Airin Joseanne

Flashback on..

"Airin apa keinginan terbesar dalam hidupmu?"

"Keinginan terbesar?"

"Ya.."

Airin tersenyum lalu berkata dengan senyum cerah di bibirnya.

"Mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk nenekku.. dan membuatnya sembuh, hingga kami bisa hidup dengan damai berdua."

Jika di tanya keinginan terbesar Airin, tidak hanya saat ini, tapi satu minggu lalu, satu bulan lalu, bahkan satu tahun lalu jawabannya tetap sama dia ingin neneknya sembuh, lalu mereka bisa hidup dengan bahagia selamanya, dia akan mengumpulkan uang untuk hidup mereka, uang yang banyak.

Dia hanya hidup berdua dengan neneknya, kedua orang tuanya entah kemana dan bagaimana bisa dia hanya hidup berdua dengan neneknya Airin pun tak tahu.

.

Airin bekerja di tiga tempat berbeda, dengan sif yang berbeda, hingga dia hanya punya beberapa jam saja untuk tidur, terkadang Airin juga akan merasa kepalanya sakit karena kurang tidur.

"Selamat pagi Airin?"

"Pagi suster, bagaimana kondisi nenekku?"

Airin meletakan tasnya di atas kursi tunggu.

"Seperti biasa, belum mengalami perubahan, Airin kamu masih bekerja di tiga tempat?"

Airin mengangguk, sambil memperhatikan suster yang melepas dan memasang kembali cairan infus.

"Kamu tidak lelah?"

"Hanya robot yang mungkin tidak akan lelah, tapi aku juga tidak bisa melakukan apapun karena hanya itu yang bisa ku lakukan.." Airin tetap tersenyum, meski hatinya merasa malang.

"Hmm.. Aku punya kenalan dia bekerja di rumah keluarga kaya, jika kamu mau aku bisa meminta pekerjaan, gajinya sangat besar, hanya kamu harus tinggal disana... dan pekerjaannya mengurus rumah.. kamu tidak perlu kerja di tiga tempat jika kerja disana kurasa gajinya bahkan lebih besar jika di bandingkan kamu bekerja di tiga tempat"

"Benarkah?" Airin nampak berfikir lalu berkata "Terimakasih aku akan memikirkannya, bukankah aku juga harus melihat nenekku" jika dia tidak bisa pulang bagaimana dengan neneknya, meski tidak setiap saat tapi setidaknya dia bisa memantau keadaan neneknya.

"Baiklah hubungi aku jika ingin bekerja disana, aku sudah selesai, dan jika itu menjadi kekhawatiranmu disini banyak suster yang berjaga, Nenekmu akan baik-baik saja" Suster merapikan peralatannya lalu pergi.

Airin mengalihkan pandangannya pada wanita tua yang terbaring di atas ranjang kecil dengan peralatan di seluruh tubuhnya "Apa yang harus aku lakukan nenek?" Airin menggenggam tangan sang nenek lalu mengecupnya, dia dilanda kebingungan hutangnya sudah menggunung tapi neneknya masih belum sembuh karena penyakitnya yang memang kronis.

Sebelum pergi bekerja Airin memutuskan untuk pulang lebih dulu untuk sekedar membersihkan diri, tadi setelah bekerja di mini market, Airin menyempatkan diri untuk menjenguk neneknya, dan di siang hari Airin bergegas pulang untuk pergi ke tempat kerja berikutnya, yaitu ke sebuah toko kue di tengah kota.

Airin menelan ludahnya kasar saat tiba di rumah yang dia sewa bersama neneknya, dua pria berbadan besar tengah mengetuk pintu rumahnya, Airin menyembunyikan tubuhnya di balik pohon saat salah satu dari mereka menoleh kearahnya.

Airin berjalan cepat memutar arah, niatnya untuk pulang dia urungkan karena melihat para rentenir tengah mencarinya, Airin yakin jika mereka melihatnya tadi, dia tidak akan selamat, apalagi mereka selalu berusaha untuk melecehkannya.

Dengan beberapa kali menghela nafas, Airin berusaha menenangkan dirinya dan mulai bekerja, berusaha menepis ketakutan dalam dirinya tentang para menagih hutang yang memang tiga hari ini selalu mencarinya sudah dua bulan Airin tidak membayar cicilan hutangnya, Airin mulai lelah, karena hutang yang tak kunjung lunas malah semakin membesar, Airin meminjamnya hanya sekali saat neneknya drop dan terpaksa di larikan ke rumah sakit, namun hingga kini hutangnya tidak pernah lunas.

