BAB 14

Dia pun menghampiri istri dan Ibu mertuanya yang duduk di ruang keluarga.

”Sini Mas ... Itu kopinya di minum.”

“Makasih Yank,” ucap Agus sambil duduk di sebelah istrinya.

“Kamu wangi amat Mas, aku suka cium wangi kamu,” ujar Zahra sambil merapat ke tubuh Agus.

Mendengar kata-kata istrinya yang aneh, Agus menjadi bingung. Padahal setiap mandi juga seperti ini, tidak ada yang dia tambah-tambahkan ke tubuhnya.

“Wangi gimana Yank?. Mas juga setiap mandi selalu kaya gini. Suka aneh-aneh aja kamu.”

Nurhayati yang melihat tingkah anaknya semakin yakin kalau anaknya pasti sedang hamil. Semoga saja keyakinannya benar, sudah lama dia mengharapkan kehadiran seorang cucu. Dia pun bangkit meninggalkan anak dan mantunya berdua.

“Ibu mau ke mana?,” tanya Zahra pada Ibunya.

“Ibu mau ke dapur dulu, mau siap in bahan buat masak makan malam nanti.”

“Aku bantu ya Bu?.”

“Ngga usah, kamu kan belum fit benar. Ibu masaknya juga yang mudah kok.”

“Benar Ibu Ngga mau Zahra bantuin?.”

“Iya Nak,” sahut Ibunya sambil melangkah pergi.

Tepat jam tujuh malam mereka makan bersama di meja makan. Lagi asyik-asyiknya menikmati makan malam, tiba-tiba Zahra menaruh sendok dan garpu. Agus pun langsung menegur Istrinya.

“Kenapa Ra?. Kok tidak dihabiskan makannya?.”

“Aku pingin makan bakso Jaja, Mas.”

“Hahh,” Agus pun terkejut. Besok aja ya Ra, setelah kamu pulang kerja. Sekarang udah jam tujuh malam takutnya udah tutup.”

“Aku pengen makan bakso sekarang, Mas. Ya sudah kalau kamu Ngga mau antar, aku pergi sendiri,” sahut Zahra sambil pasang muka cemberut dan bangkit meninggalkan meja makan.

Melihat tingkah istrinya yang ngambek, Agus jadi tambah bingung.

“Udah sana Gus, anterin istrimu,” kata Ibunya Zahra pada Agus.

“Iya Bu ... Tapi kenapa Zahra jadi aneh ya? Biasanya dia ngga pernah begitu,” ujar Agus dengan muka bingung.

“Ya di maklum aja Gus, mungkin itu pengaruh hormon mau datang bulan kali.”

“O iya ... Betul juga Bu ... Ya sudah Agus pamit antar Zahra dulu ya Bu. Assalamualaikum ...”

“Waalaikumsalam, hati-hati di jalan.”

Agus cepat-cepat berjalan menyusul istrinya yang sedang ngambek. Ketika sampai di depan pintu kamar, dia ber pas-pasan dengan istrinya.

“Yank, tunggu ... Mas antar kamu.”

“Ngga usah, aku bisa pergi sendiri.”

“Jangan ngambek dong Yank, nanti cantiknya hilang loh,” goda Agus pada istrinya.

“Biarin,” sahut Zahra sambil melengos pergi meninggalkan suaminya.

Dengan sigap Agus langsung menyambar kunci motornya dan menyusul istrinya.

“Yank ... Yank ... Ayo dong jangan ngambek, rayu Agus sambil meraih tangan istrinya.”

“Apa sihh ... Sentak Zahra dengan kesal. Kan tadi Mas Ngga mau antar aku, ya sudah aku pergi sendiri aja!.”

“Mas cuma bercanda Yank, gitu aja marah sih. Ayo naik sayang ... Nanti keburu tutup loh Jaja nya.”

Dengan muka cemberut akhirnya Zahra naik ke boncengan suaminya dan motor pun melaju menuju abang bakso favorit istrinya.

Tak lama kemudian, mereka sampai di abang bakso favoritnya Zahra, untung saja masih buka. Bisa di bayangkan bagaimana istrinya akan ngambek kalau tutup. Bisa-bisa dia tidak dapat jatah dari istrinya malam ini atau mungkin akan di suruh tidur di sofa ruang tamu.

