SEBUAH PETUNJUK

“Ratih.”

“Iya Bu, ada apa? Kenapa wajah Ibu tampak sayu? Ibu sedang bersedih?”

“Ini,” Riana memberikan selembar foto pada sang anak.

 "Ibu mau memberikan  ini sama kamu. Ini bisa kamu jadikan petunjuk, supaya kamu bisa bertemu kembali dengan saudara kembar kamu.”

Ratih mengambil selembar foto kecilnya bersama saudara kembarnya yang telah lama tersimpan di dompet milik sang ibu.

“Ini Nanda Bu? Saudara kembarku? Wajah kami mirip sekali. Tentu saat ini, saat kami dewasa tetap ada kemiripan.”

“Tentu saja sayang. Pasti dia sangat mirip denganmu. Andai saja wanita sundel itu tak mengacau, pasti kita akan hidup bahagia dan tidak terpisah seperti ini.”

“Karena wanita itu, ayahmu meninggalkan kita begitu saja. Dia hanya membawa Masmu, dan Nanda saja, tanpa memedulikan nasib kita.”

“Beruntung nenek dan kakekmu memberikan kita beberapa bidang tanah yang cukup luas, sehingga bisa mengubah hidup kita seperti sekarang. Kita harus tetap rendah hati, serta menolong siapa pun yang membutuhkan.”

“Karena kita pernah hidup serba keterbatasan, dan kekurangan,  maka saat kita memiliki rezeki lebih, kita harus membaginya pada mereka yang membutuhkan.”

“Sudah lupakan saja kejadian di masa lalu yang membuat Ibu  menderita. Sekarang berbahagialah Bu. Ratih tidak mau ibu menderita lagi. Nikmatilah kebersamaan kita Bu.”

“Tidak semudah itu melupakan rasa sakit yang telah ayahmu torehkan Nak. Ibu kira ayahmu bisa selamanya  bersama Ibu, namun ternyata dia tergoda dengan wanita lain, dan meninggalkan Ibu."

“Ratih paham Bu. Tapi Ratih mohon jangan bersedih lagi. Semoga kita bisa secepatnya bertemu dengan mas Bambang dan juga Nanda Bu."

"Jaman sekarang sudah ada sosial media Bu, itu akan memudahkan kita mencari orang dari informasi yang kita posting ke media sosial.”

Riana memeluk sang anak dengan rasa bahagia. Ia pun juga sangat merindukan anak yang selama ini terpisah dengannya. Hanya saja karena berpindah tempat tinggal, Riana kehilangan jejak sang anak. Para tetangga juga tidak tahu ke mana anaknya pindah.

Omset usahanya terus meningkat tajam. Kini Riana dapat menikmati hasilnya bersama sang anak. Berharap suatu saat bisa bertemu kembali dengan kedua anaknya yang lama terpisah. Anak sulungnya, dan salah satu anak kembarnya.

“Dari mana? Hanya ke WC lama banget. Ini cepat makan sudah sejak sepuluh menit yang lalu makanan sampai, dan kamu baru kembali.”

“Maaf Indah. Perutku mulas sekali. Aku bolak-balik ke luar masuk WC,” ucapnya berbohong.

‘semoga saja Indah tidak curiga. Setidaknya aku puas sekarang bisa lepas dari perempuan desa yang selalu mengganggu hidupku itu. Sekarang aku bisa menikmati kebersamaan  dengan Indah, yang dalam waktu satu tahun ke depan akan menjadi istriku,’ batinnya.

'Aku pun segera memakan makanan yang telah dingin. Makanan milik Indah sudah hampir habis, hanya tersisa sedikit saja.'

“Jadi kan Mas, setelah ini mau belanja Mas?”

“Jadi dong. Sekalian ajak mama kamu nanti.”

“Mama tadi habis menemuiku, dia langsung jalan dengan tante Denia sahabatnya. Jadi kita jalan berdua saja.”

“Tidak apa-apakah kita jalan berdua?”

 Takutnya timbul fitnah nanti, karena biar bagaimana pun, statusmu masih istri orang.”

“Tidak mengapa Mas. Lagian selama ini suamiku itu tidak pernah mengajakku jalan. Kerjanya hanya tidur saja.”

“Duh sayang banget punya istri cantik gak pernah dibawa ke mana-mana. Mulai sekarang dan seterusnya, aku akan memanjakanmu Indah. Apa pun yang kamu mau, akan aku berikan jika aku mampu memberikannya untukmu. Jangan khawatir, gajiku besar tak akan habis untuk mentraktirmu setahun ke depan.”

“Terima kasih Mas.”

“Sama-sama Indah.”

*****

“Mas, Mbak,  maaf kalau kehadiranku di sini membuat kalian tak nyaman. Aku akan pulang saja dan menikah dengan si tua bangka itu. Aku tak mau kalian juga ikut dalam bahaya karenaku.”

“Tidak akan saya membiarkan kamu pulang dan menikah dengan pria tua itu. Saya akan laporkan Polisi jika mereka berani datang dan mengacau.”

“Tapi Mas, ibu tiriku sangat licik dan jahat. Dia bisa mencelakai kalian semua.”

