BAB 5

Di saat memasuki bulan ke enam hubungan mereka. Di dalam mobil, Boss nya tiba-tiba mengungkapkan keinginannya kepada Zahra.

"Zahra maukah kamu menikah di bawah tangan denganku?. Kamu tidak perlu khawatir, aku akan memberikan salah satu hotel yang aku punya untuk masa depan kamu dan anak kita kelak. Aku juga akan memberikan kamu rumah, mobil, serta fasilitas lainnya asal kamu mau menikah di bawah tangan denganku.

Aku akan menjamin hidupmu. Semua fasilitas yang aku berikan akan menjadi atas namamu. Agar istri dan anak-anakku tidak bisa mengusik apa yang menjadi milikmu dariku.”

Betapa terkejutnya Zahra mendengar apa yang dikatakan oleh Boss nya. Zahra tidak menyangka kalau Boss nya benar-benar ingin memiliki dirinya seutuhnya. Apa yang di khawatirkan Kiki terjadi. Boss nya mengajaknya untuk menikah. Zahra merasa terenyuh ternyata laki-laki paruh baya ini serius dalam menjalin hubungan.

Zahra mengalami dilema, karena bagaimanapun dia sadar kalau dari awal sudah melakukan kesalahan besar dengan hadir sebagai orang ke tiga di antara keluarga Boss nya. Kalau saja istri serta anak-anaknya tahu mereka pasti akan menyebut Zahra sebagai perebut suami orang.

Tapi di satu sisi Zahra benar-benar sayang secara tulus terhadap laki-laki paruh baya itu. Selama ini dia tidak ada niatan sama sekali untuk memanfaatkan materi yang Boss nya punya, meskipun kesempatan itu ada. Tanpa Zahra memanfaatkannya, kalau Zahra meminta pun pasti akan Boss nya berikan. Karena kasih sayang dan cinta Boss nya pada dirinya ternyata begitu besar.

Zahra tidak mau bertindak gegabah dalam mengambil keputusan, karena semua nanti pasti akan ada imbasnya. Dia hanya bisa terdiam mendengar permintaan Boss nya untuk menikah dengannya tanpa bisa memberikan jawabannya.

Kepala Zahra berdenyut hebat dan pikirannya berkecamuk, membayangkan bila bersedia menikah di bawah tangan dengan Boss nya, mungkin tetangga, kerabat, teman-teman ataupun orang-orang yang tahu sudah pasti akan mencap dirinya dengan kata perebut laki orang.

Mereka juga akan mencemooh serta memberikan tatapan sinis dan kata-kata menghujat kepadanya, sehingga mereka akan menjauhi Zahra dan membenci keluarga Zahra. Meskipun dengan menikah di bawah tangan Zahra akan menerima segala fasilitas dari Boss nya dan terjamin hidupnya.

Tapi Zahra juga tahu bahwa dengan segala materi dan fasilitas yang ada belum tentu akan menjamin hidupnya tenang di saat nanti dia menjalani pernikahan di bawah tangan dengan Boss nya.

Melihat Zahra hanya terdiam membisu seribu bahasa, Pak Yahya tahu Zahra ragu. Laki-laki paruh baya itu akhirnya menegurnya.

“Kenapa kamu diam saja Ra, apa kamu takut?. Belum juga kita menjalaninya, kamu sudah takut duluan ,“ ucap Pak Yahya.

Tak terima dirinya di bilang takut, Zahra pun membalas perkataan Pak Yahya.

“Maaf Mas ... Bukan aku takut, tapi di sini Zahra juga harus memikirkan Ibu, kakak serta istri dan anak-anak Mas juga. Mungkin terlambat kalau aku baru memikirkan mereka sekarang, karna kita sudah terlanjur menjalin hubungan terlarang.”

“Apalagi aku juga memikirkan kalau sampai sewaktu-waktu, “Maaf” ... Mas meninggalkan dunia ini dan akhirnya istri serta anak-anak Mas tahu kalau Mas menikah di bawah tangan denganku, sudah pasti aku akan dilabrak dan dihujat habis-habisan oleh keluarga Mas. Dan secara hukum, sudah pasti aku akan kalah menghadapi mereka, karena pernikahan kita tidak tercatat, hanya sah secara agama,” ucap Zahra panjang lebar pada Boss nya.

Akhirnya Pak Yahya mengantarkan Zahra pulang dan meminta gadis itu untuk mempertimbangkan permintaannya.

