Airin menggeliat merenggangkan tubuhnya, merasa tidurnya cukup lelap dan nyaman Airin bangun dengan segar.
Airin akan bangun namun merasa sesuatu menahannya, Airin menunduk dan menemukan sebuah tangan memeluknya erat, Airin menegang. tiba- tiba dia teringat semalam dia datang menemui Alden, lalu sejak kapan di tertidur dan bagaimana bisa Airin tidak menyadarinya.
Airin menyingkap selimut lalu memeriksa pakaiannya, Airin mendesah lega kala mendapati dia masih berpakaian lengkap "Kau fikir aku akan melakukannya saat kau tidur" Alden terbangun karena pergerakan dari Airin yang mengganggunya "Meskipun kau sudah menjadi milikku.. aku tidak akan menikmatinya saat kau tertidur lelap, bahkan sampai mendengkur."
Airin mengerjapkan matanya dengan salah tingkah, Astaga dia mendengkur.. "Maaf aku tidak tahu kalau aku tertidur.." Yang Airin ingat dia sedang duduk di pangkuan Alden tapi kenapa dia tertidur?, apa karena merasa terlalu nyaman.
Airin memukul kepalanya, bagaimana bisa belum apa-apa dia sudah terlena, bahkan disaat Alden belum memulainya.
Tak dapat di pungkiri pesona pria di depannya ini memang memikat, dan yang Airin sukai adalah saat Alden tak menatap dengan tatapan mesum, raut serius yang juga saat ini sedang Alden layangkan padanya "Kau mengganggu tidurku!" ketusnya.
Airin menelan ludahnya kasar saat Alden benar- benar marah "Maaf tuan aku hanya kaget.. be..begini saja anda boleh tidur lagi.." Airin merapikan kembali bantal Alden dan merebahkan pria yang masih mengerutkan keningnya, dan dengan bodohnya Alden hanya diam saat Airin menyelimutinya kembali.
Alden berdecak saat menyadari dirinya hanya diam saat Airin memperlakukan dirinya seperti anak kecil.
"Kalau begitu a..ku pergi dulu.." Alden mengerutkan keningnya saat Airin hendak pergi.
"Mau kemana kau?" Airin terpaku di tempatnya saat suara Alden terdengar.
"Aku harus.. segera bekerja.."
"Kau lupa, pekerjaanmu adalah melayaniku sekarang!"
"Persiapkan air mandiku!" Alden kembali memejam setelah memerintahkan Airin.
Airin segera pergi ke arah kamar mandi, dan melakukan apa yang di perintahkan Alden, setidaknya ini pekerjaan normal layaknya pelayan yang melayani majikannya.
Mengisi bathub dengan air hangat Airin menunggu hingga air terisi penuh dan meneteskan aroma terapi, setelah selesai Airin keluar kamar mandi untuk memberitahu Alden jika persiapan mandinya sudah selesai.
Alden sudah bangun dan duduk di tepi ranjang dengan ponsel di tangannya "Tuan, air mandimu sudah siap.."Alden mendongak dan melihat Airin menundukan wajahnya, Alden tahu Airin merasa risi dengan penampilannya yang hanya mengenakan celana pendek tanpa baju untuk menutupi dada bidangnya, namun Airin harus membiasakan diri karena ini akan menjadi penglihatannya sehari-hari.
Airin bahkan akan melihatnya telanjang nanti..
"Bantu aku..!" Airin mendongak saat mendengar Alden mengatakan kata-kata yang ambigu, apa yang harus dia bantu? Alden bukan anak kecil yang harus di mandikan bukan?
"Kenapa kau masih diam, ikuti aku!" Alden masuk ke kamar mandi lalu dengan segera Airin mengikutinya "Buka!" Airin menatap gugup Alden yang kini berdiri di depannya.
"Apa?"
"Buka celanaku!" Airin mengerjapkan matanya lalu melihat celana Alden yang menggantung di pinggangnya "Kau harus terbiasa dengan ini Airin.. lakukan!"
Airin menelan ludahnya lalu berjongkok di depan Alden tangannya dengan gemetar menyentuh pengait lalu menurunkan resletingnya, wajah Airin memanas saat melihat benda segitiga yang masih menutup benda pusaka Alden, pria mesum apa dia tidak malu melakukan ini? dan apa dia juga harus melakukan ini setiap saat.
Airin ingin menangis, dia ingin berteriak bahwa dia sedang dilecehkan, tapi kemudian dia teringat, nanti bahkan dia harus melakukan lebih dari ini.. "Aku tidak suka gaya sekkkss yang monoton jadi kau harus siap kapanpun itu jika aku mau, meski itu di kamar mandi.." mendengar ucapan Alden, Airin semakin menegang.
