“Assalamualaikum”... Salam Agus dan keluarganya.
“Waalaikumsalam”... Sahut Zahra, Mas Wisnu dan Nurhayati, Ibunya Zahra.
“Mari silakan masuk” ... “Silakan duduk”... Persilahkan Nurhayati, Ibunya Zahra.
“Perkenalkan Bu ... Mas ... Kami orang tuanya Agus, ini Om dan Tantenya Agus. Saya Cucu, Mamanya Agus. Ini Haris, Papanya Agus. Kalau yang ini Yuda, Omnya Agus. Ini Dewi istrinya Yuda,” ucap Cucu, Mamanya Agus memperkenalkan satu persatu keluarga yang dibawanya pada keluarga Zahra.
“Saya Nurhayati, Ibunya Zahra dan ini Wisnu, kakaknya Zahra,” balas Nurhayati, Ibunya Zahra memperkenalkan balik keluarganya.
“Begini Bu Nurhayati dan Mas Wisnu. Kedatangan kami semua ke sini dengan maksud ingin melamar Zahra untuk menjadi istri anak kami Agus, semoga lamaran kami ini bisa di terima sehingga kita bisa menjadi satu keluarga,” terang Haris, Papanya Agus.
“Kami dari waktu lalu sudah memberikan restu ketika Zahra memberitahukan kami bahwa Ia di pinang oleh Agus. Kalau adik kami bahagia dan sudah mantap dengan pilihannya, kami akan merestuinya. Semoga Agus bisa menjaga dan menyayangi Zahra. Bila Agus sudah tidak cinta lagi pada Zahra suatu hari nanti, tolong pulangkan dia pada kami baik-baik, bukan menyakitinya. Sekarang keputusannya ada pada Zahra sendiri,” jawab Wisnu, kakaknya Zahra sebagai wali pengganti Ayahnya yang telah tiada.
“Apa jawaban kamu, Ra?” tanya Wisnu pada adiknya.
Dengan menarik napas panjang Zahra mengucapkan, " Bismillah ... Zahra menerima lamaran Agus.”
Kedua keluarga pun mengucapkan, " Alhamdulillah”, mereka bersyukur Zahra mau menerima pinangan mereka untuk Agus. Dewi, Tantenya Agus memberikan cincin kepada Agus untuk di sematkan di jari manis tangan kanan Zahra sebagai tanda Zahra sudah menjadi calon istri Agus. Keluarga Agus pun menyerahkan beberapa bingkisan seserahan yang mereka bawa kepada Zahra.
Gadis itu dibuat takjub dengan keseriusan Agus, dia tidak menyangka Agus akan mempersiapkan lamaran serapi ini dengan jangka waktu yang singkat. Tindakannya menunjukkan kalau dia benar-benar serius menginginkan Zahra. Zahra hanya bisa berharap dalam hati semoga tidak mengambil keputusan yang salah menikah dengan Agus.
Kemudian perbincangan mereka pun dilanjutkan dengan penentuan waktu kapan Agus dan Zahra akan melangsungkan pernikahan. Kedua belah pihak keluarga, Zahra dan Agus sepakat akan melangsungkan pernikahan enam bulan lagi.
Mereka merencanakan pernikahan yang sederhana, cukup hanya dihadiri keluarga besar kedua belah pihak, beberapa teman-teman kerja sebagai perwakilan saja dan pernikahan akan di langsungkan di rumah Zahra.
Kedua belah pihak keluarga pun mulai sibuk mempersiapkan pernikahan Agus dan Zahra, mulai dari mendata nama-nama yang akan diundang, mencetak kartu undangan, mencari souvernir dan persiapan lainnya.
Zahra sendiri juga masih belum percaya kalau sebentar lagi akan menjadi istrinya Agus. Rasanya semua seperti mimpi.
Waktu yang di nanti akhirnya tiba, Zahra dan Agus melangsungkan pernikahan, meskipun pernikahan mereka sederhana, tapi Zahra dan Agus sangat bahagia. Para saudara kedua belah pihak keluarga, teman-teman kerja Zahra serta Agus, turut bahagia dan memberikan doa yang terbaik untuk pasangan pengantin.
“Selamat menempuh hidup baru ya Ra, Semoga SAMAWA,” ucap Hartadi rekan kerjanya yang pernah dekat dengan Zahra.
“Makasih Har ... Semoga Lo juga cepat nyusul ya,” balas Zahra.
“In Syaa Allah”, sahut Hartadi sambil tersenyum.
