HAL TAK TERDUGA

“Bentar ya Mas, aku mau ngomong sama mama sebentar,” pamit Indah pada suaminya.

Roni pun mempersilahkan. Sementara ibu Heni  tampak takjub dengan kemegahan di Rumah sang besan. Matanya menyapu ke segala arah. Rumah sang besan jauh lebih megah dibanding rumah anak tirinya.

“Biasa aja kali Bu liatnya,” tegur Roni.

“Rumah mertua kamu gede banget Ron. Beda banget sama rumah Bambang.”

“Ibu sadar gak sih, mamanya Indah menyambut kedatangan kita dengan wajah tak senang,” bisik Roni.

“Perasaan kamu saja kali Ron,” sahut ibu Heni sembari menjatuhkan bobotnya di sofa empuk di ruang tamu.

“Mah! Biarkan saja mereka di sini. Dengan begini kita akan berkurang menggaji pembantu dan tukang kebun. Tukang kebun dan pembantu tetap bekerja, hanya saja waktunya dan gajinya dipangkas  Mah. Karena akan ada mereka berdua yang membantu.”

“Tapi Nak, mama malu sama teman-teman sosialita mama, punya menantu dan besan seperti mereka. Sudah miskin, hidup menumpang lagi. Mama pikir mereka beneran kaya. Kecewa mama menikahkan kamu sama si Roni. Tahu gitu mama terima saja lamaran Gio waktu itu.”

“Tenang saja Mah. Aku akan segera mengurus surat perceraianku dengan mas Roni. Setelah itu mama bisa menikahkan aku sama si Gio.”

"Gio sudah menikah. Tapi Mama sudah ada pilihan yang lain."

“Lagian selama ini aku juga tidak mencintai laki-laki miskin itu. Sudah lama mau aku tinggalkan Mah, tapi aku masih ingin menikmati uang si Bambang.”

“Hus jangan kenceng-kenceng dong ngomongnya, nanti kedengaran sama mereka.”

“Biar saja Mah. Indah sudah tidak peduli. Ya sudah ayo kita ke depan lagi Mah. Takutnya mereka tiba-tiba kabur bawa barang berharga kita.”

“Serendah itu suami dan mertuamu Indah?”

Indah tak lagi menjawab pertanyaan sang mama.

“Maaf lama menunggu.”

“Mbok Rum,” panggil ibu  Rena pada Mbok Rum pembantu di Rumahnya.

“Iya Nyonya,” sahut mbok Rum sembari berjalan sedikit berlari menemui sang majikan.

“Tolong buatkan teh hangat dan potongkan beberapa kue lapis untuk tamu kita.”

“Baik Nyonya.”

Beberapa menit kemudian mbok Rum membawa nampan berisi 4 cangkir teh hangat, dan sepiring kue lapis khas Surabaya.

“Silahkan dinikmati Bu, mas,” ucap mbok Rum setelah meletakkan minuman dan makanan yang dibawanya ke atas meja.  

“Terima kasih,” sahut bu Heni sembari tersenyum ramah.

“Silahkan dicicipi dulu Jeng. Selesai ini silahkan beristirahat. Indah yang akan menunjukkan kamar untuk kalian.”

“Baik Jeng. Terima kasih sudah diizinkan tinggal di sini.”

“Iya Jeng sama-sama.”

*****

“Di mana keberadaan bu Heni sekarang?,” tanya dua orang pria berperawakan tinggi besar dengan pakaian serba hitam pada Rima.

“Ada kepentingan apa, bapak-bapak ini mencarinya?”

“Kami ingin menagih hutang yang sudah lama menunggak.”

“Berapa kira-kira hutangnya?”

“Seratus juta rupiah. Sudah sejak setahun lalu ibu Heni meminjamnya.”

“Apa?”

“Tidak usah sok kaget begitu lah mbak. Bu Heni mengatakan hutang uang untuk anak menantu perempuannya. Mbak sudah menikmati, pura-pura kaget lagi."

“Kalian pikir, akulah menantu yang telah menikmati uang kalian? Kalian salah. Uang itu pasti untuk Indah menantu kesayangan ibu Heni. Bukan untuk saya. Bahkan saya baru tahu, jika ibu Heni meminjam uang sebanyak itu pada kalian.”

“Lalu mbak mau lepas tangan begitu saja?”

“Iya, karena saya tidak merasa menikmati uang itu. Silahkan kalian tagih sendiri. Bu Heni sekarang tinggal dengan menantunya di Kota.”

“Bagaimana kami bisa mencarinya? Di Kota luas tentu susah mencarinya, tanpa alamat yang pasti."

“Itu bukan urusan saya. Silahkan kalian pulang. Masih banyak pekerjaan  saya yang tertunda karena kedatangan kalian.”

“Baiklah. Terima kasih atas informasinya. Mohon maaf sudah mengganggu. Kami permisi.”

“Siapa Mbak? Kok wajah Mbak cemberut begitu? Apa dia mencari masalah denganmu mbak?,” cerca Nanda yang muncul tiba-tiba.

