Karena pada hakikatnya, pria yang baik akan dipertemukan dengan wanita yang baik, begitu pula sebaliknya.
🌹 Happy Reading 🌹
Flashback beberapa tahun yang lalu saat SMA
Dimas berjalan dengan senyum merekah di wajahnya. Mendekati Ave yang tengah sibuk dengan buku di tangannya. Walau gadis itu tidak menyadari kehadirannya, senyum semakin mengembang di wajah Dimas. Bagi Dimas, dilihat dari sisi manapun gadis yang satu ini tetap memikat hati.
Ave mendongak setelah tepukan ringan di pundaknya. Dilihatnya Dimas tersenyum hangat, membuatnya ikut tersenyum.
“Hey, Ve. Hari ini adalah acara kelulusan kakak kelasmu yang tampan ini, namun kau malah sibuk menyendiri disini. Tidak ingin mengucapkan selamat?”
Avelia mengibaskan tangan tanda tidak setuju dengan perkataan Dimas. Menutup buku yang tadi dibacanya, digesernya duduknya untuk mempersilahkan Dimas duduk yang memang langsung duduk di sebelahnya.
“Bukan begitu kak. Penggemarmu sangat banyak. Dari tadi kau dikelilingi oleh mereka, jadi aku memutuskan untuk menunggu sesi fan meetingmu selesai. Mana berani aku dengan penggemarmu yang banyak sekali itu.” Avelia tertawa pelan, berniat ingin menggoda pria di sampingnya.
Untuk sepersekian detik Dimas terhipnotis dengan tawa yang begitu indah baginya. Setelah hari ini, dia tidak tahu kapan lagi bisa melihat senyum dan tawa gadis yang dicintainya.
“Tidak peduli berapa banyak gadis yang memandangku, aku hanya memandangmu.” Suasana menjadi hening seketika. Avelia menatap lurus ke depan, canggung. Dia menyesal melontarkan candaan yang akhirnya membuat mereka dalam situasi seperti ini.
Dimas menyadari hal itu. Namun hari ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mencoba mengungkapkan perasaannya sekali lagi.
“Ave...” berhenti sejenak lalu menarik napasnya dalam. Ave memandang Dimas, menunggu apa yang akan dikatakan pria itu. “Aku akan berangkat ke Prancis untuk melanjutkan studiku. Pengajuan beasiswaku diterima. Namun sebelum aku berangkat, aku ingin mengatakan kalau aku mencintaimu. Hanya dirimu gadis yang menarik perhatianku sampai saat ini. Jadi, sebelum menolakku kembali, bisakah kau mempertimbangkannya? Ini adalah kesempatan terakhirku.”
Avelia terdiam sejenak. Dia sangat senang mengetahui pengajuan beasiswa Dimas diterima. Pria itu ingin sekali kuliah tanpa merepotkan orang tuanya. Namun yang mengganggu pikiran Ave adalah pernyataan cinta Dimas yang ketiga kalinya. Dimas adalah pria yang baik, Ave tahu itu. Dia siswa berprestasi yang sering mengharumkan nama sekolah dalam olimpiade sains. Teman yang dapat diandalkan dan anak yang dapat dibanggakan oleh orang tuanya.
“Kak, aku minta maaf.” Ave berucap lirih. Sebenarnya tidak sampai hati untuk memberikan penolakan yang ketiga kalinya.
Dimas menghela napasnya panjang. Bibirnya terangkat sedikit lalu senyuman terpatri di wajah tampanya. Namun Avelia bisa melihat jelas ada kesedihan di mata pria itu.
“Aku mengerti. Tidak apa-apa.”
“Kak Dimas adalah pria yang baik. Tapi maaf, aku hanya menganggap kakak sebagai seorang kakak lelaki.”
Dimas mengangguk tanda mengerti. Alasan Ave masih sama. Ternyata usahanya selama ini tidak bisa membuat Ave memandangnya lebih dari sekedar kakak lelaki. Hatinya terasa nyeri. Jadi beginilah akhir kisah cinta pertama baginya.
“Tidak perlu meminta maaf, Ve. Bukan salahmu kalau perasaanku tidak terbalas.”