Setelah beberapa hari kejadian Boss nya memintanya menikah di bawah tangan, karena bingung dan galau, akhirnya Zahra memberanikan diri untuk bicara dengan kakak laki-lakinya, Mas Wisnu. Biar lah kalau sampai Mas Wisnu marah dan memukulnya, dia akan terima resikonya, karna memang dia sendiri yang salah, sudah berani bermain api.

Kepada Mas Wisnu, Zahra secara jujur mengungkapkan apa status Pak Yahya dan juga memberitahukan niat Pak Yahya yang mau menikahinya di bawah tangan.

Ketika Zahra menceritakan semuanya, Mas Wisnu terkejut, dia tidak menyangka kalau laki-laki yang mendekati adiknya sudah berkeluarga dan sekarang laki-laki itu meminta adiknya mau menikah dengan laki-laki itu di bawah tangan.

Mas Wisnu, akhirnya memberikan nasihat kepada adiknya.

“Zahra ... Menikah di bawah tangan itu resikonya sangatlah besar. Apalagi pernikahan ini tidak seizin atau tidak diketahui istri pertama dan anak-anaknya Pak Yahya. Akan fatal resikonya untukmu ke depan nanti di saat Pak Yahya mungkin tidak ada umur, karena dengan menikah di bawah tangan, kamu tidak akan bisa menuntut hak masa depan kamu juga anakmu, dikarenakan tidak ada bukti surat pernikahan yang kuat. Kalaupun laki-laki itu memberikan materi dan fasilitas atas namamu, apa kamu pikir, kamu akan hidup tenang bersama anakmu?. Pasti tidak!. Karna Mas yakin istri dan anak-anaknya Pak Yahya akan terus meneror hidupmu, kalau mereka sampai tahu kamu telah menikah dengan suami dan Ayah mereka”

“Coba kamu pikirkan dan pertimbangkan apa yang Mas utarakan dengan baik-baik, jangan sampai suatu hari nanti kamu menyesali langkah yang sudah kamu ambil. Kalau sampai itu terjadi, kamu sudah tidak bisa mundur lagi,” ucap Mas Wisnu.

“Mas Wisnu paham, umur kamu sudah dua puluh sembilan tahun, sudah waktunya memikirkan untuk berumah tangga, tapi bukan dengan pernikahan seperti itu juga. Kamu itu adik Mas yang cantik, Mas berharap kamu mendapatkan jodoh seorang laki-laki yang masih single, bukan dengan laki-laki yang sudah berkeluarga. Karena Mas Wisnu tidak mau adik Mas dihujat orang dengan kata-kata perebut suami orang,” ucap Mas Wisnu kembali pada Zahra, adiknya.

”Iya Mas, terima kasih nasehatnya. Maaf, Zahra sudah bikin Mas Wisnu dan Ibu kecewa karna perbuatan Zahra.”

“Ngga Zahra, justru Mas yang berterima kasih kamu masih menganggap Mas sebagai kakakmu. Dan kamu mau membicarakan hal ini dengan Mas, tanpa kamu mengambil keputusan sendiri. Maafkan Mas Wisnu yang selama ini belum bisa menjadi seorang kakak yang baik untukmu dan suka bertindak kasar memukuli mu . Seorang kakak yang tidak menyadari kalau adiknya ternyata sekarang sudah menjelma menjadi wanita dewasa.”

“Sama-sama Mas.” Dan mereka berdua pun berpelukan.

Selesai berbicara dengan kakaknya, Zahra melangkahkan kaki menuju kamar tidurnya untuk beristirahat. Di dalam kamar, gadis itu tidak bisa memejamkan matanya meskipun Ia sudah merasa lelah. Pikirannya selalu teringat dengan Boss nya dan semua perkataan kakaknya tadi. Dalam hatinya Zahra merasa tidak rela harus melepaskan Pak Yahya, walaupun usia hubungan mereka masih seumur jagung tapi Zahra sendiri tidak bisa memungkirinya kalau dia juga telah jatuh cinta kepada laki-laki paruh baya itu.

Betapa bodohnya Ia selama ini telah berani bermain api dengan suami orang, hingga Ia terjerat dengan cintanya sendiri. Namun di sisi lain dia pun tidak boleh egois dengan perasaannya, karna akan membuat banyak orang terluka. Cukup hanya dia dan Boss nya yang terluka nanti, karna memang cinta mereka tidak bisa bersatu. Terlalu tinggi dan kokoh tembok yang menghalanginya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!