Saat ini Airin bahkan masih berjongkok di depan benda pusaka Alden yang terbuka akibat tarikan tangannya pada benda segitiga milik Alden.
Tanpa canggung Alden memasuki bathub, bahkan tak menghiraukan Airin yang masih terpaku di tempatnya.
Memasukan kaki satu persatu hingga duduk untuk menenggelamkan dirinya "Kemarilah..!" Airin berjalan mendekat kearah Alden, lalu meraih tangan Alden yang terulur kearahnya.
Alden menarik lembut tangan Airin agar mengikutinya memasuki bathub "Tuan.. pakaianku.."
Alden mendongak melihat Airin yang merona "Atau kau ingin melepasnya sendiri..?"
"Tapi pakaianku.. bi..bisa basah"
"Tak masalah.." Alden kembali menarik Airin hingga terduduk di pangkuannya telat di paha Alden, ah bukan Alden bahkan merasakan benda pusakanya berada terhimpit antara tubuhnya dan Airin.
Tangan Alden terulur melepas ikat rambut Airin, hingga tergerailah rambut panjang berwarna kuning kecoklatan.
Tangan Alden merambat ke leher lalu ke tengkuk bagian belakang hingga menyentuh resleting seragam pelayan Airin, menurunkannya perlahan hingga menampakan bahu putih Airin, dan Alden bisa melihat tali bra lalu dua benda kenyal yang masih terbalut benda berwarna hitam itu dibalik seragam yang mulai turun hingga ke pinggang.
Airin merasa kulit punggungnya memanas saat Alden menggerakkan tangannya naik turun dengan gerakan sen sual, Airin terus menunduk menatap busa putih yang menutupi tubuh bagian bawahnya.
"Apa yang kau lihat.." Alden menjepit dagu Airin dan membuat Airin mendongak dan melihat ke arahnya.
Alden mengagumi kulit putih Airin yang lembut dan yang pasti belum terjamah, dan dia yang akan pertama kali menyentuhnya, Mata Alden mulai memindai tubuh Airin dari ujung rambut, lalu turun ke mata Airin yang memiliki warna coklat keemasan, yang Alden tahu itu tanpa lensa yang menutupi warna aslinya, lalu hidung mancung yang kecil dengan rahang yang lancip seperti barbie, ya Airin secantik itu, dan Alden baru menyadarinya sekarang apa di terlalu murah membelinya.
Jari besar Alden mengusap lembut bibir Airin yang bahkan lebih kecil dari jarinya, bibir tipis dengan warna alami tanpa lipstik yang menempel.
Alden memiringkan wajahnya mendekat ke arah Airin yang memejamkan matanya.
Airin benar-benar pasrah, meski hatinya ingin menangis, tapi apalah daya dirinya sudah di beli oleh Alden jadi dia hanya bisa diam saat Alden melakukan apapun pada dirinya.
Rasa panas yang Alden sebarkan melalui jari tangannya yang besar, membuat Airin meremang, lalu Alden mengusap bibirnya dengan tatapan penuh minat, dan Airin memilih memejamkan matanya saat Alden mulai mendekat dengan wajah yang di miringkan untuk menyesuaikan posisi bibir mereka.
Rasa hangat saat bibir Alden menyentuh bibirnya berasal dari lidah yang membelai mencoba masuk kedalam bibir Airin yang masih tertutup dan membuat Alden merenggangkan dirinya dan Airin pun membuka matanya "Buka mulutmu!" titahnya, dan tanpa kata Airin pun membuka sedikit mulutnya hingga Alden kembali mendekatkan diri dan mel umat bibir Airin, Alden menyusup kan lidahnya lalu masuk dan mengabsen apa yang ada di dalamnya.
Alden merasa tak ada pergerakan dari Airin akhirnya kembali menarik diri, Alden menjatuhkan tatapannya pada tangan Airin yang mencengkram lengan bagian bawahnya erat, apa gadis ini takut jatuh, atau..? "Apakah ini juga ciuman pertamamu?"
Airin merona dan hanya mengangguk kaku, suatu kenyataan yang membuat Alden menegang. Astaga.. baru pertama kali dia mendapatkan wanita murni, yang bahkan belum pernah berciuman, apakah dia benar- benar terlalu murah membelinya?.
😱😱😱😱😱
Komen...
Komen...
Komen...
Lanjut???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Lindo Riee
kalo terlalu murah tolong jadi in istri aja dan lindungi airin🤗
2025-02-24
0
tina_sa
alden klo kami merasa murah belinya tambahin lagi donk uangnya,dr pada membatin truz
2023-02-03
0
Nna Rina 💖
kalo merasa murah, kasih saham aja 😆
2023-01-15
3