Saat mencintaimu begitu menyakitkan bagiku, haruskah aku tetap bertahan atau mulai belajar untuk melepaskanmu?
🌹 Happy Reading 🌹
Lagi, air mata itu hanya bisa mengalir membasahi pipi seorang gadis yang diri terdiam menghadapi kesakitan
yang diterimanya. David, pria yang berstatus sebagai suaminya selama enam bulan belakangan ini, dengan tidak malunya tega mengajak seorang wanita ke apartemen mereka lagi dan sekarang tengah mencumbunya di depan mata istrinya sendiri.
“David...apa yang kalian lakukan?” Suara Ave terdengar begitu bergetar, sekuat tenaga dia menahan sesak di dadanya. Namun gadis yang baru saja memasuki apartemen itu tidak dapat menghentikan desakan air matanya begitu melihat pemandangan menyedihkan yang lagi-lagi disuguhkan suami dan kekasihnya, Agatha.
David yang mendengar suara seseorang yang selama ini tidak pernah mau diakuinya sebagai istrinya, menoleh lalu mendengus kesal. “Cih.. berhentilah mendramatisir keadaan. Bukankah kau sudah sering melihatnya? Dan sekarang kau masih bertanya? Dasar bodoh.”
Agatha yang sedang berada di pangkuan David hanya tersenyum mendengar respon yang diberikan pria itu untuk istrinya. Yah, tersenyum sinis yang lebih tepatnya terlihat seperti meremehkan.
“Tapi David...”
“Diam kau. Jangan coba-coba untuk menggangu aktivitasku atau kau akan merasakan akibatnya.” Belum selesai gadis itu dengan kalimatnya, David telah lebih dulu memotong dan memberikan ultimatum yang membuat gadis itu bungkam seribu bahasa. Dia hanya dapat menundukkan kepalanya sambil berjalan menuju kamar dengan isakan yang terdengar memilukan tetapi sedikit pun tidak dihiraukan oleh kedua manusia yang sedang sibuk memadu kasih.
Menyedihkan,merasa bodoh, merasa kecewa, merasa marah, merasa terkhianati, semua perasaan itu bercampur aduk dan lagi-lagi gadis itu merasakannya hanya karena satu kata,cinta. Dia salah. Dia sangat salah saat dia berpikir David akan mencintainya seiring berjalannya waktu. Dari awal pernikahan mereka memang salah, perjodohan. Alasan klise yang sering kali didengar di kalangan atas demi tujuan-tujuan tertentu. Dan bodohnya, perjodohan itu dialah yang menginginkannya.
Avelia menarik napasnya dalam. Tidak banyak yang bisa dilakukannya. Dia tidak ingin membebani orang tuanya dengan masalah pernikahan yang mana dia inginkan sendiri sejak awal. Meringkuk di atas ranjangnya adalah satu-satunya hal yang dapat dilakukannya saat ini. Rambutnya berserakan akibat ulah tangannya sendiri yang tanpa henti ditarik kesana-kesini hanya untuk mencoba mengalihkan rasa sakit di hatinya, hidungnya yang memerah, dan pipi mulusnya yang dihiasi oleh air mata yang mulai mengering.
Cklek.. Pintu kamar itu terbuka, menampakkan sesosok pria yang menyebabkan keadaan gadis itu sebegitu menyedihkannya. Dia melirik sekilas, namun kemudian memfokuskan dirinya berjalan ke arah kamar mandi yang terletak di sudut kamar mereka. Ya, mereka. Jika kalian pikir mereka tidur di kamar terpisah, maka kalian salah.
David sendirilah yang langsung memutuskan kalau mereka harus tidur di kamar yang sama. Hanya tidur, karena menyentuh Avelia sedikit pun dia tak berniat. David hanya mengantisipasi agar orang tuanya, terlebih ibunya yang sangat peka dan selalu datang tiba-tiba ke apartemen tidak sampai mendapati mereka pisah ranjang. Dia tak ingin keluarganya curiga apalagi tahu kalau pernikahannya bermasalah, yah walaupun sebenarnya pernikahan itu memang bermasalah dari awal. Tapi dia memutuskan untuk berpura-pura di depan keluarganya dan keluarga Avelia demi kedudukannya di perusahaan dan juga demi ketentraman hidupnya.
Bayangkan kalau keluarganya tahu dia masih menjalin kasih dengan Agatha, bisa saja ayahnya langsung mencoret dia dari daftar keluarga dan membuangnya ke negeri antah berantah.