“Terima kasih karena sudah mengerti, Kak. Dan selamat atas beasiswanya.” Ave mengulurkan tangannya dan langsung disambut oleh Dimas. Ave merasa menyesal karena menyakiti pria sebaik Dimas. Namun perasaan tidak pernah bisa dipaksakan. Sedari dulu Ave hanya menganggap Dimas sebagai seorang kakak. Dia tahu bahwa pria itu berusaha untuk membuatnya jatuh hati. Namun hasilnya nihil, hatinya tidak pernah berdebar untuk Dimas.
“Ya, perjuanganku tidak sia-sia untuk mendapatkan beasiswa. Terima kasih ya. Semoga kau juga bisa menggapai impianmu.”
“Iya Kak. Jadi kapan Kakak akan berangkat?”
“Aku akan berangkat lusa.”
Avelia sedikit terkejut. Hari ini Dimas baru saja lulus, lalu lusa sudah berangkat?
“Cepat sekali kak.” Entah itu pertanyaan atau pernyataan.
“Berkas-berkasku sebenarnya sudah selesai. Namun harus direview oleh pihak universitas. Karena itu aku harus berangkat secepatnya.”
“Begitu ya kak. Baiklah, semoga studimu sukses ya Kak. Jaga diri dengan baik.”
“Terima kasih, Ve. Jaga dirimu juga ya. Aku akan merindukanmu. ”
Dimas mengacak pelan rambut milik Ave, dalam hati dia mendoakan agar cinta pertamanya selalu berbahagia.
“Kalau begitu aku kembali ke aula dulu ya. Orang tuaku menunggu disana. Sampai bertemu kembali, Ve. ”
Pria itu berbalik, berniat meninggalkan area taman sekolah namun panggilan Ave menghentikannya.
“Kak...” Dimas membalikkan tubuhnya dan dilihatnya Ave tersenyum. Senyuman yang teramat tulus. “Kakak adalah pria yang baik. Dan pria yang baik pasti akan dipertemukan dengan wanita yang baik. Aku akan mendoakanmu, Kak.”
Dimas mengangguk, bibirnya ikut tersenyum. Pria itu melambaikan tangannya lalu berjalan meninggalkan Ave. Aku mencintaimu, Ve. Pernyataan cinta yang kini hanya dirapalkannya di dalam hati.
Suara bel pintu membawa kembali Ave ke realita. Beranjak dari ranjangnya, Ave memeriksa siapa yang datang dari layar intercom apartemennya. Dibalik pintu berdiri seorang pria yang sudah beberapa tahun ini tidak dilihatnya. Avelia sedikit terkejut melihat Dimas yang datang. Dibukakannya pintu untuk mempersilahkan Dimas masuk.
"Kak Dimas...”
“Hey, Avelia Wrestlin. Lama tidak bertemu. Ah salah.. kita bertemu kemarin tapi dalam keadaan yang kurang menyenangkan. Bagaimana keadaanmu sekarang? ”
“Aduh Kak.. Kakak datang-datang dan langsung mengingatkanku pada kejadian memalukan itu. Menyebalkan.” Avelia mengerucutkan bibirnya lucu yang membuat Dimas selalu gemas melihatnya dulu dan bahkan sampai sekarang ini. Pria itu hanya menyengir lalu menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk tanda damai.
“Baiklah baiklah. Silahkan masuk, kak. Kita lanjutkan bicara di dalam saja ya.” Avelia pun berjalan menuju ruang santai diikuti Dimas dibelakangnya.
“Silahkan duduk kak. Sebentar ya aku ambilkan minuman. Jus jeruk, kopi, atau soda,kak?”
“Apapun yang diberikan olehmu,aku akan meminumnya Ve, sekalipun itu racun.”
Avelia mendengus mendengar pernyataan Dimas yang berlebihan dan dibalas dengan gelakan tawa oleh Dimas. Masih saja belum berubah, dari dulu memang pria ini suka sekali menggoda dan melontarkan candaan yang terkadang terkesan garing bagi Ave.
Tidak sampai lima menit, Ave sudah kembali dari dapur dengan dua gelas jus jeruk dan beberapa jenis makanan ringan. Dia meletakkan nampan berisi makanan dan minuman itu di atas meja lalu mempersilahkan Dimas untuk menyantapnya.
“Jadi bagaimana keadaanmu sekarang? Kau tidak kuat minum alkohol, bagaimana bisa meminum wisky sampai mabuk?” Dimas mengawali pembicaraan setelah menyeruput jus jeruk yang terlihat begitu segar di matanya.
“Aku sudah baikan, Kak. Terima kasih banyak Kakak sudah mengantarkanku pulang dengan selamat. Aku hanya sedang ada masalah dan kebetulan Angel juga yang lainnya mengajakku ke klub.”
“Syukurlah kalau sudah merasa baikan.” Dimas berhenti sebentar, ragu apa tidak masalah untuk menanyakan apa yang ada di pikirannya.
“Kalau boleh tahu apa masalahmu begitu berat sampai harus pergi ke klub? Karena setauku kau sangat anti dengan tempat itu dan juga minuman beralkohol.”
“Hanya masalah rumah tangga, Kak.” Ave menjawab dengan pelan namun tersirat akan kesedihan. Gadis itu segera meminum jusnya saat Dimas menatapnya intens, pria itu seolah ingin menjelajah apa yang ada di pikiran cinta pertamanya.
“Angel memberitahuku jika kau sudah menikah. Aku sedikit terkejut mendengarnya, tidak menyangka kalau kau akan menikah dengan umur semuda ini. Walau mungkin sedikit terlambat, selamat ya Ve. Semoga pernikahanmu selalu dilimpahi cinta dan kebahagiaan.”
Tidak mudah bagi Dimas untuk mengatakannya, bagaimanapun gadis itu masih memiliki tempat yang sangat istimewa di hatinya.
“Hmm.. Kau dan suamimu sedang memiliki
masalah? Kalau kau ingin bercerita, aku siap menjadi pendengar yang baik.”
Mata Avelia mulai berkaca-kaca, antara terharu dengan ucapan selamat yang tulus dari Dimas atau dengan nasib
pernikahannya. Avelia menimbang apakah dia harus menceritakan masalah rumah tangganya dengan Dimas. Namun kemudian gadis itu tersenyum sedih dan mulai menceritakan kisah rumah tangganya dengan David.
Avelia menceritakan bagaimana dia bertemu dan akhirnya jatuh cinta kepada David. Pernikahan yang hanya diinginkan olehnya. Tentang David yang masih menjalin hubungan dengan kekasihnya. Dimas mendengat dengan seksama. Benar-benar menjadi pendengar yang baik. Tampak wajah Dimas sedikit memerah, menahan
emosi mendengarkan bagaimana David begitu tega kepada istrinya sendiri.
Avelia dapat melihat jika pria di hadapannya tengah menahan emosi, jadi dia memutuskan untuk tidak menceritakan lebih jauh tentang bagaimana Dimas dan Agatha menyakiti hatinya.
“Jadi begitulah,kak. Mungkin inilah karmaku yang dulu selalu menolak cinta kakak. Kini cintaku yang tidak dianggap oleh suami sendiri.” Avelia berkata lirih. Buliran air mata tidak dapat dibendungnya. Gadis itu terisak. Ya, mungkin inilah karmanya yang menolak cinta pria yang tulus padanya, pikirnya.
“Ssst. Jangan berkata yang aneh-aneh. Kau tidak melakukan sesuatu yang salah terhadapku. Kau tidak pantas mendapatkan karma, Ve. Kau pantas bahagia.” Tangisan Avelia pecah. Bagaimana bisa ada seorang pria setulus Dimas.
Dimas yang melihat Ave menangis terenyuh. Namun dalam hatinya terselip amarah untuk seorang pria bernama David. Dia sudah menyia-nyikan Avelia, gadis berhati malaikat di mata Dimas. Dimas menarik Ave ke dalam
pelukannya karena tidak tega melihat tangisannya yang semakin menjadi. Tanpa mengatakan apapun, dia menepuk-nepuk pelan punggung Ave, berusaha menenangkan gadis itu.
--- TBC ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Luc Sagita
ikut sedih nih thor.
2021-03-12
1
Vera😘uziezi❤️💋
Aqu nangis
2021-02-25
1
Byan Marttadinata
aib sbnrnya klo cerita2 soal rumah tangga k laki2 yg notabene nya di katakan org lain..
apalgi menyangkut ave kan cinta pertama dimas,,
tapi yaaaa sudah lah yaa..nmanya jga novel🤭 yaa bebas author maunya gimnah 😂
2021-02-23
1