“Iya kali ya ... Kalau begitu Mas mandi dulu. Kamu lanjutin aja siap-siapnya.”
“Oke Mas,” sahut Zahra sambil menempelkan jari telunjuk dan jempolnya yang membentuk huruf O. Setelah selesai, Agus dan Zahra bersama-sama keluar dari kamar tidur menuju meja makan untuk sarapan pagi bersama. Setelah semua berkumpul di meja makan, Zahra tiba-tiba berbicara.
“Sebelum kita mulai sarapan pagi bersama, ada yang mau aku sampaikan pada kalian semua.”
“Ada apa Yank, kamu lagi ada masalah?,” Tanya Agus dengan khawatir.
“Mmm ... Ibu, Mas Wisnu dan Mas Agus, sebelumnya Zahra mau minta maaf.”
“Minta maaf kenapa Ra, memangnya kamu bikin salah apa,” tanya Mas Wisnu dengan bingung.
”Iya Ra ... Kamu kenapa, kok tiba-tiba bicara seperti itu?,” ujar Ibunya Zahra dengan wajah khawatir juga.
“Kamu kenapa sih Yank, jangan bikin aku, Mas Wisnu dan Ibu jadi jantungan dong,” tutur Agus pada Zahra dengan wajah pias.
Melihat semua pada menunjukkan raut wajah yang berbeda-beda, Zahra hampir tidak bisa menahan ketawanya. Wanita itu berusaha setengah mati menahan untuk tidak tertawa.
“Mmm ... Zahra mau minta maaf pada kalian semua, karnaa ... karnaa ... Zahraaa ... Hamil,” ucap wanita itu sambil melepaskan tawanya karna sudah tidak tahan menahannya.
“Alhamdulillah ...,” puji syukur Ibunya Zahra, Agus dan Mas Wisnu serempak.
“Ya Allah, Zahraa ... Kamu itu benar-benar ya udah bikin sport jantung Ibu,”ucap Nurhayati dengan nada kesal sambil bangkit mendekati Zahra dan menjewer telinga kanannya.
“Ampunn Buu ... Zahra kan cuma mau bikin kejutan aja,” sahut Zahra dengan meringis karna di jewer Ibunya.
“Bercanda juga Ngga begitu, kalau Ibu meninggal karna jantungan, gimana?.”
“Iya Bu ... Ampun ... Maafin Zahra ya, lepas atuh Bu nanti telinga Zahra jadi panjang sebelah nih,” rengek Zahra pada Ibunya.
Mas Wisnu akhirnya ikut berdiri dan menghampiri adiknya.
“Emang adik Mas ini nakal ya, udah mau bikin semua orang meninggal karna jantungan,” ucap Mas Wisnu sambil menjewer telinga kiri Zahra.
“Aww ... Ampunn Mas Wisnu, Zahra kan cuma bercanda. Waduh jadi panjang dua-duanya ini telinga Zahra. Mau pergi kerja, telinga malah kaya jadi telinga gajah,” sahut Zahra dengan meringis menahan sakit akibat di jewer Ibu dan kakaknya.
Ibu dan Mas Wisnu pun akhirnya melepaskan jewerannya. Sambil meringis Zahra menoleh ke arah suaminya.
“Kamu Ngga jewer aku juga Mas?, tanya Zahra pada suaminya.
Dengan refleks Agus menyentil kening istrinya, “ Tak.”
“Aww ... Kok kening aku di sentil Mas, sakit tahu,” gerutu Zahra sambil mengusap-usap keningnya yang sakit.
“Kamu pengen cepat jadi janda ya?. Sengaja mau bikin Mas biar meninggal karna jantungan juga?!,” ucap Agus dengan wajah gemas melihat istrinya.
“Ihh ... Ngga kok Mas ... Masa aku baru juga hamil udah jadi janda sih, tega amat deh kamu, Mas ...,” sahut Zahra dengan muka cemberut.
“Nah itu tadi kamu mau bikin kita semua jantungan.”
“Iya iya ... Maafin Zahra ya Bu, Mas Wisnu dan suamiku,” rayu Zahra pada mereka semua.
Niat hati ingin berbuat iseng pada Ibu, kakaknya dan suaminya, malah jeweran dan sentilan yang Ia dapatkan. Nasib oh nasib,” monolog Zahra dalam hati. Melihat Zahra terdiam karna habis di marahi, mereka bertiga pun serempak memeluk Zahra.
