Semua persiapan merayakan satu tahun berdirinya Mal Asri, telah rampung sepenuhnya.
Para penanggung jawab dan tim sukses bekerja keras, demi suksesnya acara tersebut.
Acara ini sangat penting bagi Ratih. Mengingat saat susah dulu, dirinya selalu diremehkan serta dimaki oleh para tetangga. Di acara ini ia berharap, semua orang merasa termotivasi atas kesuksesannya.
Ratih juga telah mengumpulkan dana, yang nantinya akan ia bagikan untuk orang yang tengah membutuhkan. Wanita yang dulunya hidup dalam kesengsaraan, kini seperti malaikat penolong bagi orang lain.
Ia juga berharap banyak, bisa segera bertemu dengan Nanda, saudara kembarnya yang telah lama terpisah darinya. Luka yang ia alami juga belum sepenuhnya sembuh. Frans, pria yang berjanji akan meminangnya, nyatanya telah menjalin hubungan dengan wanita lain.
“Ini gaun yang Anda pesan sudah jadi. Silahkan dicoba terlebih dahulu,” titah sang penata rias pada Ratih yang tengah duduk, takjub memandang hasil kerja keras para timnya.
“Oh terima kasih. Nanti saja saya mencobanya. Sudah pasti hasilnya sangat memuaskan. Saya belum pernah kecewa dengan Taylor Young.”
Ratih kembali duduk di kursinya.
“Sayang, sepertinya perayaannya sangat meriah. Nanti kita beli gaun ya, untuk menghadiri pesta ini. Pesta ini terbuka untuk umum,” Ratih mengalihkan pandangannya pada kedua sejoli yang kebetulan berdiri di dekatnya.
Dadanya kembali bergemuruh. Pria itu, pria yang telah menghinanya, pria yang melupakan janjinya begitu saja, Ratih akan membuat perhitungan padanya saat pesta itu berlangsung.
Ia ingin pria itu tahu, jika meninggalkan wanita yang telah bertahun-tahun setia menjaga rasa hanya untuknya, adalah sebuah kesalahan yang akan ia sesali seumur hidup.
“Pemilik Mal ini katanya sangat cantik, awas saja kalau kamu tergoda,” seloroh Indah pada pria yang kini menjadi kekasihnya.
“Secantik apa pun dia, kamu tetap yang paling cantik sayang.”
‘Dasar buaya. Lihat saja, apakah ucapan kamu itu bisa aku pegang? Nanti kamu akan lihat, bagaimana wanita ini berjuang untuk sukses, dan merawat diri, demi pria brengsek sepertimu.'
'Kamu harus membayar mahal sakit hatiku Frans.’
“Ya sudah sayang, ayo kita keliling lagi. Aku mau
beli scincare.”
Mereka pun beranjak pergi. Frans sama sekali tidak menyadari, bahwa wanita yang tadi duduk di dekatnya adalah wanita yang begitu sakit hati, atas pengihanatannya.
‘Mending aku pulang sekarang. Pasti ibu tengah menunggu untuk makan siang.’
*****
“Eh mbak, hari ini Toko libur?”
“Iya dek, besok kan sudah pergantian tahun dek. Memangnya kamu lupa ya, kita mau ke mana?”
“Ke mana memangnya mbak?”
“Ke Pesta perayaan di Mal Asri. Masa lupa.”
“Lah iya ya mbak. Mana Nanda nanti memperagakan beberapa busana di acara itu.”
“Wah keren dek. Pasti banyak tuh yang nonton. Apalagi sekalian orang-orang pada merayakan tahun baru, tambah meriah pastinya.”
“Iya mbak. Pastinya. O iya Mbak, Nanda lupa ngasih tahu, tadi mbak Nindi menelepon. Dia sudah rukun lagi bersama ibu dan saudara tirinya. Aku ikutan bahagia Mbak. Mbak Nindi menitipkan salam buat Mbak.”
“Alhamdulillah. Semoga kita juga bisa secepatnya berhubungan baik kembali dengan ibu dan juga mas Roni dek. Biar bagaimana pun mbak merasa ada yang kurang, karena sudah cukup lama hidup bersama mereka seatap.”
“Nanda juga Mbak. Apalagi dulu ibu baik banget, sebelum mbak Indah masuk ke dalam kehidupan kami.”
“Apa kita datangi Rumah mbak Indah saja, siapa tahu nanti bisa kita ajak ke pesta perayaan di Mal Asri dek. Mereka bisa melihat kamu tampil di sana.”
“Yah kalau mereka mau Mbak. Lagian kita ini tidak begitu penting buat mereka Mbak. Sebaiknya tak usah saja Mbak.”
“Apa salahnya kita mencoba Dek. Semua orang bisa berubah. Siapa tahu setelah lama berpisah, pas ketemu hubungannya jadi membaik, seperti mbak Nindi.”
“Tapi Nanda tidak yakin Mbak ibu bakalan berubah. Sudah tabiatnya dari dulu seperti itu.”
“Ayolah Dek. Mbak ingin memperbaiki semuanya. Walaupun tak bisa lagi tinggal bersama, setidaknya tidak saling bermusuhan lagi.”
“Ya Allah Mbak, setelah semua yang terjadi, Mbak masih bisa berpikir sebaik ini. Ibu pasti menyesal sudah menyia-nyiakan menantu sepertimu Mbak.”
“Jangan berlebihan dek. Mbak hanya ingin menyampaikan perasaan yang mengganjal di hati Mbak sekarang. Mas Bambang pun juga mendukung kemauan Mbak.”
“Bagaimana? Kamu mau menemani mbak ke Rumah orang tua mbak Indah?”
“Ya sudah mbak, ayo Nanda temani. Nanda tidak bisa menolak rencana baikmu mbak.”
“Apakah hanya kita berdua mbak?”
“Tidak, mas Bambang juga akan ikut bersama kita. Mbak belum lihai menyetir, takutnya nanti nyungsep ke parit mobilnya,” Nanda terkekeh mendengar ucapan Rima.
“Ya sudah ayo bersiap, nanti keburu sore. Mumpung masih siang.”
“Sudah Mas telepon mbak Indah?”
“Sudah Dek. O iya Mas lupa ngasih tahu, ternyata ibu dan mas Roni sudah tidak tinggal lagi bersama mereka. Mas Roni dan mbak Indah sudah bercerai.”
“Apa Mas? Lalu ke mana mas Roni dan ibu pergi Mas? Kenapa mereka tidak mencari kita?”
“Mas juga tidak tahu Dek. Mungkin ibu merasa tak enak pada kita.”
“Ya Allah, kalau begini kita mesti mencari mereka ke mana Mas? Mas kan tahu, Mas Roni tidak mau bekerja, mereka makan apa, tinggal di mana?”
“Sudah dek. Pasti Mas Roni bisa kerja kalau sudah terpaksa. Biar bagaimana pun dia sayang sama ibu. Tidak mungkin Mas Roni membiarkan ibu terlantar dan kelaparan.”
“Kalau sampai ketemu, kita ajak tinggal bareng lagi ya Mas. Kebetulan ibu dan bapakku semuanya sudah berpulang, aku akan menyayangi ibu seperti ibuku sendiri.”
“Baik sekali hatimu istriku. Beruntungnya Mas, memiliki istri sebaik dan secantik kamu.”
“Mbak, Mas, ayo jalan, Nanda sudah siap nih”
“Gak jadi dek, lain kali saja, Mas Bambang berubah pikiran,” Rima belum siap berterus terang pada sang adik atas berita terbaru yang mereka dapat.
“Lah cepat banget Mbak berubah pikirannya, Nanda sudah cantik lho.”
“Ya sudah kita ke Mal aja yuk. Kita intip persiapan acara untuk besok, biar dandanan kamu yang cantik tidak sia-sia.”
“Ayo Mbak, sekalian mau cari sepatu untuk besok. Bawa motor atau mobil?”
“Motor saja deh. Kalau pakai mobil mesti bawa masmu.”
“Ayo sudah, Mbak yang belikan sepatunya. Mbak juga mau beli gamis keluaran terbaru di Mal tempatku bekerja.”
“Wah habis cair Mbak, dapat pesanan banyak kue kemarin.”
“Alhamdulillah Dek. Gaji untuk anak buah juga sudah Mbak bagi, saatnya kita berbelanja.”
Di gerbang keluar, mereka tak sengaja berpapasan dengan mobil yang ditumpangi oleh Ratih. Namun rupanya takdir belum menginginkan mereka bertemu.
“Weh keren banget tuh Mbak mobilnya. Semoga suatu saat Nanda bisa membelinya.”
“Mau beli sekarang juga bisa Dek. Tabungan kamu banyak banget tuh di rekening.”
“Tabungan untuk masa depan ini Mbak.”
“ Mau mbak belikan juga gak papa, kalau kamu sudah bisa menyetir sendiri. Tabungan Mbak selama beberapa bulan ini, Alhamdulillah sudah terkumpul lumayan banyak.”
“Rumah Mbak di Kampung, rencananya akan mbak jual, agar ada yang merawat. Memang banyak kenangan yang tersimpan, namun tak ada artinya jika akhirnya tak terawat, dan rusak.”
“Banyak sekali orang tua Mbak meninggalkan warisan, namun dulu ibu membenci Mbak, karena selalu menganggap Mbak menantu miskin yang tak berguna.”
“Sudah lupakan saja Dek. Mbak sudah tak mau mengingat keburukan ibu lagi.”
“Eh ini mau ke mana Mbak?,” tanya Nanda saat menyadari Mal Asri sudah kelewat jauh.
“Ya Allah, oleh apa coba kita sampai kelewatan jauh begini, asyiknya mengobrol, sampai bikin lupa tujuan dek.”
Mereka pun tertawa menyadari kekonyolan mereka. Rima gegas memutar balik motornya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
ririn
semangt upnya thor
2022-12-31
1