“Masuk dulu mas?”
“Langsung pulang saja. Nanti yang ada memancing keributan kalau aku masuk.”
“Tidak masalah. Biar suamiku yang tidak berguna itu sadar, kalau aku tidak main-main untuk bercerai dengannya.”
“Wah benar-benar berani kamu ya.”
“Kenapa mesti takut. Toh mereka di sini menumpang. Kalau mereka macam-macam langsung aku suruh mama untuk mengusir mereka.”
“Ya sudah deh ayo. Tapi gak bisa lama ya. Soalnya mama sudah kirim pesan, suruh cepat pulang.”
“Yah kalau gitu pulang saja mas. Takutnya mama ada kepentingan kan, gak enak kalau bikin mamanya mas menunggu.”
“Ya sudah kalau begitu, lain kali Mas kesini lagi deh. Mas pulang dulu ya cantik.”
“Iya hati-hati mas.”
Indah pun masuk setelah Frans pulang.
“Kenapa melotot begitu Bu? Mau marah karena aku jalan sama seorang pria?”
“Tidak, tidak apa-apa.”
“Ya sudah kalau tak apa-apa, silahkan lanjutkan menyapunya,” bentak Indah membuat ibu Heni berjingkat kaget.
‘Inikah balasanmu ya Allah, atas sikapku yang keterlaluan pada menantuku Rima?,’ batin ibu Heni.
Ibu Heni pun melanjutkan menyapu dengan mata berkaca-kaca. Bagaimana pun dia merasa sakit hati atas sikap dan ucapan Indah padanya. Hanya karena sekarang tak bisa memberikan apa pun lagi pada menantunya, lantas menantunya berlaku kasar padanya, bahkan menggugat cerai anaknya.
Terlihat dari kejauhan Roni pulang dari toko elektronik membeli lampu untuk taman atas perintah sang majikan sebelum pergi tadi.
“Kenapa Bu? Kalau capek istirahat saja. Biar Roni yang melanjutkan menyapunya.”
“Tidak usah Ron, ibu masih sanggup kok.”
******
Ratih termenung memandang foto yang ada dalam genggamannya. Ia ingin segera mencari saudara kembarnya lewat jejaring sosial miliknya, namun pikirannya masih terganggu dengan bayang-bayang Frans yang telah menghianatinya.
Ia ingin menunjukkan pada pria sombong itu, ada atau tidak adanya Frans dihidupnya, Ratih bisa bahagia. Walaupun Ratih sendiri tak bisa membohongi perasaannya. Ratih amat terluka dengan pengkhianatan yang dilakukan oleh Frans.
Kesetiaan Ratih pada kekasihnya dibalas dengan pengihanatan. Bahkan pria yang hampir lima tahun menjalin hubungan asmara dengannya memaki dan mengatainya. Ratih tidak bisa begitu saja menerima penghinaan dan pengkhianatan yang Frans lakukan.
“Hei, melamun saja. Kenapa? Cerita dong sama aku, siapa tahu aku bisa bantu,” pria bernama Yudis itu mendekat dan duduk di hadapan Ratih.
“Frans ingkar janji Yud.”
“Maksudnya?,” tanya Yudis tak mengerti.
" Dia menjalin asmara dengan wanita lain. Padahal akhir tahun nanti harusnya kami menikah,” sahut Ratih sembari memasukkan kembali foto yang ia genggam ke dalam dompet miliknya.
“Hubungan kalian terjalin lama. Apalagi dia ada main di belakangmu dengan perempuan lain. Kita harus beri dia kenang-kenangan dan kejutan agar dia tahu siapa kamu sebenarnya.”
“Kamu harusnya jujur sama dia. Bukankah kamu merubah penampilan kamu juga demi dia Ratih? Kenapa mesti kamu tutupi jati dirimu yang sebenarnya."
"Kamu bukan lagi Ratih yang dulu yang selalu bisa Frans remehkan. Kamu cantik. Kamu punya segalanya, dan kamu jauh pemberani sekarang. Dia pasti akan menyesal sudah membuangmu demi wanita lain yang belum tentu sepadan denganmu.”
“Aku tak butuh dia menyesal, aku hanya ingin dia merasakan akibat, karena sudah sombong dan mengingkari janjinya.”
‘Aku akan membantumu Ratih. Apa pun akan aku lakukan asal kamu bahagia. Termasuk merelakan kamu mencintai pria lain seperti yang selama ini kamu lakukan. Aku tetap akan ada untukmu mendukung, dan membantumu sebisaku,’ gumam Yudis dalam hati.
“Di mana kamu bertemu dengannya terakhir kali?"
“Di Mal milikku.”
“Apa? Dan dia tak tahu kalau kamu pemilik Mal ini Ratih?”