“Itu Dek penagih hutang. Ibu ada hutang ke mereka seratus juta dek, untuk menantu kesayangannya. Eh mereka kira mbak yang menghabiskan uangnya. Mereka kira mbak ini menantu ibu yang menggunakan uang itu, kan mbak jadi kesal Dek."

“Banyak banget mbak seratus juta.  Tapi selama ini ibu masih saja memeras uang mas Bambang. Keterlaluan ibu.”

“Ya sudah Dek, biar saja. Toh ibu sudah gak disini lagi sekarang. Akhirnya Mas Bambang menyadari kalau ibu hanya memanfaatkannya saja.”

“Iya Mbak. Aku pengen ketemu sama ibu kandungku Mbak. Tapi bagaimana caranya. Dan kembaran aku, dia di mana. Apa ibu yang membawanya pergi?"

“Maaf, bukannya ibu kandung kalian sudah meninggal, seperti yang mas Bambang bilang ke mbak?”

“Belum mbak. Itu hanya akal-akalan ibu, agar kami tak mencari ibu kandung kami.”

“Separah itu ibu dek? Sampai membuat berita kematian tentang ibu kandung kalian.”

“Kami juga tidak menyangkanya mbak. Mbok Warti yang membongkar segala kebusukan ibu pada kami. Mbok Warti asisten rumah tangga ibu dan bapak.”

“Yah semoga saja suatu saat kita bisa bertemu dengan ibu kandungmu ya dek.”

“Aamiin mbak. Ya sudah mbak kita ke  belakang lagi ya. Kasihan mbak Nindi masak sendirian.”

“Eh iya mbak sampai lupa dek.”

“Maaf ya mbak, kami lama.”

“Siapa yang bertamu mbak?”

“Rentenir”

“Hah, menagih hutang siapa mbak?”

“Hutang ibu seratus juta mbak.”

“Bukan main, banyak banget mbak.”

“Namanya juga untuk menantu kesayangan mbak.”

“Eh makan dulu yuk. Sudah matang rendang dagingnya.”

“Baunya sedap banget mbak. Bikin perut Nanda tambah keroncongan.”

Mereka pun makan bersama di meja makan dengan suasana yang berbeda.

Tak ada lagi menantu yang dibedakan harus makan setelah sang ibu mertua, dan menantu kesayangannya  selesai.

Tak ada lagi ucapan pedas dan menusuk dari sang ibu ataupun  ipar tak tahu diri itu. Kini mereka hidup lebih tenteram.

Namun siapa yang menyangka, kehidupan yang Nindi rasakan lebih nyaman bersama tiga orang yang sama sekali tak ada ikatan keluarga,  beberapa pesuruh rentenir tua yang akan menikahi Nindi berada di dekat mereka. Ponsel Nindi bisa dilacak.

Mereka terus mendekati titik merah yang terhubung dengan mereka.

“Di Rumah ini,” tunjuk salah satu preman berpakaian serba hitam itu.

Mereka pun celingukan ke sana kemari, demi memastikan  keadaan aman, dan mereka akan langsung masuk menangkap calon istri untuk Bos mereka yang telah kabur.

 “Aman, ayo masuk,” ucap salah satu di antara mereka bertiga.

Mereka pun mengendap-endap masuk tanpa permisi. Jika mereka pakai permisi segala, sudah pasti target akan sembunyi atau akan kabur karena mengetahui kedatangan mereka untuk menangkapnya dan membawanya pulang ke Kota.

"Mbak? Kok kayak ada bayangan? Apa ada orang masuk?,” tanya Nanda dengan suara berbisik.

“Kok Nindi merasa kita sedang terancam. Jantungku berdetak tak normal ini mbak.”

“Iya, ini tidak beres. Kalau orang mau bertemu baik-baik, pasti mengucap salam atau mengetuk pintu. Itu bayangannya semakin dekat.  Ayo kita lari masuk kamar kamu Nanda. Cepat,”  sahut Rima berbisik.

Mereka yang ketakutan dengan langkah seribu lari ke Kamar Nanda yang dekat dengan ruang tengah, dan langsung menguncinya.

Mereka yang menyadari, langsung berlari ke arah kamar, namun mereka kalah cepat. Pintu sudah tertutup rapat.

“Ayo pulang Nindi. Sebentar lagi kamu akan menjadi istri Bos. Jangan sembunyi, kami sudah tahu keberadaanmu.”

“Katakan sama Bos kamu, aku tidak sudi menjadi istrinya. Suruh saja dia menikah sama ibu tiriku itu.”

“Jangan kurang ajar kamu! Ibu tirimu sudah menjualmu untuk membayar hutang.”

“Pak, ini negara hukum. Tolong jangan memaksa. Mbak Nindi, jika dia tidak mau menikah dengan Bos Anda. Silahkan Anda pulang. Kalau tidak kami akan teriak maling,” ancam Nanda dengan suara baritonnya yang khas.

Karena merasa takut dengan ancaman diteriaki maling, mereka pun pergi, setelah memaki Nindi.

 

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Zul Iyati

Zul Iyati

terima kasih kakanatas supportnya, sehat selalu kak

2022-12-25

0

ririn

ririn

tetp semangt thor

2022-12-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!