Flashback Di Dalam Flashback

11 tahun lalu..

Alden yang masih muda, layaknya anak muda di usia yang baru menginjak dua puluh tahun memiliki cinta, bahkan saat itu dia baru merasakan cinta pertamanya, Alden bahkan membawa sang kekasih menghabiskan waktu dirumahnya, tak jarang Gres bahkan menginap dirumahnya, karena Daddy dan Mommynya sudah menganggapnya sebagai anaknya sendiri.

Gres terlahir dari keluarga sederhana, namun Alden tidak mempermasalahkannya bahkan tidak jarang Alden akan membantu perekonomian keluarga Gres.

Sejak satu tahun lalu mereka menjalin hubungan, layaknya anak muda yang menggebu mereka bahkan bercinta dan memadu kasih, Alden bahkan tak keberatan saat menemukan Gres sudah tak perawan, sebab di negara mereka hal seperti itu sudah lumrah, namun Alden tak tahu siapa pria yang pertama bagi Gres, baginya masalalu adalah masalalu, dan kini Gres adalah miliknya.

Tanpa Alden tahu, pria pertama bagi Gres adalah sang Daddy, dan bahkan mereka masih menjalin hubungan di belakangnya dan Mommynya, hingga saat Mommynya mengetahui kenyataan itu Mommynya sangat syok dan mengalami serangan jantung lalu meninggal dunia membawa kekecewaan akan suaminya, dan Alden tak pernah tahu.

Suatu hari Alden yang tak sengaja melintasi kamar sang Daddy, penasaran dengan suara yang tidak asing untuknya Alden mengintip lewat celah pintu yang dia dorong hingga sedikit terbuka. Alden ingin menepisnya namun rasa penasaran mendorongnya untuk memastikannya.

Mata Alden terbelalak saat melihat sang Daddy sedang memacu dirinya di dalam Gres lalu terdengar pembicaraan mereka mengenai kematian sang mommy yang menemukan kekecewaan terhadap mereka.

"Setelah ini jangan dekati aku lagi, kesepakatannya ini adalah yang.. terakhir, ah.." Gres berkata sambil menikmati hentakan demi hentakan yang di berikan Barnes, Barnes memang sudah paruh baya namun kekuatannya tak kalah dari Alden.

"Kau bercanda, Gres. aku bahkan kehilangan istriku karena kau, dan kau mencampakkan aku sekarang!" Gres semakin mende sah saat Barnes menghentak lebih dalam.

"Lihat kau bahkan menikmati ini..ah.."

"Bukan kesalahanku, jika dia syok saat melihat kita bercinta..Bar .. Ah.."

"Gres, aku bisa gila.. apa kau lupa akulah yang pertama untukmu"

Gres menggeleng, namun kedua tangannya meremas kedua bukit kembarnya, agar menambah sensasi kenikmatan yang di berikan Barnes.

"Aku mencintai Alden, Bar.."

"Kau mencintai putraku, tapi kau bercinta dengan ku!"

"Bagaimana jika dia tahu kau adalah sugar baby ku, yang bahkan menyerahkan keper awanannya padaku ayahnya sendiri.." ya, mereka sudah berhubungan jauh sebelum Gres berhubungan dengan Alden, kala itu Gres bekerja sebagai sugar baby untuk memenuhi kebutuhannya.

"Tidak Barnes, kita sudah sepakat untuk mengakhiri ini!"

"Aku tidak yakin, karena kau begitu nikmat Gres..ah.."

Dibalik pintu Alden mengepalkan tangannya penuh amarah, dia ingin menerjang kedua pasangan biadab itu bagaimana bisa mereka adalah penyebab mommynya meninggal, dan selama ini mereka menjalin hubungan terlarang.

...

Sejak saat itu Alden berlaku dingin pada Gres, dia dengan diam memperhatikan tingkah kedua pengkhianat itu, sedangkan Gres mulai menaruh curiga saat Alden tak lagi berlaku menjadi seorang kekasih posesif, bahkan dia pernah mendengar Alden pergi dengan kedua temannya ke sebuah bar di temani para wanita.

Alden semakin jauh..

Suatu hari Gres datang pada Alden saat Alden sedang di sebuah club dan Gres menatap Alden kecewa saat menemukan Alden bercumbu dengan wanita lain.

"Alden.." lirih Gres.

Alden mendengus "Apa yang kau lakukan disini?"

"Alden, beberapa hari ini aku mencari kamu.. aku.. " Gres melihat sekelilingnya dan merasa hal tersebut tak pantas untuk di katakan di sana. "Alden.. aku ingin bicara.." tangan Gres mengepal saat melihat wanita di pangkuan Alden mengelus rahang Alden hingga dada bidang pria itu.

Gres ingin marah, dan mengumpat bagaimana bisa Alden melakukan ini di depannya.

"Merepotkan, honey.. tunggu aku.." Alden melu mat bibir wanita di pangkuannya sebelum pergi dari sana bahkan mendahului langkah Gres.

Gres menatap tajam wanita yang melayani Alden, lalu melangkah mengikuti Alden.

"Cepat katakan, jangan buang waktuku.." Alden melipat kedua tangannya.

"Alden, ada apa dengan kamu, beberapa hari ini aku mencari kamu.. lalu apa yang kamu lakukan tadi.. kamu membuat aku kecewa.." Gres meneteskan air matanya.

Alden mendengus "Berhenti basa- badi Gres, kau fikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan dengan Daddyku.."

Gres tercengang, sejak kapan Alden tahu hubungannya dengan Daddynya. "Al.."

"Dengar kan aku Gres, aku sudah menahan diriku untuk tidak membunuh kalian, karena mommy ku.. lalu apa lagi, kau fikir aku masih ingin bertahan dengan pengkhianat seperti kau" Gres semakin tercekat.

Alden akan pergi namun Gres menahannya "Alden.. aku.. hamil.."

Alden mengerutkan keningnya "Lalu, apa hubungannya denganku"

"Al, ini.. anak kamu"

Alden tertawa bahkan sangat keras "Kau tak ingat Gres, saat kita melakukannya kau selalu tertidur, apakah kau tau aku mengeluarkannya di dalam atau diluar?"

Gres menutup mulutnya terkejut.

Saat itu Alden bersyukur dengan kutukannya karena tak terkalahkan dalam hal stamina, dan selama ini Alden bahkan tak bisa menyelesaikannya saat Gres sudah terlelap, rasa cintanya membuatnya memilih menyelesaikan has ratnya sendiri, di banding mengganggu tidur sang kekasih.

Gres menelan ludahnya jika ini bukan anak Alden lalu anak siapa yang dia kandung.

Alden mendengus lalu pergi dari hadapan Gres yang terdiam kaku.

...

Hebat sekali..

Alden menyeringai saat keesokan harinya melihat Gres dan Daddy nya berada di meja makan, dengan tenang Alden berjalan mendekat lalu duduk untuk menyantap sarapan paginya, meski rasanya mual membayangkan perselingkuhan mereka.

"Alden.." Daddy nya menatap serius ke arah Alden, yang menatap datar sang daddy "Kami akan menikah"

Alden tertawa, semakin lama tawanya semakin pecah, menyembunyikan luka hatinya Alden menggenggam erat sendok dan garpu di kedua tangannya.

Gres menunduk, meneteskan air matanya.. dia terluka melihat Alden terluka karenanya, namun dia tak memiliki pilihan lain anaknya butuh pengakuan.

"Daddy tak perlu basa- basi, kau sudah tahu semuanya bukan.. Daddy mencintai Gres, dan Daddy akan menikahinya.. terlebih dia sedang mengandung anak Daddy.."

Alden masih tersenyum remeh sambil mengangguk "Lagipula, ini bukan meminta persetujuan bukan..?"

"Aku setuju ataupun tidak, kalian akan tetap menikah.." Alden melihat Gres yang semakin menunduk, hilang sudah rasa cinta Alden untuk Gres luruh dengan kekecewaan yang di buat hingga membekas sampai sekarang.

"Tapi aku punya syarat untuk pernikahan kalian, apa pun jenis kelamin anak nya.. Aku yang akan menjadi satu- satunya pewaris keluarga Barnes.." Gres mendongak, dan melihat Alden yang terkekeh "Kau tidak keberatan bukan calon ibu tiri, lagipula aku tidak yakin anakmu mengandung darah Barnes atau tidak.."

Gres menitikan air matanya, mengapa Alden yang dulu mencintainya berubah begitu cepat dan menuduhnya begitu kejam, namun bagaimana tidak dia sudah menorehkan luka begitu dalam.

Daddy Alden yang memang mencintai Gres, berani melakukan apapun untuk bisa menikah dengan Gres, dia pun menyetujui syarat Alden "Baiklah, namun aku pun memiliki syarat, kau hanya akan menikah dengan pilihanku, jika tidak kau tidak akan pernah memiliki harta keluarga kita"

Alden tersenyum remeh, lagipula dia tidak berencana untuk menikah luka dihatinya membuatnya membenci wanita kecuali sang Mommy, hanya karena Gres, Alden menatap wanita sama saja.. apalagi dia sudah sering melihat para pekerja malam yang rela menyenangkan pria demi uang.

Tanpa berfikir panjang Alden menyetujui, bahkan mereka mengesahkan perjanjian tertulis dengan resmi.

Flashback di dalam flashback off

...

Like..

Komen..

Vote..

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***