MURKANYA MENANTU PENYABAR

“Lain kali kamu jalan sendiri saja jika ingin ke Salon. Ibu capek-capek menemani, bukanya ikut perawatan, malah cuma suruh menunggumu saja. Lagian uang yang kamu pakai  juga uang anakku,” gerutu bu Heni pada menantunya saat keduanya sampai di rumah.

Rumah begitu sepi, entah pada ke mana penghuni yang lain pergi. Hanya ada Roni yang tetap di Kamarnya untuk tidur.

“Lah begitu saja Ibu marah sama Indah? Ini pertama kalinya Ibu marah lho.”

“Lagian kamu pelit banget sih. Katanya cuma bawa uang sedikit, ternyata di dompetmu banyak sekali uang lembaran merah. Kamu perhitungan sama Ibu Indah.”

“Ini uang bukan cuma dari Bambang Bu, tapi juga dari mamaku. Wajar dong aku perhitungan. Cari uang gak gampang Bu. Lagian seharusnya ini sudah menjadi tanggung jawab mas Roni untuk menafkahiku aku Bu, bukan lagi tanggung jawab orang tuaku.”

“Kamu tahu sendiri, Roni tidak mau bekerja. Semua beban kita tumpukan pada Bambang. Harusnya kamu bisa mikir dong. Apa susahnya mengeluarkan uang dua ratus ribu  untuk biaya perawatan ibu di Salon, tidak ada apa-apanya sama semua yang sudah Ibu kasih sama kamu.”

“Oh ceritanya mau ungkit-ungkit nih. Ibu diam atau aku pulang ke rumah orang tuaku,” ancamnya pada bu Heni.

Walaupun ibu Heni sedang dongkol pada menantunya itu, jika sudah diancam seperti ini, dia langsung tak berkutik.

“Ya Ibu tidak akan mempermasalahkannya lagi. Tolong kamu jangan pulang ke Rumah orang tuamu. Maafkan Ibu Indah,” Indah tersenyum penuh kemenangan.

Dirinya selalu bisa membuat ibu mertuanya mengalah dan meminta maaf.

‘Dasar mertua bodoh,’ gumamnya dalam hati.

“Ya sudah kita makan dulu. Ibu lapar sekali.”

Mereka pun ke Dapur. Saat membuka tudung saji, mata mereka melotot seketika. Tersaji beraneka ragam makanan yang sangat menggugah selera.

“Wah uang dari mana si wanita miskin itu untuk memasak sebanyak ini. Kebetulan pulang dari perawatan, dikasih sajian seenak ini. Ada gunanya juga dua wanita kere itu di Rumah ini.”

“Wah ayo cepat makan. Nanti keburu mereka datang.”

Bak orang kelaparan, mereka melahap masakan yang terhidang di atas meja makan tanpa memedulikan tiga orang tengah bersembunyi dan menyaksikan aksi memalukan itu.

“Rakus juga kakak ipar Mbak yang sombong itu. Kayak orang kelaparan saja. Kemarin mengataiku, sekarang dia pun melakukan hal yang sama. Sungguh memalukan. Kita keluar sekarang, atau tunggu mereka selesai," ucap Nindi pada Rima dan Nanda.

“Enak sekali Bu. Coba saja setiap hari kita makan enak begini ya Bu? Ah sejak tinggal di Rumah Ibu, aku jadi seperti orang miskin juga. Makanannya selalu itu-itu saja. Berbeda saat di Rumah mama, semua makanan mahal yang aku makan.”

“Terus saja membandingkan. Sekalian saja, kamu kalau mau makan pulang dulu ke Rumah orang tuamu sana kakak ipar bedebah,” rutuk Nanda emosi.

“Ya maaf, di sini yang bekerja cuma Bambang. Jadi wajar kalau makanan yang kita makan hanya makanan sederhana. Nanti Ibu suruh juga si Rima bekerja, biar makin banyak pemasukan kita.”

“Nah ide bagus Bu. Jual ke Muncikari  saja, biar dapat uangnya cepat dan banyak.”

“Jangan dong. Bisa marah si Bambang sama Ibu kalau istrinya kita jual ke muncikari.”

“Dasar gendeng, ora waras kowe mbak.”

“Hus jangan keras-keras nanti kita ketahuan,” ucap Nindi mengingatkan. Mereka masih betah dalam persembunyiannya. Walaupun rasa jengkel pada Indah sudah di ubun-ubun, mereka masih sanggup menahan.

“Weh sempatnya Mbak merekam,” ucap Nanda saat melihat Rima menyalakan rekaman suara.

“Harus dong, buat jaga-jaga kalau dia macam-macam.”

“Kenyang banget Bu. Indah mau tidurlah setelah ini. Tolong ya Bu bersihkan  sekalian piring kotor Indah.”

Wanita itu tak merasa sungkan sama sekali pada ibu mertuanya.

“Target sudah pergi, saatnya kita keluar.”

Mereka keluar dari persembunyian secara bersamaan. Bu Heni tidak menyadari adanya mereka.

“Sabar, namanya punya menantu kaya harus banyak sabar.”

