir gelap, namun Airin masih ingin melihat hingga matahari tenggelam, entah kapan lagi dia bisa melihat pemandangan seperti ini, sejak dulu hidupnya sibuk bekerja dan bekerja saja, jangankan untuk liburan ke pantai terdekat, untuk sekedar istirahat saja Airin tidak punya waktu.
Matahari sudah tenggelam dan menyisakan kegelapan, lalu berganti cahaya bulan, Airin tersenyum sendu lalu berdiri, dan memutuskan untuk pulang ke vila.
Saat memasuki vila Airin melihat semua orang berkumpul sedang bermain kartu dengan minuman di atas meja. Airin ingin acuh saja namun Alden memanggilnya dan dia harus duduk.
Airin menipiskan bibirnya dan berniat duduk di tempat kosong, namun saat Airin akan mendaratkan bokongnya, Alden memanggilnya "Kemari!" Alden memberikan tatapan tajam pada Louise yang sedang duduk di pangkuannya, Louise tersenyum lalu bangkit setelah mengecup pipi Alden.
Louise melihat ke arah Airin yang tersenyum canggung lalu duduk di pangkuan Alden, ya.. dia menggantikan Louise sekarang.
Airin duduk dengan canggung meski Ben dan Roland terlihat biasa saja, dan mereka pun duduk dengan wanita di sisinya, hanya saja Airin berada di pangkuan Alden sekarang.
Airin memerah merasakan tangan Alden menyingkirkan rambutnya, lalu bibir basahnya mengecup tengkuknya "Dari mana saja kau?" lalu bisikan itu terdengar begitu lirih hingga hanya Airin yang mampu mendengarnya.
"Ak..ku pergi ke pantai.." setelah menjawab pertanyaan Alden, Airin merasakan wajahnya di tarik lembut lalu dia menatap manik Alden yang juga menatapnya.
Jantung Airin berdegup kencang, saat tatapan itu jatuh ke bibirnya, dan dalam beberapa detik saja Alden sudah menciumnya.
Airin terpaku saat merasakan bibirnya di tarik lembut dengan jejak basah diantara dua bibir.
Beberapa saat diam Airin menyadari bahwa Alden perlu balasan, hingga saat Alden kembali menciumnya Airin memberanikan diri membuka mulut dan membiarkan Alden akses untuk menikmatinya.
Tidak, Airin tidak lupa bahwa dia di kelilingi banyak pasang mata, namun Airin tak punya pilihan selain menuruti Alden.
Itu sudah menjadi kontrak kerjanya bersama Alden, bahwa dia harus menuruti apapun dan kapanpun Alden menginginkannya.
"Oh, Wow.. pergilah ke kamarmu Al.." terdengar suara Ben yang bicara, namun bukannya berhenti, Alden malah bergeming dan terus merapatkan tubuh Airin ke arahnya.
Airin mendorong pelan Alden agar dia menjauh, dan menghentikan ciumannya, namun tenaganya tak cukup kuat, hingga pelukan Alden tak mengendur sedikit pun bahkan semakin erat.
Airin malu sungguh malu, ini pertama kalinya dia di cium di depan orang lain, dan sekarang ciuman Alden berubah menjadi cumbuan.
Airin menjerit dalam hati, dia ingin menangis, apakah ini pekerjaan yang dia lakukan demi uang.
Dan dia harus siap melakukannya kapanpun Alden mau bahkan di depan orang lain.
Tak peduli harga dirinya terluka..
Alden menggeram, bagaimana dia bisa segila ini bahkan hanya karena sebuah ciuman dia enggan melepaskan Airin, Alden menghela nafas sebanyak - banyaknya saat dia melepaskan diri, lalu tercenung saat melihat setetes air mata jatuh di pipi Airin.
Airin menangis..?
...
Like...
Komen ..
Vote..
🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Dewi Soraya
y ampun udh dpt gadis polos virgin msh main m cwek lain.klo q jd airin g mw.kecuali dy g main m cwek lain
2023-09-05
2
𝓐𝔂⃝❥hanny👈🏻
😢😢😢
2023-01-28
1
Mom Dee🥰🥰
poor airin 🥲🥲
bunga ⚘⚘⚘ utkmu thor 🤗
2023-01-11
0