“Tidak. Dia tetap menganggapku gadis desa yang memalukan.”
“Pasti dia akan kembali kesini lagi. Kita bisa beri dia pelajaran berharga saat kita bertemu dengannya nanti. Enak saja dia menghianati wanita sebaik dan setulus kamu."
"Buatlah dia menyesal sudah melepaskan kamu. Aku yakin pasti dia akan sangat menyesal setelah tahu siapa kamu dan perubahanmu.”
“Kamu sudah melakukan yang terbaik Ratih. Dan dia seenaknya saja membuangmu. Laki-laki macam apa dia?"
“Sudah selesai nyerocosnya? Bawel amat lu Yud. Kayak perempuan,” ledek Ratih sembari meraih ponsel yang terletak di atas meja.
“Lah aku itu menyemangati kamu agar kamu tidak lemah dan bersedih. Tak ada gunanya kamu sedih untuk pria brengsek seperti Frans.”
“Oke baiklah. Terima kasih Yud atas kepedulian kamu. Sebaiknya kamu pulang sekarang. Aku masih mau sendiri dulu. Sampaikan pada ibuku aku pulang malam.”
“Oke jika itu yang kamu mau Nona Ratih. Nanti aku sampaikan pada ibu calon mertua kalau kamu pulang terlambat.”
“Lah ngarep banget kamu Yud. Siapa juga yang mau jadi istri pria bawel kayak kamu. Yang ada hari-hari kamu kayak emak-emak kompleks bising terus bisa kena tekanan aku,” kekeh Ratih.
“Bercanda Yud, serius amat hidup Lu. Dah sana pulang. Entar Dicari Manda, tuh tetangga kompleks yang naksir lu.”
“Dih si Manda mah bukan selera gue, seleraku itu kamu. Ya sudah lah, aku pulang, dari pada kamu ledeki terus.”
Yudis pun menyambar kunci mobil gegas meninggalkan Mal, dan pulang ke Rumahnya yang kebetulan sebelahan dengan rumah mewah milik Ratih.
Ratih kembali termenung. Tak sadar guyonan Yudis mampu membuatnya melupakan sejenak masalah yang dihadapinya.
Yudis memang cerewet banget, tapi dia baik, tulus, dan sangat peduli pada Ratih. Dia selalu berada di garda terdepan, saat ada yang mencoba menyakiti Ratih. Ya karena Yudis sangat mencintai gadis itu.
Beruntungnya Ratih memiliki tetangga sebaik dan sepeduli itu. Yudis yang tampan dan mapan, menjadi idaman para cewek-cewek kompleks, bahkan emak-emak pun banyak yang menggodanya saat sedang bersantai di teras rumahnya.
*****
“Nindi,” seru ibu Risa saat anak tirinya datang dengan diantar ojek.
“Akhirnya kamu pulang juga. Kamu ini menyusahkan saja. Kamu itu harus balas budi dengan menikahi Tuan rentenir itu. Ingat aku merawatmu pakai tenaga Nindi, kamu itu jari anak harus tahu balas budi.”
“Berisik banget sih Bu. Ibu saja yang menikah dengan rentenir itu. Aku gak sudi. Ayahku kena serangan jantung gara-gara ulah ibu. Kalau ibu masih memaksa Nindi untuk menikahi aki-aki itu, Nindi tak segan melaporkan ibu ke Polisi. Apa ibu tidak takut?”
“Jangan dong Nin. Ayahmu mati kan juga sudah waktunya, bukan salah ibu.”
“Mati?"
" Ibu pikir ayahku binatang dikata mati.”
“Tolong ibu dong Nin. Kalau Kamu tidak mau menikah dengan rentenir itu, ibu bakal dijebloskan ke Penjara,” ucapnya dengan wajah memelas.
“Ya terima saja Bu. Itu konsekuensi yang harus ibu terima. Salah sendiri punya hutang tidak bisa membayar."
"Lagian semua harta milikku sudah ibu habiskan untuk bayar hutang. Silahkan ibu keluar dari rumahku sekarang juga. Aku tak mau hidup dengan ibu tiri kejam sepertimu.”
“Kamu mengusir ibu Nindi?
“Menurut ibu bagaimana? Apa kurang jelas ucapan Nindi barusan? Jangan pura-pura sedih Bu, aku tak akan merubah keputusan aku untuk mengusir ibu."
"Pergi sekarang juga dari rumahku. Silahkan tinggal dengan anakmu yang sama kejamnya dengan ibu," bentak Nindi membuat ibu tirinya terlonjak kaget.
Ia tak menyangka anak tirinya yang biasanya lemah, menjadi menakutkan seperti sekarang ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Chimud
Eh, menjual dengan cara halus, nih.
2023-02-06
1