“Enak tapi Bu punya mantu kaya, biar suka perintah sama suka seenaknya, tetap bisa dibanggakan di depan teman-teman arisan ibu, tidak sepertiku yang miskin ini. Aku hanya menyusahkan dan bikin malu,” ucap Rima saat bu Heni tengah membersihkan  piring kotor bekasnya makan.

“Apa-apaan kamu Rim? Berani menantang Ibu. Ini bersihkan, Ibu capek, mau tidur siang,” ucap Bu Heni sembari menyodorkan piring kotor yang dipegangnya, diberikan pada Rima yang berdiri di depannya.

“Taruh saja di meja Bu. Biar mbak  Indah yang melakukannya. Aku juga capek dari pagi berkutat  dengan pekerjaan  rumah. Ya tapi sedikit ringan berkat mbak  Nindi dan Nanda.”

“Bersihkan sekarang. Jangan berani menyuruh Indah untuk melakukannya.”

“Kenapa mesti takut. Orang kurang ajar seperti mbak Indah mesti dikasih pelajaran, biar tidak seenaknya sama orang.”

“Eh, kamu perempuan miskin, kamu racuni Rima pakai apa?,” Bu Heni bertanya pada Nindi yang tengah berdiri di belakang Rima.

“Maaf ya Bu. Bisa tidak, jangan bawa yang lain setiap kita ada masalah? Rima jadi begini juga karena sikap Ibu. Kalau saja Ibu menghargai dan menyayangi Rima, maka Rima akan melakukan hal yang sama.”

“Benar kata mbak Rima, Ibu itu salah memanjakan menantu. Menantu kayak Indah yang tidak tahu diri Ibu manjakan, sedangkan mbak Rima yang selalu tulus sayang sama keluarga kita, tak Ibu pedulikan.”

“Ibu suruh mbak Rima bekerja? Harusnya Ibu suruh mas Roni yang tahunya cuma tidur aja itu, dia yang harusnya bekerja, bukan mbak Rima.”

“Maaf ya Bu, saya yang baru tinggal dua hari di Rumah Ibu saja, sudah bisa menilai mana yang baik, mana yang tulus, mana yang jahat  dan mana yang suka memanfaatkan."

“Terus? Kamu pikir baik dan tulus saja cukup? Bagi saya kekayaan segalanya. Percuma baik dan tulus, kalau kere.”

“Cukup Bu! Ibu keterlaluan. Nanda peringatkan Ibu, tolong berubahkah Bu. Selama masih ada kesempatan, karena penyesalan tidak ada gunanya.”

“Lah kamu pikir Ibu sudah mau mati apa, pakai menyuruh Ibu bertobat segala.”

BYURRR

Air bekas cuci tangan, Bu Heni siramkan seluruhnya pada tubuh Rima. Rima berjingkat kaget.

“Demi Allah Bu, jika sampai Allah berikan  Ibu hukuman, itu atas doa-doaku yang Allah kabulkan. Rasa sakit yang ibu berikan selama ini sudah cukup menyakitkan untuk Rima.”

“Nanda kecewa sama Ibu. Ibu sudah dibutakan harta, sampai tega berbuat jahat pada menantu Ibu yang baik.”

“Sudah Ibu mau tidur saja. Percuma ngomong sama kalian, gak ada gunanya juga. Nanda kamu itu anak Ibu, jangan ikut-ikutan durhaka kayak mereka.”

“Bukan mbak Rima yang durhaka Bu, tapi Ibu yang zalim terhadapnya."

PLAKK

Bu Heni melayangkan satu tamparan di wajah Nanda. Nanda memegangi pipinya yang memerah meninggalkan bekas tangan sang ibu.

“Itu akibatnya jika terus membangkang.”

Bu Heni meninggalkan Nanda begitu saja tanpa rasa bersalah.

Rima dan Nindi berusaha menenangkan Nanda yang tersulut  amarah.

Sementara wanita si biang kerok, tertawa puas di balik pintu kamarnya.

Ia puas dibela mati-matian oleh sang ibu mertua. Apalagi jika mendengar bu Heni memarahi dan merendahkan menantu yang lain, tentu saja dia sangat bahagia. Karena dia tak pernah suka ada yang dipuji dan diagungkan  selain dirinya.

Roni bagai orang mati. Kalau sudah tidur tak mendengar apa pun. Sementara Bambang menahan amarah yang sudah bergejolak sejak tadi. Ia tak rela istrinya di maki. Ia tak rela ibunya berubah seperti ini. Bu Heni dulu ibu yang penyayang. Sejak kehadiran Indah, sifatnya bisa berubah jauh sekali.

Bambang kebetulan pulang karena ada berkas yang tertinggal, tak ia sangka kepulangannya memperlihatkan kejadian yang sangat menyakiti hatinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Zul Iyati

Zul Iyati

Siap akak jaringannya lagi ada gangguan di sini kak, mau ngetik aja susah kak macet2 hehehe, iya kak menghadapi ipar dan mertua yang seperti itu harus double2 sabarnya

2022-12-23

0

arniya

arniya

jgn lama update ya Thor,emang harus extra sabar klo hidup sama mertua and ipar.

2022-12-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!