Apa yang harus dia lakukan untuk membayar tunggakan dua bulannya, belum lagi biaya rumah sakit neneknya yang harus dia bayarkan, ternyata bekerja di tiga tempat belumlah cukup.

"Airin kamu mimisan!" rekan kerja Airin berseru khawatir saat melihat hidung Airin mengeluarkan darah.

Airin tersentak lalu segera mendongak berharap darahnya berhenti mengalir, dengan segera Airin berlari kearah toilet untuk membersihkan darah yang masih mengalir.

Entah sudah berapa kali hari ini Airin menghela nafasnya, menatap pantulannya di cermin dengan sedikit sisa darah di hidungnya, dia ingin menyerah dia sungguh lelah, tapi dia juga tidak mungkin membiarkan neneknya begitu saja.

Sejak kecil dia di rawat oleh neneknya, mereka hanya hidup berdua saja, ketika Airin bertanya kemana orang tuanya, sang nenek tak pernah menjawab.

Dulu Airin juga pernah mendengar desas desus, bahwa dirinya hanya anak yang terbuang dan di pungut oleh neneknya.

Lalu jika itu benar, setelah sejak kecil dia dirawat nenek tua itu dan disayangi layaknya cucu sekaligus anak, bagaimana mungkin Airin mampu mengabaikan neneknya.

Tuhan apa yang harus aku lakukan?

Batinnya berteriak, sejak dulu Airin tidak pernah merasakan hidup nyaman, meski begitu dia tetap bahagia, karena punya nenek yang selalu bersamanya.

Namun satu tahun lalu, sang nenek di vonis memiliki kanker hati dan harus segara menjalani perawatan dari sanalah Airin mulai merasakan hidupnya penuh kemalangan dan kesedihan, terpaksa mendatangi rentenir demi membawa neneknya ke rumah sakit.

"Tidak bisa, aku tidak boleh menyerah, hanya aku yang dimiliki nenek bagaimana bisa aku berfikir untuk menyerah." Airin mengepalkan tangannya di tepi wastafel meneguhkan tekad dan siap berjuang demi neneknya yang telah amat berjasa di hidupnya.

Jam kerja Airin berakhir di jam tujuh malam karena toko kue tutup, dan kini dia bersiap untuk pergi ke tempat kerja berikutnya, tempat yang paling menyebalkan bagi Airin tempat paling menjijikan dimana banyak pria hidung belang di dalamnya.

Klub malam murah yang dia masuki untuk mengais rezeki demi menyambung hidup dan segala kebutuhan yang mencekik.

Airin bekerja sebagai pelayan membawakan minuman dan menuangkan kepada para tamu.

Airin mengganti pakaiannya dengan seragam ketat yang membalut dirinya, sudah berapa kali Airin mengalami pelecehan karena seragam sialannya, tapi apa yang terjadi jika dia melaporkan pada bosnya, dengan acuh dia berkata "Sudah ku bilang kamu hanya perlu mengangkang dan akan mendapatkan banyak uang, jadi jika hanya ada pria yang menyentuh bokongmu saja, kamu jangan protes.. diamlah dan bekerja dengan benar."

Airin hanya bisa pasrah, karena dia membutuhkan pekerjaannya, dan yang terpenting kesuciannya tetap terjaga.

Jam kerja di club malam berakhir pukul lima pagi, Airin mendesah lelah saat semua pengunjung sudah tidak terlihat.

Airin menelungkupkan wajahnya di atas meja yang baru saja dia bersihkan, dia punya waktu satu jam sebelum bekerja di mini market 24 jam.

Lelah..

Tentu saja, setiap hari berjibaku dengan pekerjaan yang tak pernah usai, Airin hanya mampu memejamkan mata beberapa jam saja.

Airin keluar dari klub saat pajar mulai menyingsing jam kerjanya di mini market akan segera dimulai.

Namun langkahnya terhenti saat teriakan pria berbadan besar berdengung di telinganya "Itu dia!" teriaknya.

Airin memutar langkahnya dan berlari kencang menghindari dua pria berbadan besar yang mengejarnya, Rentenir yang sejak kemarin mengejarnya..

Astaga..!

...

Siap untuk AIDEN (Airin-Alden)?

Like...

Komen..

Vote..

Terpopuler

Comments

Siti Aminah

Siti Aminah

baru nyimak thor...

2024-01-16

0

𝓐𝔂⃝❥hanny👈🏻

𝓐𝔂⃝❥hanny👈🏻

naas bener hidup Airin... 😔

2023-01-26

1

Nna Rina 💖

Nna Rina 💖

sakir kah airin, hidungnya berdarah n kliatan kurus?
jgn ya ceu... aku ga sanggup bacanya kalo airin sakit

2023-01-14

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!