“Assalamualaikum” salam pasangan suami istri itu ketika tiba di rumah.
“Waalaikumsalam, sahut Ibunya Zahra dan Mas Wisnu serempak.
“Bagaimana Dek, apa jenis kelamin keponakan Mas,” tanya Wisnu pada adiknya.
“Kata Dokter sih perempuan Mas, tapi bisa juga setelah lahir berubah jadi laki-laki,” jawab Zahra sambil bergantian mencium punggung tangan Ibunya dan kakaknya.
“Loh kok bisa begitu?,” Tanya Wisnu lagi dengan wajah bingung.
“Ya bisa Mas” jawab Zahra sambil duduk bersama suaminya bergabung dengan Ibu dan kakaknya untuk menceritakan apa yang dokter kandungan bicarakan tadi.
“Oh begitu ceritanya,” ucap Mas Wisnu sambil mangut-mangut kepalanya.
“Dek ... Mas Wisnu boleh pegang perut kamu Ngga?. Mas pengen tahu aja rasanya kaya gimana.”
“Boleh Mas.”
“Ternyata perut kamu keras ya Dek ... Mas pikir lembek seperti kalau tidak hamil. Itu kamu Ngga engap apa Dek?.”
“Ya keraslah Mas, kan udah jadi manusia yang di dalam perut, udah terbentuk tulang belulangnya. Beda rasanya dengan waktu masih sebesar biji kacang hijau. Engap sih engap Mas, tapi ini semua kan sudah kodrat wanita. Belum nanti di saat memasuki usia kandungan tujuh bulan, delapan bulan dan sembilan bulan, akan semakin besar perut Zahra karna bayi di dalam perut juga bertambah besar. Makanya nikah, jadi Mas Wisnu tahu,” terang Zahra pada kakaknya.
“Ah itu mah soal gampang Dek ... Mas masih enak sendirian, mau ke sana ke mari Ngga ada yang larang,” jawab Mas Wisnu sambil mengusap perut adiknya yang sudah membuncit.
“Cuma mau sampai kapan Mas? Laki-laki kerja itu kan juga ada batasan umurnya. Kalau anak-anak Mas nanti masih kecil, terus Mas sudah waktunya pensiun bagaimana?. Kan anak-anak masih butuh biaya banyak buat sekolah.”
“Kamu betul Dek, makanya Mas Wisnu lagi mau coba bikin usaha biar suatu saat nanti saat Mas Wisnu sudah pensiun, keluarga Mas tidak kekurangan dan Mas juga masih ada penghasilan.”
“Zahra do’akan semoga cita-cita Mas Wisnu terkabul, Aamiin.”
“Terima kasih do’anya ya Dek.”
“Sekarang kalian pada mandi dulu sana, kan habis dari luar apalagi habis dari klinik periksa kandungan, takut bawa virus,” perintah Nurhayati pada anak dan mantunya.
Pasangan suami istri itu bangun dari duduknya dan beranjak menuju kamar tidur mereka untuk membersihkan diri.
Bulan demi bulan berlalu, tak terasa sudah bulannya Zahra melahirkan. Selama hamil tua, Zahra tidak mengajukan cuti hamil. Dia sengaja tidak mengajukan cuti hamil di awal supaya bisa lebih lama lagi bersama babynya. Dia lebih memilih melahirkan dulu baru mengajukan cuti hamil. Beda prinsipnya dengan rekan-rekan kerjanya yang mengajukan cuti hamil di saat usia kandungan memasuki delapan bulan.
Saat tengah malam Zahra terbangun karna ingin buang air kecil. Betapa terkejutnya dia ketika mendapatkan celana pendeknya basah seperti orang ngompol. Dia pun membangunkan suaminya.
“ Mas ... Mas Agus ... Bangun,” panggil Zahra sambil mengguncangkan bahu suaminya.
“HM ... Ada apa Yank, jam berapa ini?.”
“Bangun Mas Agus ... Ini celana pendek aku kenapa bisa basah kaya orang ngompol gini sih?.”
“Hah ... “. Agus pun terlonjak kaget mendengar perkataan istrinya. Laki-laki itu langsung duduk dan melihat ke arah celana pendek istrinya, ternyata benar apa yang di katakan istrinya.
“Loh kok bisa basah Yank, kamu mimpi basah kali atau mimpi pipis di kamar mandi?.”
“Ihh Mas enak aja nih kalau ngomong. Aku pegang Ngga ada bau pesingnya Mas, berarti kan bukan ngompol, lagian kasurnya juga Ngga basah, cuma celana aku aja yang basah dan aku juga Ngga mimpi basah,” dumel Zahra kesal sambil menjawab perkataan suaminya.
Agus hanya bisa menggaruk kepalanya karna bingung sendiri karna apa yang istrinya katakan benar kalau kasur tidak basah sama sekali. Tiba-tiba dia pun tertegun.
“Apa jangan-jangan kamu mau melahirkan Yank? Bukankah bulan ini sudah waktunya kamu melahirkan? Apa ada yang kamu rasakan Yank, mules atau apa gitu?.”
Zahra pun langsung terdiam ketika mendengar pertanyaan suaminya.
“Eh iya Mas, kamu benar ... Jangan-jangan ini tanda-tanda aku mau melahirkan, tapi aku belum merasa mulas atau merasa apa pun juga.”
“Ya sudah sekarang aku ganti celananya dulu ya. Kita tunggu aja dulu, jangan panik. Baju-baju bayi dan kamu sudah kamu siapkan di tas kan?.”
“ Sudah Mas, semua sudah aku siapkan di tas. Itu tasnya aku taruh dekat meja rias,” sahut Zahra sambil melangkah menuju kamar mandi untuk mengganti celananya yang basah.
Saat mengganti celananya yang basah, Zahra melihat di ****** ******** ada sedikit noda darah. Karna ini adalah kehamilan pertamanya, dia merasa khawatir takut terjadi apa-apa dengan kandungannya.
Selesai mengganti celananya dia pun cepat-cepat keluar kamar mandi untuk memberitahukan hal itu pada suaminya.
“Mas, tadi saat aku ganti celana, aku lihat ada noda darah di ****** ***** ku. Aku khawatir terjadi apa-apa dengan kandunganku, Mas!.”
“Kamu tenang aja ya Yank, jangan panik. Kita berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan kandungan mu. Besok pagi kita periksa ke dokter atau ke bidan yang sudah praktik pagi untuk memeriksa kandungan kamu. Sekarang kita istirahat lagi ya, biar besok pagi kamu juga dalam kondisi yang bugar,” ucap Agus menenangkan istrinya.
“Iya Mas” ...
Mereka pun melanjutkan istirahatnya.
Keesokan paginya, semua di hebohkan dengan kabar Zahra yang tengah malam celananya basah dan ada sedikit noda darah. Nurhayati, Ibunya Zahra langsung menyuruh mereka untuk segera memeriksakan ke dokter kandungan. Begitu pun dengan Mas Wisnu, dia khawatir terjadi apa-apa dengan calon keponakannya.
Tepat jam tujuh pagi Agus dan Zahra berangkat mencari klinik atau bidan yang sudah praktik di pagi hari. Mereka pun sampai di klinik rumah sakit Anugerah. Saat pasangan suami istri itu mendapat gilirannya masuk dan dokter memeriksa kandungan Zahra, dokter mengatakan kalau belum waktunya Zahra melahirkan. Menurut dokter kandungan, noda darah itu hal yang biasa bagi ibu hamil. Setelah selesai mereka pun berpamitan dan mengucapkan terima kasih pada sang Dokter.
Saat mereka berjalan di lorong klinik rumah sakit, Agus bertemu dengan seorang bidan yang dia kenal. Agus menyapa bidan yang bernama Bidan Masnah itu dan terlibat obrolan sebentar dengannya. Zahra menunggu suaminya sambil duduk di kursi klinik. Tak lama Agus menghampirinya.
“Tadi siapa Mas?,” tanya Zahra pada suaminya.
“Tadi itu Bidan Masnah, dia itu dulu pernah membantu sepupu Mas melahirkan. Terus tadi Mas juga cerita sama dia soal yang kamu alami tadi malam. Bidan Masnah bilang kalau itu tanda-tandanya kamu mau melahirkan Yank. Dia bilang tunggu aja pasti nanti sore kamu akan merasakan mulas-mulas."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments