BAB 11

Agus langsung mencium kening istrinya. Dan memberikan waktu agar istrinya bisa menerima dirinya. Walaupun merasa sakit, Zahra merasa bangga karna telah memberikan sesuatu yang sangat berharga pada dirinya untuk suaminya. Sekarang dia telah berubah menjadi seorang wanita seutuhnya.

Setelah beberapa saat, Agus mulai melanjutkan pergerakannya. Zahra yang awalnya masih merasa tidak enak pelan-pelan mulai bisa menyesuaikan. Tanpa sadar Zahra ikut terbuai, melihat istrinya terbuai Agus pun melanjutkan aksinya.

Tak terasa mereka melakukannya selama satu jam dan mereka berdua pun bersama-sama mencapai pelepasannya

Agus pun terkulai lemas di atas tubuh Istrinya. Begitu juga dengan Zahra, wanita itu merasa badannya tidak bertulang. Agus beringsut tidur di samping Zahra, laki-laki itu menarik istrinya ke dalam pelukannya dan mencium keningnya.

“Terima kasih Ra, atas malam yang indah ini. Sekarang pasti kecebong-kecebong itu lagi berebut tempat di dalam sana. Dan semoga cepat menjadi tumbuh menjadi calon anak kita,” ucap Agus sambil membelai rambut istrinya dengan tertawa.

“Ih apa sih Mas ... Kalau ngomong suka aneh-aneh aja deh,” sahut Zahra sambil memukul pelan dada suaminya.

“Eh apa? ... Kamu panggil aku, Mas?. Aku Ngga salah dengar nih?.”

“Iya Mas Agus ... Memang kurang jelas ya omonganku?. Apa harus teriak ngomongnya?,” gerutu Zahra dengan muka kesal.

“Jelas kok ... Terima kasih ya istriku,” sahut Agus sambil tersenyum dan mencium kening istrinya kembali.

Tak berselang lama, Agus pun kembali meminta jatahnya.

“Ish ... Yang benar saja Mas, belum juga lama kita melakukannya,” ucap Zahra sambil terheran-heran melihat nafsu suaminya yang besar.

“Tapi Mas mau lagi Ra . Boleh ya ... Ya ... ,” rayu Agus pada istrinya.

Zahra pun tak bisa menolak keinginan suaminya, mereka pun kembali melakukannya.

Keesokan paginya ketika Zahra terbangun, dia merasakan seluruh badannya terasa remuk redam, perlahan-lahan wanita itu beringsut dari pelukan suaminya untuk bangun dan membersihkan diri. “Aww ... “, pekik Zahra ketika mencoba turun dari ranjang. Mendengar pekikan istrinya, Agus terbangun dan melihat istrinya yang kesusahan untuk berdiri dengan sigap dia langsung mengendong istrinya ke kamar mandi.

Zahra terkejut ketika merasakan tubuhnya melayang, dengan refleks dia memukul kesal suaminya begitu tahu siapa pelakunya.

“Mas ... Apa-apaan sih?.”

“Bantu kamu ke kamar mandi, memangnya kamu bisa jalan sendiri ke kamar mandi?,” sahut Agus dengan santai sambil menggerakkan kedua alisnya naik turun menggoda istrinya.

“Lihat ini ... Akibat ulah Mas, badan aku sampai babak belur,” ujar Zahra dengan kesal pada suaminya.

“He – He – He  ... Babak belur tapi enak kan?. Kita mandi bareng yuk,” goda Agus pada istrinya sambil terkekeh.

“Jangan macam-macam kamu, Mas!, Bekas semalam belum juga sembuh udah mau macam-macam lagi aja,” sahut Zahra sambil cemberut.

“Iya ... Ngga Yank, aku cuma bercanda kok.”

“Yank?,” Sahut Zahra dengan ekspresi bingung.

“Iya, kan kamu istriku ... Jadi wajar dong aku panggil Yank,” terang Agus pada Istrinya.

“Tahu ah ... Terserah,” dumel Zahra dengan kesal.

Di dalam kamar mandi, Agus menurunkan istrinya dan meninggalkannya sendiri untuk membersihkan diri. Tak berapa lama Zahra pun keluar dari kamar mandi sambil berjalan tertatih. Melihat istrinya berjalan tertatih, Agus tersenyum-senyum sendiri melihat hasil perbuatannya semalam.

