Ada saatnya kita menjaga jarak dari orang yang kita cintai untuk melindungi hati kita sendiri.
🌹 Happy Reading 🌹
Avelia masih terisak. Kejadian di apartemen tadi sungguh menyakiti hatinya. Dimas duduk disebelahnya dengan tangan kanan yang tak henti menepuk-nepuk bahu yang terlihat rapuh itu.
“Ssst... Sudahlah, Ve. Jangan sia-siakan air matamu untuk menangisi pria itu.”
“Kata-katanya tadi benar-benar menyakiti hatiku, Kak. Bagaimana bisa dia tega menyebutku seperti itu bahkan di hadapanmu. Dia juga menamparku. Bagaimana bisa aku serendah itu di matanya?” Avelia menghela nafas panjang, berharap tangisannya bisa berhenti setelahnya. Dia lelah menangis. Dia ingin berhenti, tetapi hatinya yang terlalu hancur seakan memaksa untuk mengeluarkan air mata lagi dan lagi untuk melampiaskan rasa sakit di hati.
“Aku mengerti. Pasti sangat menyakitkan. Karena itu, walaupun kau sangat mencintainya,tolong pakailah logikamu. Jangan hanya memakai hatimu. Dia bahkan tidak mengerti cara menghargaimu dan juga perasaanmu, terlihat dari kata-katanya tadi. Jadi, tunjukkanlah padanya bahwa kau bukanlah yang seperti dia pikirkan. Jangan biarkan pria itu menginjak-injakmu dan memandangmu sebelah mata lagi.”
Avelia terdiam. Memikirkan semua kata-kata yang baru saja dikatakan oleh Dimas. Dia benar. Tidak seharusnya kehilangan logika karena cinta. Tangisan Avelia mereda. Setelah lebih dari tiga puluh menit, akhirnya gadis itu berhenti menangis. Ave menghela napasnya.
“Apa yang Kakak katakan benar. Baiklah. Mulai sekarang aku akan membatasi diriku dari pria itu. Aku mengerti apa yang harus aku lakukan.”
Ya, Avelia mengerti apa yang harus dia lakukan. Membangun tembok pembatas antara dirinya dan David. Selain tidak ingin terus menerus terlihat bodoh lagi di hadapan David, Avelia akan berlatih membiasakan diri dengan meminimalisir interaksi searahnya dengan David.
Dimas tersenyum sambil mengangkat dua jempolnya. “Itu baru Avelia Wrestlin yang kukenal. Gadis manis yang cerdas dan juga realistis. Ve, ingatlah kalau aku akan selalu ada di sisimu. Aku akan selalu menunggumu. Bahkan aku siap untuk menunggu jandamu.” Dimas menyelesaikan perkataannya tanpa tertawa sedikit pun. Dia sedang tidak serius kan?
“Kak... Kakak sedang bercanda kan?”
“Tidak. Apa aku terlihat seperti sedang bercanda?” Dimas membalikkan pertanyaan kepada gadis di sebelahnya. Ekspresi wajah Dimas terlihat serius, tak ada guratan candaan sedikit pun. Ave lantas menggelengkan kepalanya.
“Untuk cinta Kakak yang tulus padaku, aku berterima kasih dan meminta maaf. Terima kasih karena telah mencintaiku dan mengerti aku. Juga maaf karena tidak bisa membalas cinta Kakak. Aku berharap Kakak tidak menyia-nyiakan waktu untuk menungguku. Sungguh, aku berharap Kakak menemukan gadis baik yang mencintaimu apa adanya, Kak.”
“Berhentilah meminta maaf dan merasa bersalah padaku. Sudah berapa kali aku katakan kalau dirimu itu tidak salah.”
“Tapi kak...”
“Ave, percayalah. Tidak sekali pun terbesit di benakku untuk menyalahkanmu. Karena memang itu bukan salahmu. Terkadang aku hanya menyalahkan takdir yang tidak berpihak kepadaku.”
Hening. Dimas diam sejenak. Menghela napasnya panjang. “Tapi seperti dirimu yang tetap mencintai suamimu meskipun tidak terbalas, biarlah aku tetap mencintaimu seperti ini. Aku akan mendoakan kebahagiaan untuk pernikahanmu. Namun seperti yang aku katakan tadi, aku akan menunggu jandamu. Jika suamimu tidak juga berubah, aku akan selalu disini untuk menunggumu. Kalau kalau hatimu berubah dan bisa membalas perasaanku.”
“Sudah dua kali Kakak mengatakannya. Apa Kakak sedang mendoakanku untuk menjadi janda sekarang ini?”
“Ah, bukan begitu. Jangan salah paham, Ve.”
Dimas gusar. Dia takut Avelia akan salah paham terhadapnya. Namun ketakutannya sirna seketika saat tawa Avelia terdengar.
“Kakak ini... Kalau menggodaku nomor satu, begitu digoda balik malah begini. Santai saja, Kak. Aku tahu Kakak tidak menginginkan hal yang buruk terjadi pada pernikahanku. Baiklah, Kakak yang berhak atas perasaan kakak sendiri.”
Avelia paham dia tidak dapat memaksa Dimas untuk melupakan cintanya. Dalam hati Ave hanya dapat berdoa semoga gadis baik yang menjadi takdirnya Dimas akan segera muncul.
“Godaanmu tidak lucu,Ve.”
