Jika dua orang sudah ditakdirkan bersama, maka dari sudut bumi manapun mereka berasal, mereka pasti akan bertemu.
🌹 Happy Reading 🌹
Hampir dua jam telah berlalu. Avelia belum juga ditemukan. David dan keponakan kembarnya sudah mulai cemas.
“Apa tidak lebih baik jika kita lapor polisi, Uncle?” Zico juga tidak dapat menyembunyikan rasa khawatir dalam dirinya. Dengan polosnya bocah itu bertanya.
Bersembunyi satu jam saja sudah cukup untuk memenangkan permainan. Mereka sudah mencari ke seluruh apartemen sambil memanggil Avelia, namun gadis itu tidak juga muncul.
“Kita baru bisa melapor setelah dua kali dua puluh empat jam, Boy. Dan ini hanya baru dua jam. Aunty pasti masih berada di sekitar sini dan hanya bersembunyi saja.”
David menjawab dengan tenang. Berusaha untuk meyakinkan Zico dan Zee bahwa bibi mereka baik-baik saja. Padahal dia sendiri merasa sedikit khawatir.
“Baby Zee khawatir kalau aunty Ave diculik, Uncle.” Zee murung. Wajah manis itu ditekuk. Dalam hatinya sangat mengkhawatirkan bibi kesayangannya.
“Baby Zee, jangan khawatir. Aunty Ave akan baik-baik saja. Kita cari lagi, ya?”
David menggenggam tangan Zee dengan tangan kanannya dan Zico dengan tangan kirinya. Mereka kembali mengitari apartemen sambil memanggil nama Ave.
David, Zee dan Zico masuk kembali ke dalam kamar. Mereka menelisik ke setiap sudut, kali ini mencari lebih teliti. Sampai pada akhirnya David berhenti di dekat ranjang. Matanya secara tidak sengaja melihat baju yang sama dengan baju Avelia. Dia menajamkan penglihatannya dan semakin mendekat. Dan benar saja, itu ternyata adalah Avelia. Akhirnya, aku menemukanmu, pikirnya.
Avelia tertidur di lantai. Dia bersembunyi di celah antara ranjang dan tembok. Kepalanya sedikit masuk ke kolong ranjang. David yang melihat hal itu menggeleng tidak percaya. Bisa-bisanya Avelia sembunyi sampai ketiduran. Dan dengan posisi yang sedemikian rupa.
Zee dan Zico yang melihat pamannya berhenti di sudut kamar berjalan mendekat. Dan Zee langsung berteriak begitu melihat ternyata bibinya ada di bawah sana.
“Aunty Ave... Uncle, apa aunty pingsan? Mengapa ada di bawah sana? Apa aunty kelelahan saat bersembunyi?”
Wajah Zee terlihat begitu khawatir. Dia memanggil bibinya lirih dan menatap David setelahnya.
David mendekatkan jari telunjuk ke bibirnya, mengisyaratkan Zee untuk diam. Zee membungkam mulutnya saat dia hendak bertanya lagi. Namun raut wajah khawatir miliknya tidak bisa dia sembunyikan.
“Uncle rasa aunty Ave sedang tidur. Jadi kita jangan berisik ya.” David menjelaskan dengan berbisik. Zico yang sudah menduga hanya mengangguk.
Perlahan tangan kekar milik David menyusup diantara punggung dan paha Avelia, pria itu mengangkatnya ke ranjang. Dia membenarkan posisi bantal dan menutupi tubuh istrinya dengan selimut. Zee dan Zico yang melihat bibi mereka sedang bernapas teratur, akhirnya bernapas lega. David, Zee dan Zico memilih keluar dari kamar dan membiarkan Ave tidur dengan tenang.
“Zico tidak habis pikir, bagaimana aunty Ave bisa sampai ketiduran disana?”
“Baby Zee juga. Walaupun begitu, aunty Ave tetap memenangkan permainan. Dan Uncle Dav yang kalah.”
“Kalian ini, masih kecil sudah terlalu banyak berpikir. Aunty Ave tidur larut malam kemarin. Bisa saja karena matanya kelelahan membaca novel online, aunty jadi tertidur. Dan, yah uncle akui uncle kalah.”
David menjelaskan. Memang tadi malam saat dia terbangun untuk ke kamar mandi, Avelia masih terlihat serius membaca novel online di ponselnya.
“Uncle, Tuhan memberi otak kepada manusia untuk berpikir. Jadi ya kami hanya menggunakan anugerah.”
Zico seperti biasa menjawab dengan sok bijak. David terdiam. Mendebat Zico sama saja dengan mendebat kakaknya, selalu tidak mau kalah. Dan sialnya jawaban yang mereka berikan selalu masuk akal.
“Okay okay. Tapi kalau kebanyakan berpikir kalian akan cepat tua loh.” David masih berusaha meyakinkan agar keponakan kembarnya terutama Zico tidak berpikir berlebihan.
“Itu hanya mitos, Uncle. Lagi pula kalau aku menjadi tua, aku akan tetap cerdas dan tampan. Jadi tidak masalah.”
Zico tersenyum dengan percaya diri. David tertawa pelan. Bocah ini benar-benar duplikat kakaknya ternyata.
“Kepercayaan diri Zico itu mirip sekali dengan mommy.”
“Tentu saja, Uncle. Aku kan anaknya. Dan kami terikat hubungan darah, jadi wajar saja.”
“Tapi kepercayaan diri kakak sudah lebih dari wajar.”
Zee menimpali. Kakaknya itu selalu merasa dia menjadi pusat perhatian kemana pun dia pergi. Sering kali dia memakai topi dan kaca mata kalau bepergian ke tempat umum. Bertingkah layaknya seorang selebriti saja.
“Zee hanya tidak tahu saja. Pernah ada seorang tante di mall yang menjodohkan anaknya denganku. Dan itu semua karena tante itu terpesona pada wajah tampanku.” Zico menjelaskan dengan penuh semangat. Kata-katanya bukan bualan semata. Memang hal itu pernah kejadian.
“Ya, ya. Apa pun yang membuat kakak senang saja.” Zee menjawab malas. Sementara Zico tersenyum penuh kemenangan. David yang melihat hanya mengangkat bibirnya, tersenyum lucu melihat kelakuan keponakan kembarnya.
“Uncle, Zee lapar.” Zee memegang perut dari balik bajunya.
David melihat jam tangannya, sudah jam setengah satu siang. Pantas saja Zee sudah mulai kelaparan, pikirnya.
“Baby Zee ingin memakan apa?”
“Hanya Zee saja? Aku juga lapar, Uncle.”
Zico protes karena merasa diabaikan. Perutnya kan juga perlu untuk diisi.
“Kakak tak sabaran sekali sih. Kan uncle masih bertanya padaku.”
Zee melirik kakaknya dengan malas. Zico mengedikkan bahunya acuh.
"Memangnya apa yang salah dari kata-kataku? Aku kan hanya memberi tahu uncle kalau aku juga lapar.”
“Iya kan paling tidak tunggu sampai aku menjawab dulu, Kak.”
“Kan masih bisa dijawab sekarang, Zee.”
“Kakak selalu ingin menang sendiri.”
“Jangan bertingkah kekanak-kanakan begitu, Zee.”
“Aku memang masih anak-anak. Umurku baru empat tahun. Sebaiknya Kakak yang jangan bertingkah sok dewasa padahal masih mengompol kalau tidur.”
“Zee ingin membuka aibku di depan uncle Dav,ya?”
“Kakak duluan yang memulainya.”
“Dasar bocah.”
“Dasar Kakak sok dewasa.”
David mengubah pemikirannya. Perdebatan si kembar tidak lagi lucu, kini hal itu menjadi menyebalkan. Telinganya sudah mulai panas mendengar perdebatan kedua bocah kembar itu dan lehernya juga sudah mulai pegal karena dia melirik ke kiri dan kanan secara bergantian.
“Sudah sudah. Kalian ini tidak akan kenyang hanya dengan kata-kata. Jadi baby Zee dan Zico ingin makan apa?” David menengahi.
“Nasi goreng ayam,” jawab si kembar serempak. Menyadari mereka memberikan jawaban yang sama, Zee dan Zico saling memalingkan wajah. Sementara David tidak habis pikir. Untuk apa berdebat panjang kali lebar jika ujung-ujungnya mereka meminta jenis makanan yang sama.
“Baiklah kalau begitu. Uncle Dav akan memasak nasi goreng ayam spesial untuk Baby Zee dan Zico. Kalian tunggu disini ya?”
“Yes, Uncle.”
Keduanya kembali menjawab serempak. David terkikik geli dan berlalu menuju dapur. Sementara Zee dan Zico melirik satu sama lain.
“Twin forever?”
Zico menyodorkan jari kelingkingnya.
“Twin forever.”
Zee mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Zico. Zee dan Zico tersenyum setelahnya. Begitulah cara mereka berbaikan. Tak peduli apapun, pada akhirnya ikatan batin keduanya mengalahkan segalanya.
--- TBC ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Yati Ratinah
cerdas dan lucu😂😂
2021-08-16
0
Vera😘uziezi❤️💋
Adeuh jadi pengen juga punya twin
2021-02-25
2
Hsyahrul Marosa
hh
2021-02-21
2