“Ini negara hukum. Kita juga punya banyak tetangga. Tinggal kita teriaki maling saja, habis mereka dihakimi warga,” sahut Nanda dengan wajah serius.

“Sudah, Mbak Nindi tidak usah khawatir. Kami akan menjamin keamanan mbak di Rumah ini. Ibu tiri Mbak dan pria tua itu, dan para pesuruhnya yang badannya gede-gede itu, tidak akan berani macam-macam.”

“Terima kasih ya Mbak, Mas, kalian baik sekali. Kalian sudi menolongku, walaupun aku bukan siapa-siapa kalian.”

“Sama-sama Mbak. Sudah kewajiban kita untuk saling rangkul dan saling tolong, jika ada kesusahan dan ada masalah pelik seperti ini. Tak pandang saudara atau bukan, kalau bisa ya kita bantu. Lagian ibu tiri mbak kok bisa sejahat itu, menjual Mbak untuk bayar hutang.”

“Memang dari awal dia tak pernah tulus sayang sama aku Mbak. Dia hanya peduli pada harta ayahku. Sejak ayahku meninggal, karena serangan jantung, dia menguasai segalanya. Bahkan dia sudah menikah lagi dengan pria lain, namun tetap tinggal di Rumahku."

"Ibu menjual semua aset milik ayah untuk membayar hutangnya. Tersisa rumah saja sekarang. Rumah itu penuh kenangan. Saya ingin rumah itu tetap ada, dan tidak dijual untuk membayar hutangnya.”

“Mungkin setelah ini saya akan mengusir ibu saja. Toh sekarang saya sudah tahu kebusukannya. Anak perempuannya juga sama jahatnya. Hanya saja dia sudah menikah dan tinggal dengan suaminya."

"Saat kami tinggal bersama, sering kali dia berbuat kasar, mengambil barang kesayangan saya, dan merusak apa pun yang ia inginkan, namun tak saya berikan."

“Kalau begitu kita lapor Polisi saja Mbak,” usul Rima.

“Nanti dulu mbak. Kalau saya masih bisa menanganinya, saya akan tangani sendiri.”

“Lagian saya masih mau membalas kejahatan ibu dengan cara cerdas dan tak main kasar."

"Saya ingin, ibu merasakan apa yang selama ini  saya rasakan. Saya yakin anak perempuannya tidak akan mau menerimanya untuk tinggal bersama, soalnya mereka dulu sering bertengkar.”

“Wah baguslah kalau begitu. Saya akan bantu yang saya bisa. Soal membalas kejahatan dengan cara cerdas, saya suka sekali. Semoga berhasil ya mbak Nindi buat Ibu tiri Mbak yang jahat itu kapok,” sahut Nanda.

“Mungkin tiga hari lagi saya akan pulang, dan membuat perhitungan dengan ibu. Saya sendiri saja. Jika ada apa-apa, saya langsung menghubungi kalian.”

“Baiklah Mbak jika itu mau Mbak Nindi, semoga saja Allah selalu melindungimu Mbak.”

“Aamiin, terima kasih atas doanya.”

“Nanti setelah urusan saya selesai dengan mereka, saya akan kembali lagi kesini. Saya akan mengajak kalian liburan akhir tahun ini ke Kota. Kebetulan Mal baru di dekat rumah bakal merayakan satu tahun berdirinya dengan pesta yang meriah. Akan ada diskon besar-besaran di sana. Kita bisa puas berbelanja.”

“Wah Mal baru itu, Nanda memang belum pernah ke sana Mbak. Kata teman-teman Nanda tempatnya instagramable dan barang yang dijual semuanya kualitasnya bagus.”

“Sekalian saja Mbak Nanda kerja sama dengan pemiliknya, kebetulan dia selalu mencari model, untuk barang-barang yang dia jual. Kan mbak Nanda sudah berpengalaman di dunia modeling tuh, pasti langsung bisa kerja sama dengan pemilik Mal itu. Liburan  sekalian menghasilkan uang.”

“Wah ide bagus tuh Mbak. Nanti Nanda coba deh. Terima kasih loh Mbak.”

“Sama-sama Mbak.”

“Ya sudah Mas mau keluar sebentar cari buah, kalian kunci saja pintunya biar aman.”

“Iya mas hati-hati  ya.”

“Iya.”

Setelah suaminya keluar, Rima langsung mengunci pintunya.

Dari kejauhan ia melihat para tetangga yang sedang membeli sayur menatap suaminya tak suka. Bahkan masih bisa ia dengar ocehan para tetangga julidnya itu yang membicarakan mereka. "Anak durhaka, pilih istri ketimbang ibu. Pasti gak akan bahagia," deg hati Rima mencelos mendengar gunjingan para tetangga.

Mereka tidak tahu hubungan antara suaminya dan ibu  Heni hanya sebatas anak tiri dan ibu tiri. Mereka juga tidak tahu dengan kejahatan yang telah ibu Heni lakukan pada Bambang dan Rima. Mereka hanya bisa menggunjing tanpa tahu kebenarannya.

 

 

 

 

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!