BAB 3

Semenjak Pak Yahya datang berkunjung hari itu ke hotel dan melihat Zahra. Laki-laki paruh baya itu hampir tiap hari selalu datang berkunjung ke sana. Yang biasanya Pak Yahya tidak pernah berlama-lama di sana jika datang, sekarang bisa menghabiskan waktu berjam-jam di hotel tempat Zahra bekerja.

Semua orang dari Manajer hingga rekan-rekan kerja Zahra bisa menilai Boss mereka tertarik dengan Zahra. Tidak ada rekan-rekan kerja laki-laki yang berani berada di dekat Zahra, bila Boss mereka datang berkunjung, termasuk Pak Ibrahim Manajernya. Mereka semua lebih baik menghindar dari Zahra dari pada cari penyakit dengan Boss mereka. Mereka tidak berani mengusik apa yang Boss nya sukai.

Di saat Zahra terlihat santai karna tidak ada tamu yang datang, Boss nya akan selalu mendekatinya dan mengajaknya berbicara. Zahra pun merasa nyaman ketika berbicara dengan Boss nya, orangnya enak ketika diajak berdiskusi dan bertukar pikiran. Pak Yahya seakan-akan menjelma menjadi sosok seorang Ayah yang selama ini dia rindukan.

Sejak Zahra berumur dua belas tahun, dia sudah di tinggal pergi selamanya oleh Sang Ayah saat dia masih duduk di kelas lima sekolah dasar. Zahra hanya hidup dengan Ibu serta satu orang kakak laki-laki bernama Wisnu.

Kakaknya Zahra, orang yang temperamental dan ringan tangan. Salah bicara sedikit pasti pipi Zahra akan mendapat cap lima jari dari kakaknya. Terkadang kalau kakaknya kesal, dia tiba-tiba akan main pukul. Perlakuan ini sering dia dapatkan dari kakaknya semenjak Ayahnya tiada.

Ibunya Zahra pun hanya bisa terdiam jika melihat anak laki-lakinya memukul anak perempuannya. Itulah sebabnya hingga Zahra berumur dua puluh sembilan tahun dia belum punya kekasih atau berniat menikah. Zahra takut suatu hari nanti akan mendapatkan laki-laki seperti kakaknya. Rahasia inilah yang tidak pernah Zahra ceritakan pada Hartadi. Kenapa dia bergaul dengan banyak laki-laki, semua karna pelarian saja dari tekanan batin yang dia derita. Dengan mempunyai banyak teman laki-laki, dia mendapatkan sosok seorang kakak yang tidak Ia dapatkan di rumah.

Dari Boss nya, Zahra serasa mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang seorang Ayah yang telah lama hilang selama tujuh belas tahun. Entah mungkin karna Boss nya adalah seorang suami dan seorang Ayah, Zahra merasakan perlakuan Boss nya lebih mengemong, berbeda ketika dekat dengan Hartadi dulu. Kedekatan Zahra dan Boss nya pun semakin hari semakin dekat.

Teman-teman kerja Zahra tahu akan kedekatan Zahra dan Boss nya. Mereka selalu mewanti-wanti Zahra agar berhati-hati, jangan sampai kedekatan itu berubah menjadi rasa suka seorang wanita terhadap seorang pria, begitu pun sebaliknya. Karna Boss mereka bukan lagi laki-laki single. Jangan sampai kedekatan mereka berdua terdengar istri dan anak-anaknya Pak Yahya, sehingga menimbulkan masalah untuk Zahra sendiri.

Karena teman-teman Zahra bisa melihat dan menilai kalau Pak Yahya mulai menunjukan rasa suka terhadap Zahra secara terang-terangan di depan mereka.

Sampai suatu hari Hartadi menegur Zahra.

“Ra ... Kamu kenapa jadi kaya gini?. Dari awal aku udah kasih nasehat sama kamu, jangan ladeni Boss, tapi tidak kamu gubris juga. Maunya kamu apa sih?.”

“Maksudnya apa sih Har! ... Aku sama Boss cuma seperti Ayah dan anak. Enak aja orangnya diajak diskusi dan bertukar pikiran. Apalagi dia ngemong banget, aku merasa mendapatkan sosok seorang Ayah darinya,” ujar Zahra pada Hartadi.

“Bul **** itu Ra ... Mana ada yang kaya gitu, seorang pria menganggap wanita seperti anak sendiri dan seorang wanita menganggap pria seperti Ayah sendiri!. Aku kan udah pernah kasih tahu kamu kalau Boss tertarik sama kamu. Bukannya kamu menjauh malah mendekat. Masa kamu Ngga bisa perhatikan tiap hari Boss selalu datang ke sini pasti ada maksudnya.”

“Loh ... Boss mau datang tiap hari ke sini itu kan haknya dia, Har. Kan ini hotel milik dia, wajarlah kalau dia datang ke sini.”

“Asal kamu tahu ya Ra ... Sebelum kamu kerja di sini, Boss jarang datang ke hotel ini. Dia datangnya ke hotel miliknya yang di jalan Sudirman. Kantornya Boss di hotel itu, makanya kalau Boss datang ke sini yang di pakai ruangan Manajer, karena memang tidak ada ruangan kerja Boss di sini,” terang Hartadi pada Zahra.

“Sudahlah Har, aku Ngga mau ambil pusing soal itu. Mau Boss datang ke hotel mana saja sah-sah aja sih menurut aku.”

“Kamu keras kepala amat sih kalau di kasih tahu!.”

“Tahu ah ... Udah lah Ngga usah bahas si Boss lagi,” ujar Zahra dengan jengkel.

Satu minggu setelah Hartadi menegur Zahra, omongan Hartadi akhirnya terbukti. Pada suatu hari Zahra dipanggil ke ruangan kerja Manajer, di sana duduk Boss nya yang menantikan kedatangannya. Setelah Zahra duduk di hadapannya, Pak Yahya mengungkapkan dengan terus terang kalau dia menaruh hati kepada Zahra dan menginginkan Zahra untuk menjadi kekasihnya.

Karena Zahra juga sudah merasa nyaman dengan kasih sayang dan perhatian dari Boss seperti mendapatkan kasih sayang seorang Ayah, tanpa pikir panjang dia menerimanya. Wanita itu berpikir apa salahnya mencoba menjalaninya. Dia merasa penasaran seperti apa rasanya menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang usianya terpaut jauh darinya.

Dengan berani dia mengambil keputusan bermain api dengan suami orang. Zahra sadar apa yang dilakukannya salah, tapi saat ini dia ingin sekali-kali egois memiliki perhatian dan kasih sayang dari seorang laki-laki beristri. Yang belum tentu dia dapatkan dari laki-laki single dan lebih muda usianya dari Boss nya.

Mendengar jawaban dari Zahra, hati Pak Yahya merasa bahagia. Akhirnya wanita yang dia cintai selama ini mau menerima dirinya. Pak Yahya pun mengucapkan terima kasih Zahra mau menerimanya. Tak lama Zahra pun keluar dari ruangan Manajer untuk kembali bekerja. Di saat kembali ke meja resepsionis, Kiki rekan kerja sekaligus sahabat Zahra langsung bertanya ada masalah apa Zahra sampai di panggil Boss.

“Ada masalah apa Ra, Lo sampai di panggil Boss?,” tanya Kiki pada Zahra.

“Ngga ada masalah apa-apa Ki. Cuma ... Boss tadi ngungkap kan perasaannya sama Gue kalau Boss suka sama Gue dan minta Gue jadi kekasihnya.”

Mendengar omongan sahabatnya, Kiki terkejut.

“Hahh!” ... Yang benar Ra?. Terus Lo jawab apa?.”

“Benar Ki ... Dan Gue terima.”

“OMG” ... Lo udah gila ya Ra?. Boss kan udah punya keluarga,” ucap Kiki pada sahabatnya.

“Habis gimana dong Ki, Gue selama ini merasa nyaman kalau berdekatan dengan Boss. Orangnya enak di ajak berdiskusi dan bertukar pikiran. Di tambah dengan dia, Gue merasa mendapatkan sosok seorang Ayah yang selama ini Gue rindukan,” ujar Zahra pada sahabatnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!