“Kenapa kamu senyum-senyum sendiri, Mas?,” tanya Zahra pada suaminya.

“Ngga apa-apa kok,” jawab Agus sambil melangkah masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Lebih baik dia berbohong dari pada habis mendapat omelan dari istrinya.

Selesai keduanya membersihkan diri, mereka keluar kamar untuk sarapan bersama.

“Pagi Bu ... Pagi Mas Wisnu,” ucap mereka serempak.

”Pagi.” ...

”Pagi.” ...

Sahut Wisnu dan Nurhayati, Ibunya Zahra.

Mereka pun sarapan bersama. Selesai sarapan, seperti biasa Zahra membantu Ibunya merapikan meja makan dan mencuci piring. Di saat berjalan, Zahra mencoba menahan perih di **** *************, dia tidak ingin Ibu dan Mas Wisnu curiga, bisa habis-habisan dia nanti di goda kakak dan Ibunya.

Tak berapa lama, Mas Wisnu pun pamit berangkat kerja. Kakaknya bekerja di perusahaan tekstil di daerahnya. Laki-laki itu berusia tiga puluh empat tahun dan masih single. Setiap ditanya kenapa belum punya pacar, dia selalu mengatakan,” belum ada yang pas di hati.” Nurhayati pun tidak pernah memaksa anak laki-laki untuk cepat-cepat berkeluarga, sebagai seorang Ibu, Ia tidak mau memaksakan kehendaknya kepada anak-anaknya.

Satu minggu kemudian masa cuti Zahra dan Agus berakhir,  mereka kembali ke aktivitas masing-masing. Agus mengantarkan Zahra ke hotel tempatnya bekerja.

“Pagi Ki ... Sapa Zahra pada sahabatnya.”

“Pagi Ra ... Wah kalau pengantin baru beda ya, mukanya kelihatan berseri-seri,” ucap Kiki menggoda sahabatnya.

“Duh ... Bisa aja deh Lo, memang biasanya muka Gue kumal ya??,” balas Zahra dengan muka cemberut.

Melihat muka sahabatnya cemberut, Kiki tertawa.

“Gimana kerjaan, amankan?,” tanya Zahra.

“Aman lah ... Yang Ngga aman Boss tuh,” ujar Kiki pada Zahra.

“Hah Boss??. Maksudnya??,” tanya Zahra dengan muka bingung.

“Iya, kemarin-kemarin Boss tiba-tiba datang ke sini terus dia nyari Lo. Gue bilang Lo lagi cuti karna menikah, ehh ... Langsung muka Boss berubah. Memang Lo kagak kabarin Boss kalau mau nikah?.”

“Cari Gue? ... Mau ngapain lagi sih. Gue memang Ngga undang Boss, kan kita juga udah lama Ngga ada komunikasi lagi. Lagian Gue juga Ngga tega kalau undang ke pernikahan Gue, Ki ... Toh pasti Boss juga tahu lah kabar Gue mau nikah dari karyawan lainnya, Ngga mungkin kan kalau Ngga tahu.”

“Iya sih Ra ... Ya sudahlah Ngga usah di pikir in. Sekarang waktunya kita kerja,” ujar Kiki pada sahabatnya.

Di saat mereka asyik bekerja tepat jam dua belas siang Pak Yahya datang berkunjung ke hotel tempat Zahra bekerja. Melihat kedatangan Boss nya, Kiki dan Zahra langsung bangun dari duduknya berdiri tegak menyambut kedatangannya.

“Tap ... Tap ... Tap” terdengar suara langkah sepatu. Tak lama Pak Yahya pun melewati meja resepsionis.

“Selamat siang Pak,” salam Kiki dan Zahra serentak.

Mendengar suara yang tidak asing lagi di telinganya, Pak Yahya pun menoleh. Dia melihat gadis yang masih dicintai dan masih mengisi relung hatinya berada tepat di hadapannya.

“Selamat Siang,” balas Pak Yahya sambil menatap ke arah Zahra. Zahra yang mendapat tatapan dari Boss nya jadi salah tingkah. Bagaimanapun laki-laki paruh baya yang ada di hadapannya pernah mengisi relung hatinya. Walaupun kini Ia telah menikah dengan Agus, tapi tidak dipungkiri masih ada rasa cinta di hatinya untuk laki-laki di hadapannya.

“Deg ... Deg ... Deg ... Jantung Zahra pun berdetak kencang."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!