“Terima kasih ya Yank, kamu akan segera memberikan aku anak. Tapi bener kan kamu hamil, Ngga bercanda lagi kan?.”
“Sama-sama Mas ... Aku Ngga bercanda kok, nih buktinya,” ucap Zahra sambil menunjukkan bukti tesnya pada Agus.
“Alhamdulillah” ucap Agus.
“Ibu juga berterima kasih kamu akan segera memberikan Ibu cucu. Pasti rumah akan terasa ramai dengan adanya tangisan dan celotehan bayi.”
“Iya sama-sama Bu ... Doakan saja semuanya berjalan lancar sampai hari H nya.”
“Terima kasih ya dik, akhirnya kamu akan memberikan Mas, keponakan. Semoga kalau laki-laki, dia akan ganteng seperti Om Wisnu.”
“Iya Mas Wisnu, sama-sama. Tapi kalau ganteng kaya Mas Wisnu jangan deh, nanti orang yang lihat bingung, anak Mas Wisnu atau anak Mas Agus,” ucap Zahra sambil menggoda kakaknya.
“Haishh ... Adik kakak ini kalau ngomong suka benar aja,” sahut Mas Wisnu sambil mengacak-acak rambut adiknya.
“Ihh Mas Wisnuu ... Orang udah cantik-cantik malah dibikin berantakan. Huh ... Sebal ...,” dumel Zahra dengan kesal pada kakaknya sambil merapikan rambutnya yang berantakan.
Melihat tingkah Zahra, mereka pun tertawa.
“Sudah ... Sudah ... Ayo pada sarapan, nanti pada terlambat,” ucap Ibunya Zahra menengahi.
Mereka semua pun melanjutkan sarapan pagi yang tertunda. Beres sarapan, Zahra menyempatkan diri untuk membantu Ibunya beres-beres piring bekas mereka sarapan. Setelah beres mereka semua berpamitan pada Nurhayati, Ibunya Zahra.
“Kami berangkat kerja dulu ya Bu. Ibu hati-hati di rumah,” ujar Mas Wisnu pada Ibunya.
“Iya ... Kalian semua juga hati-hati di jalan,” balas Nurhayati pada anak-anak dan mantunya.
“Assalamualaikum” salam mereka serempak.
“Waalaikumsalam” balas Nurhayati.
Mereka semua menyalakan motornya dan berjalan keluar dari pekarangan rumah orang tuanya Zahra. Saat di jalan Agus mengajak istrinya untuk periksa ke dokter kandungan nanti sore.
“Yank ... Nanti sore kita periksa ke dokter kandungan ya, biar kita tahu sudah berapa minggu usia kandungan kamu. Biar sekalian kamu dapat vitamin dari dokter juga.”
“Boleh Mas, mau periksa di mana?.”
“Di dekat tempat kerja kamu aja Yank, di sana kan ada rumah sakit. Nanti habis antar kamu, Mas ke sana buat daftar.”
“Ya sudah atur aja sama Mas bagaimana baiknya.”
Tak lama Zahra sampai di tempat kerjanya.
“Morning Har ...,” salam Zahra pada Hartadi rekan kerjanya.
“Morning Ra ... Itu telinga kamu kenapa? Kok merah dua-duanya, kamu lagi demam?,” tanya Hartadi.
“Eh ... Ngga kok Har ... Ini habis di jewer sama Ibu dan kakakku tadi di rumah.”
“Lah kok bisa, emang kamu kenapa sampai di jewer sama mereka?.”
“He he he ... Aku tadi pagi habis iseng in mereka. Maksud hati mau bikin kejutan untuk mereka, kalau aku hamil ... Eh malah aku jadi di jewer. Nasib ... Nasib ...”
“Ya lagian kamu usil amat pagi-pagi sudah cari gara-gara aja. Salah kamu sendiri itu sih. Eh ... By The Way, selamat ya atas kehamilannya, semoga Ibu dan babynya sehat selalu dan dilancarkan semuanya sampai waktunya melahirkan nanti.”
“Thanks Har ... Atas doanya,” balas Zahra.
“Sama-sama Ra ... Oya, nanti kalau udah ada anak, kamu masih tetap kerjakan? Planning kamu gimana setelah melahirkan nanti?.”
“Belum tahu Har, kita lihat nanti aja, lagian kan aku masih lama lahirannya, masih sembilan bulan lagi. Jadi aku juga belum tahu planning ke depannya seperti apa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments