Jika harus memilih antara mencintai dan dicintai, apa yang akan kau pilih? Kalau aku, aku memilih untuk serakah, ingin mencintai dan dicintai.
🌹 Happy Reading 🌹
Nami, Ave, dan Dimas masih mengobrol sembari menunggu kedatangan Angel dan Stela. Mereka kini duduk di sebuah meja berbentuk bundar dengan beberapa kursi yang masih kosong. Nami yang sudah mulai lapar menatap kesal ke arah pintu masuk karena belum juga menemukan dua sosok yang ditunggu.
“Bagaimana kalau kita makan duluan saja? Perutku sudah mulai lapar.” Avelia dapat menangkap kekesalan Nami.
“Bukannya tidak ingin menunggu. Ini sudah jam setengah dua. Penyakit maagku bisa kambuh kalau telat makan,” timpal Nami.
Nami menjelaskan bukan karena tidak ingin menunggu. Tetapi yang namanya penyakit itu ya sebisa mungkin memang harus dihindari.
Avelia yang juga tahu mengenai penyakit maag yang diderita Nami lantas menganggukkan kepalanya tanda setuju.
“Baiklah. Ku rasa tidak masalah jika kita makan duluan. Mungkin mereka memiliki hal yang penting untuk dibicarakan makanya agak lama,” sahutnya kemudian.
Dimas, Ave dan Nami akhirnya memutuskan untuk makan. Di meja mereka sudah terdapat beberapa hidangan yang memanjakan mata. Ada lobster, daging asap, ikan panggang, sayur tumis dan beberapa jenis makanan lainnya.
Nami mengambil sebuah lobster, begitu pun dengan Dimas. Melihat hal itu, secara refleks Avelia juga mengangkat tangannya dan hendak mengambil satu lobster juga untuknya.
Dimas menghentikan gerakan tangan Ave, memegang tangan itu lembut dan menatap Avelia dengan alis berkerut.
“Bukannya kau alergi pada lobster?” tanyanya untuk memastikan.
Avelia tersadar. Bagaimana bisa dia hampir lupa kalau dia memiliki alergi pada hewan yang memiliki capit itu. Sedikit saja dia mencicipi, alerginya pasti akan kambuh.
“Aku refleks mengambil lobster juga karena melihat kakak dan Nami mengambilnya. Hampir saja. Untung kakak cepat menghentikanku. Terima kasih ya.”
Avelia menarik pelan tangannya hingga terlepas dari tangan Dimas. Sedikit terkejut saat Dimas menepuk kepalanya lembut.
“Lain kali jangan terlalu ceroboh. Kau bisa membahayakan nyawamu jika lupa apa yang menjadi alergimu. Ingat dulu pernah sampai dilarikan ke rumah sakit karena tidak sengaja memakan lobster?”
Avelia mengangguk lemah. Bagaimana bisa dia lupa pengalamannya saat dilarikan ke rumah sakit karena tiba-tiba sesak dan sulit bernapas. Dan semua itu karena lobster.
“Iya kak, aku akan lebih berhati-hati. Sekali lagi terima kasih ya.”
Dimas hanya membalasnya dengan senyuman. Tangannya masih menepuk lembut kepala Avelia, seperti tidak sadar mereka sedang berada di tempat umum.
Nami yang sejak tadi hanya menjadi penonton yang baik, tiba-tiba merasakan aura yang tidak enak. Dia lantas mengedarkan pandangannya dan mendapati David tengah menatap ke meja mereka dengan sangat tajam.
Pria itu telah selesai berbincang dengan beberapa pengusaha tentang bisnis, jadi dia memutuskan untuk mencari keberadaan Avelia. Namun apa yang disaksikannya membuat emosinya naik. Bisa-bisanya gadis itu membiarkan pria lain menyentuh tangan dan kepalanya.
Nami kaget saat David berjalan mendekat ke arah meja mereka. Dia lantas menyikut pelan lengan Ave, membuat Ave menatapnya dan akhirnya menemukan alasannya.
Avelia dapat melihat David yang berdiri di seberang meja milik mereka. Wajah pria itu sedikit memerah dengan mata tajam yang menatapnya lekat. Dimas yang masih belum menyadari kehadiran David tengah sibuk dengan daging asap yang sengaja diambilnya lalu diletakkan di piring Ave.
“Mari kita makan!” Angel yang entah datang dari mana mengalihkan perhatian empat orang di sekitarnya. Lalu suasana mendadak canggung.
Mata Dimas menangkap kehadiran David. Begitu juga dengan Stela yang berada tidak jauh di belakang Angel menyaksikan semuanya, namun dia hanya menarik kursi lalu duduk setelahnya.
“Tuan David, jika ingin bergabung dengan meja kami, silahkan duduk.” Dengan tenangnya Stela berbicara membuat Angel sedikit bingung.
“Namun jika tidak ingin bergabung, tolong jangan berdiri di depan meja kami. Orang mungkin saja berpikir kami yang tidak mengizinkan bergabung. Dan ini sedikit canggung,” katanya pada akhirnya.
David memilih tidak menjawab. Namun dia menarik sebuah kursi yang tepat bersebrangan dengan kursi milik Avelia. Mata pria itu masih saja mengunci mata milik Avelia.
Angel yang tidak memiliki pilihan lain hanya bisa pasrah duduk di sebelah David.
Mereka makan dalam diam. Hanya suara sendok dan garpu yang sesekali terdengar di meja milik mereka.
Suasana ini malah semakin canggung. Membuat Stela sedikit menyesal memberikan pilihan. Namun mau bagaimana lagi, tidak mungkin juga mereka mengusir David.
David tetap mengamati Avelia dalam diam. Gadis itu berusaha untuk menyembunyikan perasaan cemasnya dan berusaha untuk tetap tenang. Seolah tatapan mata David bukanlah sebuah masalah, tidak mengganggunya sama sekali. Namun siapa pun pasti dapat melihat jika dia tidak berselera makan. Dia hanya memotong daging asap di piringnya kecil-kecil lalu hanya memakannya sedikit.
Entah malaikat apa yang merasuki hati David, dia mengambil sesuatu dari piringnya dan hendak meletakkannya di piring Avelia. Dan seketika pria itu terkejut saat sendok di tangannya dihempaskan begitu cepat oleh Dimas. Sendok itu terjatuh di atas meja, begitu pula dengan makanan yang ada di atasnya.
“Kau ingin membunuh Avelia ya?” Dimas bertanya dengan suara yang cukup pelan namun terdengar menusuk. Dia menatap sinis ke arah David.
“Apa maksudmu?” David bertanya tidak suka. Bagaimana pria itu berpikir dia ingin membunuh Avelia sementara dia hanya ingin memberikan daging lobster segar dari piringnya.
“Kau ini pura-pura tidak tahu atau memang tidak tahu?” Dimas semakin jengah. Empat gadis yang berada di meja itu hanya memandangi mereka bergantian.
“Avelia alergi lobster. Dia pernah dilarikan ke rumah sakit saat SMA karena tidak sengaja memakannya. Dan kau DENGAN SENGAJA ingin dia memakannya. Suami macam apa kau ini?” Intonasi suara Dimas masih tetap tenang, namun pria itu menekankan beberapa kata.
Hal itu membuat David seketika terkejut dengan apa yang baru didengarnya. Dia sungguh tidak tahu kalau Avelia alergi lobster. Dia hanya ingin menawarkan daging lobster miliknya karena dia melihat Avelia tidak berselara memakan daging asap.
“Dia tidak tahu kalau aku memiliki alergi lobster, Kak. Sudahlah, yang penting kan aku tidak memakannya.”
Melihat ekspresi David yang terlihat terkejut dan masih mengunci bibirnya, Avelia berinisiatif untuk menengahi.
“Maaf. Kau tidak pernah memberi tahuku.” David berkata tulus. Ada sedikit perasaan bersalah yang hinggap di hatinya.
Avelia yang mendengar permintaan maaf David untuk pertama kalinya sedikit tersentuh. Pria itu tidak pernah mengucapkan tiga kalimat yang kata orang adalah kalimat ajaib. Ya, maaf, tolong dan terima kasih sepertinya adalah kata langka yang dapat didengar Avelia dari mulut David.
“Ya, tidak apa.” Avelia tidak ingin memperpanjang masalah lagi. Dia tahu David memang tidak sengaja. Namun sepertinya tidak demikian yang dipikirkan oleh Dimas.
“Jika meminta maaf semudah itu, penjara tidak akan penuh. Aku akan mengawasimu. Jika kau melakukan sesuatu yang dapat melukai Ave, aku tidak akan melepaskanmu.”
Dimas memberi peringatan tegas kepada David. Dia ingin David tahu bahwa dia tidak akan tinggal diam jika pria itu kedapatan melukai Ave, apalagi saat dia ada di tempat yang sama.
Mata David membalas tatapan tajam Dimas. Mereka tidak takut satu sama lain. David lantas tertawa mengejek.
“Memangnya kau ini siapa hah?” Dimas mengepalkan tangannya di bawah meja. Hatinya sakit mengingat kenyataan bahwa dia ini hanyalah seorang kakak kelas bagi Avelia.
“Aku? Aku adalah pria yang mencintai Avelia bahkan sebelum kau mengenalnya.”
Dimas menjawab dengan suara beratnya.
Dilihatnya Avelia memandang dengan tatapan sendunya yang seolah memintanya untuk berhenti. Dimas yang tidak sampai hati melihatnya pun memutuskan untuk mengalah.
“Jadi jangan pernah melukainya walaupun kau adalah suaminya, kau tidak berhak melakukannya.” Dimas menggeser kursinya hendak pergi dari tempat itu.
“Tapi kau juga tidak berhak mencintai wanita yang sudah bersuami dan berlagak melindunginya. Cintai dan lindungi lah wanitamu sendiri.”
David yang memang sudah menebak jika Dimas mencintai Ave hanya menyeringai, pria yang malang, pikirnya. Dimas hanya mengeratkan kepalan tangannya, lalu dia berlalu.
Sementara itu Stela yang juga disana menyaksikan semuanya merasa kasihan dengan Dimas. Dia bisa membayangkan bagaimana hancurnya perasaan pria itu. Namun di sisi lain dia juga merasa hancur mendengar pengakuan Dimas yang sangat blak-blakan kalau pria itu mencintai Ave.
--- TBC ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Meta Lia
seruuuuuu
2021-08-26
0
Maysaa Bella Bella
dimas ngapain
pahlawan ke siangan kah
2021-04-24
1
Midha Lailatullovi
klo seperti ini rasay gk tega de sama dimas
2021-04-14
1