“Bagi Kakak tidak lucu, tapi kalau bagiku lucu.”
“Kata pepatah, jika masih ingin hidup tentram lebih baik tidak berdebat dengan wanita. Jadi ya, bagaimana enaknya menurutmu saja.”
“Memangnya aku wanita? Dan juga, untuk apa percaya kata pepatah? Percaya itu kepada Tuhan, Kak.”
“Oh Tuhan... Mohon bantu hambaMu ini menghadapi tuan putri yang cerewet.” Dengan raut wajah dibuat sedih, Dimas menyatukan kedua tangannya seolah tengah berdoa. Tawa Avelia pecah melihat tingkah dan ekspresi wajah Dimas.
“Tertawalah karena tertawa itu baik untuk kesehatan.”
Dalam hatinya Dimas bersyukur Avelia sudah mulai melupakan kesedihannya. Tidak sia-sia candaanku, pikirnya.
“Apa ini kata pepatah lagi, Kak?”
“Tidak, kali ini kata Dimas Evan.”
“Ohh. Tolong katakan kepada Dimas Evan kalau aku berterima kasih. Ucapannya membuatku ingin terus menerus tertawa, biar aku semakin sehat."
“Akan aku sampaikan. Katanya asal jangan setiap saat tertawanya, nanti jadi gila.” Keduanya bersitatap dan kembali tertawa, menertawai keanehan mereka sendiri.
“Oh iya Kak, karena terlalu sibuk dengan kisahku, aku belum mendengar bagaimana cerita kakak.”
“Tidak banyak yang bisa aku ceritakan. Aku menyelesaikan magister bulan lalu dan baru kembali ke negara ini minggu lalu.”
“Wow... Kakak sudah mendapat gelar magister? Keren sekali. Di Prancis juga kak?”
“Ya. Di universitas yang sama tempat aku menempuh studi sarjana. Aku beruntung salah satu professor merekomendasikanku untuk beasiswa lanjutan. Jadi sudah bisa menebak ceritaku kan? Aku hanya menghabiskan waktu dengan belajar dan belajar. Dan kini aku kembali, aku harus membantu perusahaan kakek.”
Avelia berdecak kagum. Mendapatkan beasiswa di luar negeri saja sudah pasti sulit. Namun Dimas malah direkomendasikan. Attitude dan kecerdasan Dimas sepertinya tidak perlu diragukan lagi.
“Kakak benar-benar hebat. Selamat ya Kak untuk gelar sarjana dan magisternya.”
“Aku tidak sehebat itu. Mungkin karena Tuhan melihat percintaanku agak menyedihkan, Dia membiarkanku sedikit beruntung dalam studi. Professor pembimbingku sangat baik. Dia sudah menganggapku sebagai anaknya sendiri. Jadi dia mendukungku secara penuh.”
“Kakak tidak perlu terlalu merendah. Professor pasti tahu kualitas mahasiswanya dan tidak mungkin merekomendasikanmu hanya karena emosi pribadi.”
“Karena kata pepatah, orang yang merendahkan hati akan mendapatkan kebahagiaan sejati.”
Avelia menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir. “Kakak ini sebenarnya belajar bisnis managemen atau sastra sih di Prancis sana? Sedikit sedikit kata pepatah.”
“Bisnis managemen. Ingin melihat ijazahku?”
“Tidak perlu, Kak.”
“Baiklah kalau begitu. Bagaimana denganmu, Ve? Jadi mengambil desain sebagai jurusanmu?”
Sejak berangkat ke Prancis, Avelia memang tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Dimas. Pria itu mengganti nomornya dan tidak pernah aktif di media sosial miliknya. Jadi wajar kalau dia tidak tahu update apa pun dari Ave.
“Iya, Kak. Aku sudah menyelesaikan studiku beberapa bulan yang lalu.”
“Lalu apa rencanamu ke depannya?”
“Membuka butik. Sebenarnya aku sudah lama memimpikannya. Gedungnya juga sudah ada.”
“Jadi apa lagi yang ditunggu?”
“Orang tua dan mertuaku ingin aku di rumah saja, Kak. Katanya mereka ingin cepat punya cucu.”
“Itu impianmu. Coba jelaskan kepada mereka, mereka pasti akan mengerti. Terlebih suamimu juga sibuk dengan dunianya sendiri, pasti akan menyenangkan kalau memiliki pekerjaan yang disenangi.”
“Hmm... Aku sudah memikirkannya, Kak. Hanya saja belum menemukan waktu yang tepat karena mertuaku sedang di luar negeri, begitu juga dengan orang tuaku. Tapi sepertinya aku akan meminta izin via telepon saja. Aku memang harus mulai bekerja agar perasaanku menjadi lebih baik.”
“Setuju. Kata pepatah, lakukanlah apa yang membuatmu bahagia.”
“Kak....”
Sebelum Ave protes kembali, Dimas mengajak pulang. Hari sudah semakin gelap dan danau buatan tempat mereka berbagi cerita sudah sangat sepi. Keduanya pulang dengan perasaan yang sedikit lebih baik.
--- TBC ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Ari Lestari
ave sm dimas aja
2021-03-06
1
Vera😘uziezi❤️💋
Bagus kak
2021-02-25
1
Hsyahrul Marosa
sama Dimas aja eve
2021-02-21
1