Mereka pun memesan dua porsi bakso, karna tadi tidak menghabiskan makan malamnya, Agus pun masih lapar.

Dua porsi bakso pun datang, dengan sigap Zahra langsung menuangkan empat sendok sambal, cuka dan saus sambal yang banyak. Melihat istrinya seperti kesurupan, Agus hanya bisa melongo.

“Yank ... Kamu Ngga papa kan?,” tanya Agus dengan khawatir.

“Kenapa emangnya?, Tanya Zahra dengan mata mendelik kepada suaminya.

“Itu yang benar aja Yank ... Sambal, cuka dan saus sambalnya banyak amat, kamu beli bakso apa beli sambal, cuka dan saus sambal sih?,” tanya Agus dengan terheran-heran.

“Ihh ... Kenapa jadi kamu yang rempong sih Mas!, Abang baksonya santai-santai aja tuh.”

“Bukannya begitu Yank ... Nanti perut kamu sakit loh, kalau kamu sakit kan aku jadi sedih,” ucap Agus menggoda istrinya.

Mendengar kata-kata lebay suaminya, Zahra pun tidak bisa menahan tawanya.

“Ha ha ha ... Lebay amat sih Mas,” sahut Zahra sambil menepuk bahu suaminya.

Melihat istrinya tertawa, Agus menjadi lega akhirnya sang istri tidak ngambek lagi.

Mereka pun segera menghabiskan baksonya karna hari semakin malam dan besok mereka harus kembali bekerja. Sampai di rumah, mereka segera menuju kamar tidur untuk membersihkan diri dan beristirahat.

Keesokan paginya, Zahra di antar Agus ke tempat kerja. Hari ini dia satu shift dengan Kiki, sahabatnya.

“Morning Ki ...,” sapa Zahra.

“Morning Ra ..., udah sembuh?.”

“Alhamdulillah udah mendingan kok, mungkin kemarin cuma masuk angin aja.”

“Syukurlah kalau begitu, Ra.”

“O ya, ada berita apa Ki?.”

“Ngga ada berita apa-apa sih Ra, cuma udah enam bulan Boss Ngga kelihatan datang ke sini sejak terakhir Lo di panggil ke kantor waktu itu. Kalian habis ribut ya?.”

“Ngga kok ... Mungkin Boss ada kesibukan di lain tempat kali Ki ...,” sahut Zahra berbohong dengan sahabatnya.

“Oh syukurlah ... Ya sudah, sekarang kita siap-siap tempur, hari ini kita kedatangan tamu grup dari Perhutani tiga bus.”

“Oke Ki ... “

Menjelang siang tamu grup yang di nanti datang juga. Kiki dan Zahra sibuk menghandle tamu-tamu yang datang, mereka akan menginap di hotel itu selama tiga hari dua malam untuk Rapat Kerja Nasional. Zahra paling suka kalau hotel tempatnya bekerja kedatangan tamu grup, dengan kesibukannya menghandle grup dia bisa mengalihkan pikirannya dari Pak Yahya. Apalagi dia tadi mendengar dari Kiki kalau Boss nya sudah enam bulan tidak pernah datang ke hotel tempat dia bekerja.

Susah memang, selama dia masih bekerja di tempat itu bayang-bayang laki-laki paruh baya itu pasti akan selalu membayanginya. Kadang terbersit dalam pikiran kalau dia sudah berdosa terhadap suaminya karna masih memikirkan laki-laki lain dan masih merindukannya.

Jam satu siang, Zahra mendapat pesan dari Agus kalau dia tidak dapat menjemputnya karna ada kepentingan mendadak. Zahra bersyukur Agus tidak dapat menjemputnya sehingga sepulang kerja nanti dia bisa mampir ke apotik untuk membeli test pack.

Ketika waktu menunjukkan pukul tiga sore, Zahra pun pulang dan membeli test pack di apotik. Sesampainya di rumah dia pun langsung menuju kamar tidurnya untuk membersihkan diri dan beristirahat sejenak sambil membaca cara pemakaian test pack agar dia besok pagi tidak salah menggunakannya. Tak berapa lama wanita itu pun tertidur lelap karna saking lelahnya tadi pagi menghandle grup tiga bus yang datang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!