Dilanjut dengan teman-temannya Agus.
“Selamat ya Gus ... Akhirnya Lo dapatin Zahra juga, semoga kalian langgeng terus sampai kakek nenek,” ucap Supri sambil menepuk bahu Agus.
“Thanks ya ...,” sahut Agus sambil menepuk balik bahu Supri.
Setelah semua teman-teman Zahra dan Agus memberikan selamat kepada pasangan pengantin, juga menikmati hidangan yang tersedia, acara selanjutnya di lanjutkan dengan berfoto bersama teman-teman dan saudara kedua belah pihak keluarga.
Wisnu, kakaknya Zahra tersenyum melihat adiknya bahagia. Dalam hati dia berdoa semoga adiknya selalu diberikan kebahagiaan. Setelah dua jam, acara pun selesai. Pasangan pengantin baru itu masuk ke dalam kamar pengantin untuk membersihkan diri.
Di dalam kamar Zahra langsung duduk di tepi kasur sambil memijat kakinya yang pegal.
“Kenapa Ra, pegal kakinya?,” tanya Agus.
“Iya Gus, kakiku pegal banget ... Ternyata jadi pengantin itu melelahkan ya,” kata Zahra pada Agus.
“Ya sudah nanti aku pijitin deh, mau Ngga? Tapi sekarang kamu bersih-bersih duluan gih. Abis kamu, baru aku.”
“Hah ... Bener nih kamu mau pijitin aku?.”
“Iya dong” sahut Agus.
“Ok kalau gitu aku mandi dulu,” balas Zahra sambil melangkah masuk ke kamar mandi.
Tak lama kemudian Zahra keluar dari dalam kamar mandi dengan keadaan segar. Agus pun berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sepuluh menit kemudian, Agus keluar dari kamar mandi, tubuhnya terasa segar kembali setelah seharian merasa lelah menjadi raja sehari. Pas keluar dari kamar mandi, dia mendapati Zahra, istrinya telah tertidur, melihat istrinya tertidur dia hanya menggeleng-geleng kan kepalanya sambil tersenyum.
Betapa damainya wajah istrinya dalam keadaan tertidur, dia masih tidak percaya yang ada di hadapannya adalah gadis yang dicintainya dan mereka sekarang telah sah menjadi suami istri. Agus pun berjalan menuju tempat tidur, dia merebahkan badannya di samping Zahra, tak lama dia pun juga tertidur menyusul istrinya.
Jam lima sore, Zahra dan Agus terbangun. Melihat Agus tidur di sampingnya, pipi Zahra merona merah. Dia merasa malu, karna baru pertama kalinya tidur satu ranjang dengan seorang laki-laki.
“Kamu kenapa Ra?”, tanya Agus ketika melihat pipi Zahra yang memerah.
“Eh Ngga kenapa-napa kok Gus.”
“Ngga kenapa-napa tapi pipimu merah begitu,” ujar Agus.
“Hehehe ... Aku malu Gus, baru pertama kalinya aku tidur satu ranjang dengan laki-laki.”
“Kenapa harus malu Ra, kita kan sekarang sudah resmi menjadi suami istri.”
“Iya Gus, aku juga tahu kok ... Tapi kan tetap aja aku malu, namanya juga belum terbiasa,” ucap Zahra.
“Nanti juga akan terbiasa,” balas Agus sambil menarik Zahra dalam pelukannya. Agus pun langsung ******* bibir Zahra dengan lembut. Mendapat serangan tiba-tiba dari Agus, bola mata gadis itu terbelalak. Dia tidak menyangka Agus akan mencium bibirnya, dia pun hanya bisa terdiam kaku tanpa mengerti harus melakukan apa. Karna memang ini ciuman pertamanya.
Melihat Zahra hanya terdiam kaku tanpa membalas ciumannya, Agus menjadi gemas. Dia pun menggigit bibir bawah istrinya.
“Aww” ... Zahra pun menjerit kecil, tanpa sadar dia membuka bibirnya, kesempatan itu tidak di sia-siakan Agus, dia pun langsung ******* kembali bibir istrinya sambil memasukkan lidahnya mengabsen setiap jengkal gigi istrinya.
Meski masih kelihatan kaku, Zahra pun perlahan-lahan mulai membalas ciuman suaminya. Mereka saling bertukar saliva, mendapat respon dari istrinya, Agus pun semakin terbakar gairah, tangan laki-laki itu mulai bergerilya mengabsen setiap bagian tubuh Zahra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments