BAB 15

Tepat jam setengah enam Zahra terbangun, melihat hari yang mulai gelap dia pun terkejut karna dia lama tertidur. Zahra merapikan diri dan keluar dari kamar tidurnya. Di ruang keluarga dia melihat Mas Wisnu dan Ibunya sedang menonton televisi.

“Udah bangun Ra?,” Tanya Mas Wisnu pada adiknya.

“Udah Mas ... Maaf aku tertidur lama. Karna hari ini aku capek banget, tadi pagi handle tamu grup tiga bus.”

“Iya Ngga papa Ra, yang penting sebelum magrib kamu udah bangun. Ngga bagus magrib tidur.”

“Iya Mas ... Tumben Mas Wisnu sama Ibu nonton televisi, biasanya jarang nonton.”

“Lagi pengen aja kok. O ya Agus mana Ra, tumben Ngga kelihatan?,” tanya Wisnu ketika menyadari adiknya tidak bersama Agus.

“Mas Agus lagi ada kepentingan mendadak Mas, makanya tadi siang Ngga bisa jemput Zahra paling bentar lagi juga pulang.”

“Oh gitu, pantas Ngga kelihatan.”

“Assalamualaikum” sapa Agus tiba-tiba memotong pembicaraan mereka.

“Waalaikumsalam ... Nah itu orangnya panjang umur, baru juga di omongin udah datang,” ucap Zahra sambil melangkah ke pintu depan untuk menyambut suaminya.

Zahra pun membukakan pintu depan untuk Agus, kemudian dia bersalaman sambil mencium punggung tangan suaminya.

“Dikirain pulangnya malam Mas?.”

“Alhamdulillah semua cepat beres Yank, jadi Ngga pulang malam.”

“Alhamdulillah ... Ya sudah sekarang bersih-bersih dulu gih, bentar lagi magrib, kita sholat berjamaah ya Mas.”

“Oke Yank ... Mas mandi dulu ya.”

Agus pun melangkah menuju kamar tidurnya di ikuti Zahra dari belakang. Sampai di depan ruang keluarga, Agus menyalami Ibu dan kakaknya Zahra dan melanjutkan langkahnya menuju kamar tidur.

Tak berapa lama adzan magrib berkumandang, Agus dan Zahra pun melakukan Shalat magrib berjamaah. Selesai menjalankan Shalat, Zahra dan Agus beriringan keluar kamar menuju meja makan untuk makan malam bersama. Selepas makan malam dan membantu Ibunya beres-beres bekas makan malam, mereka duduk bersama di ruang keluarga.

”Gus ... Gimana kerjaan, lancar?,” tanya Wisnu pada adik iparnya.

“Alhamdulillah lancar Mas ... Doakan saja aku bisa belikan Zahra rumah nanti, sehingga kami tidak terlalu lama menumpang tinggal di sini. Ngga enak juga kalau kami terlalu lama merepotkan kalian.”

“Aamiin ... Semoga tercapai apa yang kamu inginkan ya Gus. Lagi pula kami tidak keberatan kok kalian tinggal di sini. Kasihan Ibu juga kalau di rumah sendiri. Kalau ada Zahra kan Ibu masih ada temannya di sore hari, kalau Mas Wisnu harus pulang malam.”

“Iya sih Mas, tapi aku merasa Ngga enak aja kalau harus hidup menumpang terus, bagaimanapun aku kan seorang suami dan kepala keluarga untuk keluargaku.”

“Pokoknya kita tidak keberatan kok, jangan hal itu dijadikan beban mu, Gus. Jangan sampai karna ingin memberikan Zahra sebuah rumah, kamu malah jadi macam-macam. Kamu harus liat kemampuan finansial mu. Kalau belum bisa, jangan di paksakan,” nasehat Wisnu pada adik iparnya.

“Iya Mas, terima kasih untuk nasehatnya.”

“Loh ... Terus nanti kalau kalian pindah dan ada anak, Ibu kesepian dong harus jauh-jauh dari cucu Ibu,” sahut Nurhayati, Ibunya Zahra.

“Ya ampun Bu ... Punya anak aja belum, Ibu udah khawatir aja,” goda Zahra pada Ibunya sambil tertawa.

“Habis kalian udah bicara pindah rumah segala, Ibu kan jadi sedih dengarnya.”

“Iya maafin kami ya Bu,” ucap Zahra sambil memeluk Ibunya.

Mereka pun tertawa bersama melihat Ibunya yang ngambek karna obrolan pindah rumah. Mereka pun melanjutkan obrolan sambil bersenda gurau. Tepat jam sembilan malam mereka mengakhiri obrolan dan menuju kamar masing-masing untuk beristirahat. Selesai membersihkan diri Agus dan Zahra merebahkan tubuhnya di atas kasur, tak lama Agus pun tertidur. Melihat suaminya sudah tertidur pulas karna kelelahan Zahra hanya geleng-geleng kepala. Tak lama dia pun tertidur menyusul suaminya ke alam mimpi.

Bunyi adzan subuh terdengar berkumandang, Agus pun terbangun dan melihat istrinya masih tertidur.

“Yank ... Ayo bangun, kita shalat subuh yuk.”

“Iya bentar Mas ... Mataku masih sepat nih, aku masih mengantuk.”

“Ayo bangun dulu Yank, shalat dulu ... Nanti kamu lanjutin lagi tidurnya kalau sudah shalat. Ayo bangun ...”

Akhirnya Zahra terbangun dan duduk dengan mata yang masih terpejam.

“Ayo Yank,” ucap Agus sambil menarik tangan istrinya dan menuntunnya ke kamar mandi untuk berwudhu. Setelah selesai berwudhu, Agus berangkat ke mesjid bersama Wisnu untuk melakukan shalat subuh di sana. Selesai melaksanakan shalat subuh, Zahra menghampiri Ibunya di dapur.

“Pagi Bu ... “

“Pagi Ra ... Sudah shalat subuh?.”

“Alhamdulillah sudah Bu ... Ibu mau bikin apa?.”

“Ibu mau bikin nasi goreng telor aja untuk sarapan kita pagi ini.”

“Zahra bantu ya Bu.”

“Boleh ... “

Di saat sang Ibu menumis bumbu, “Uwek ... Uwek ...”.

“Kamu kenapa Ra?.”

“Ngga tahu Bu, pas tercium bau tumisan bawang, perut aku mual.”

“Apa sudah beli apa yang Ibu suruh?.”

“Sudah Bu, baru nanti sekalian mandi mau aku tes.”

“Harusnya pas urine pertama bangun tidur di pagi hari tesnya sebelum kamu minum. Tapi Ngga papa, kita lihat saja apa nanti hasilnya. Kalau nanti memang masih ragu-ragu kalian bisa ke dokter kandungan untuk lebih memastikannya,” terang Nurhayati pada anaknya.

“Iya Bu Ngga papa, kali aja hasilnya tidak salah.”

“Ya sudah sekarang kamu lebih baik mandi saja, biar Ibu yang meneruskan memasaknya.”

“Iya Bu ... Maaf ya Zahra jadi Ngga bantu Ibu.”

“Tidak apa-apa Ra.”

Zahra pun melangkah meninggalkan dapur menuju kamar tidurnya untuk membersihkan diri dan melakukan tes, sebelum suaminya pulang dari mesjid. Dia juga penasaran apa betul sedang hamil, karena dia sendiri juga aneh dengan perubahan pada dirinya.

Di dalam kamar mandi, Zahra membaca dengan teliti petunjuk cara penggunaannya agar tidak salah memakainya. Sambil menunggu hasilnya dia segera mandi. Selesai mandi dengan jantung yang berdebar dia melihat hasilnya tesnya, dengan mata terbelalak Zahra terkejut ketika mendapatkan hasilnya menunjukkan dua garis merah. Dengan rasa haru dia bersyukur dalam hati telah diberikan kepercayaan oleh Allah satu kehidupan di dalam perutnya.

Dengan bergegas Zahra keluar dari kamar mandi, sambil menaruh hasil tesnya di dalam kantong kimono mandinya. Wanita itu berencana akan memberikan surprise pada Ibunya, Mas Wisnu dan suaminya di saat sarapan nanti. Saat dia membuka lemari pakaiannya untuk memilih baju yang akan di pakai, Agus masuk ke dalam kamar tidur.

“Tumben jam segini udah mandi Yank?.”

“Iya Mas, biar Ngga ngantuk lagi,” ucap Zahra memberikan alasan.

“Memangnya tadi malam kamu tidur jam berapa? Kok masih ngantuk.”

“Ngga lama kamu tidur, aku juga tidur kok. Hawanya aja kali yang lagi bikin ngantuk,” sahut Zahra sambil terus berkelit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!