David berjalan dengan santai keluar dari kamar mandi dengan boxer dan kausnya tanpa sedikit pun melirik ke arah ranjang mereka untuk melihat keadaan Avelia. Dia berjalan menuju lemari pakaian dan memilih kemeja santai dan celana jeans panjang. Mata Avelia mengamati semua gerakan David, merekam semua yang dilakukan pria itu seakan takut pria itu akan menghilang jika dia mengalihkan tatapannya sebentar saja.
“Berhentilah menatapku seperti itu. Kau membuat dirimu sendiri menjadi terlihat lebih bodoh,” ucapnya datar.
Avelia mengalihkan tatapannya setelah mendengar perkataan suaminya itu. Menahan malu dan merutuki dirinya sendiri yang terpergok sedang mengamati David.
“Maaf. Aku tak ada maksud apa-apa.”
“Ah, terserahmulah. Aku tak peduli. Yang perlu kau ingat, jangan coba-coba mengganggu aku dan Agatha. Dan jangan berharap terlalu tinggi kalau aku akan tertarik padamu karena sedikit pun perasaan itu tak ada. Aku pergi. Tak usah sok perhatian dengan menyiapkan makan malam dan menungguku pulang lagi hari ini karena aku akan makan malam di luar bersama Agatha dan pulang terlambat.”
David membanting pintu kamar mereka sebelum pergi bersama kekasihnya, sang pemeran antagonis dalam kehidupan rumah tangga menyedihkan ini. Avelia hanya menatap nanar ke arah pintu yang baru saja dilalui suaminya. Air matanya kembali menetes. Dia tersiksa. Teramat sangat.
Jika diulas kembali, dari awal mereka menikah, tidak pernah sekali pun David memperlakukannya dengan baik. Dia selalu marah, berbicara kasar, dan memandangnya sinis. Sikapnya sangat berbanding terbalik jika sedang bersama dengan Agatha. Avelia seringkali menangkap basah David membawa kekasihnya untuk bermesraan atau
sekedar makan bersama. Namun satu yang pasti, David akan selalu tersenyum bila itu untuk Agatha.
Saat pertama kali Avelia mendapati David membawa kekasihnya ke apartemen mereka, dia terkejut. Tak menyangka jika suaminya ternyata masih memiliki hubungan dengan Agatha. Dengan naifnya , dia berpikir bahwa David akan menyadari bahwa Agatha tidak tulus mencintainya. Ingin rasanya Avelia berteriak dan memberitahu kebenarannya. Tapi dia tidak memiliki bukti apapun. Perkataannya tidak akan mungkin dipercayai oleh David begitu saja.
Avelia bergumam pelan. “Kau seharusnya tahu kalau Agatha memiliki pria lain. Kau bukan satu-satunya untuknya.”
Waktu terus berjalan. Sudah hampir satu jam setelah kepergian David dan Agatha. Kini Avelia mulai merasakan lapar. Perutnya mulai minta untuk diisi. Mengingat perkataan David tadi, Avelia akhirnya memutuskan untuk membuat makan malam untuk dirinya sendiri. Dia tidak perlu memasak dan akhirnya terbuang di tempat sampah karena David hampir selalu pulang larut malam.
Avelia memutuskan untuk memasak nasi goreng saja. Sederhana dan tak butuh waktu lama. Dengan cekatan tangan itu memotong bawang, cabai dan sayur. Tidak sampai lima belas menit, makanannya sudah siap. Seperti biasa, Avelia menghabiskan makan malamnya seorang diri.
Sudah enam bulan pernikahan mereka berjalan, namun belum ada perkembangan apapun dalam hubungan mereka. Yang ada semakin lama malah semakin memburuk. David yang biasanya hanya membawa Agatha satu sampai dua kali sebulan ke apartemen mereka, kini membawa kekasihnya itu tiga sampai empat kali sebulan.
Terkadang, ingin rasanya Avelia menyerah saja atas pernikahannya. Namun mengingat Agatha bukanlah orang yang baik untuk David, dia malah ingin menendang gadis itu menjauh dari kehidupan rumah tangganya. Tapi bagaimana caranya?
--- TBC ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
᪙ͤæ⃝᷍𝖒ᵗᵃʳⁱ♡⃝𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂᶬ⃝𝔣🌺
Ayow ave buktikan klo aghata itu bkan perempuan yg baek...
2022-06-10
0
Meta Lia
lanjut thooooor
2021-08-26
0
Yati Ratinah
lebih baik dicintai dari pada mencintai. ave sayang sabar ya. ...
2021-08-15
0