BAB 6

Setelah dipertimbangkan baik-baik semua nasehat kakaknya dan Kiki, sahabatnya ... Zahra sadar apa yang dilakukannya selama ini salah besar dan Zahra memutuskan untuk menjauhi Boss nya secara perlahan-lahan, meskipun hatinya berat untuk melakukannya.

Suatu hari di hotel tempat Zahra bekerja kedatangan tamu rombongan beberapa bus dari Group Persebaya yang akan bertanding di daerahnya.

Rombongan itu isinya laki-laki semua, karena Zahra gadis yang supel dan sedikit tomboi, dia cepat menjalin keakraban dengan tamu rombongan itu. Apalagi memang tugasnya Zahra menyambut pertama kali tamu-tamu yang datang ke hotel tersebut.

Di saat sore hari, saat para rombongan bola itu pulang sehabis latihan, Zahra di hampiri salah satu pria dari rombongan itu, yang bernama Heri. Sedangkan di lobi duduk Boss nya yang memang sedang mengawasi Zahra bekerja, sambil memantau tamu rombongan yang datang.

Sampai di depan meja resepsionis, Heri mengajak Zahra bercengkerama. Awalnya tidak ada respons apa-apa dari Boss nya, tapi setelah beberapa lama Boss nya melihat Zahra tertawa dengan laki-laki lain, dia pun murka dan membentak Zahra.

“Zahraaa ... Jaga sikap kamu!”.

Merasa tidak enak hati dengan Heri, Zahra meminta maaf kepadanya dengan memberikan alasan kalau para karyawan tidak boleh bercengkerama dengan tamu di saat sedang bekerja. Heri pun mengerti dan dia juga minta maaf pada Zahra karna dia sudah mengganggu Zahra bekerja. Laki-laki itu pun pamit kembali ke kamarnya.

Tepat jam sepuluh malam jam kerja Zahra pun berakhir. Dia cepat-cepat merapikan pekerjaannya dan langsung memberikan laporannya dengan rekan kerjanya yang masuk shift malam. Setelah selesai, dia pun melangkahkan kakinya menuju mobil Boss nya yang sudah terparkir di tempat biasa menunggu Zahra pulang.

Gadis itu masuk ke dalam mobil dan mobil pun melaju meninggalkan tempat itu. Di tempat yang sepi, mobil Boss nya menepi, laki-laki itu pun mematikan mesinnya. Pak Yahya langsung membalikkan badannya menghadap Zahra.

“Apa jawaban kamu, Ra? Tanya Pak Yahya pada Zahra.

Gadis itu menghela nafasnya dengan berat. Inilah waktunya untuk mengakhiri semuanya. Meski akan menyakitkan, tapi dia harus melakukannya.

“Zahra minta maaf Mas ... Aku tidak bisa menikah dengan Mas. Bukan Zahra tidak sayang dan cinta sama Mas, tapi apa yang kita lakukan selama ini salah besar. Mas sudah berkeluarga, seharusnya aku tidak boleh menjadi orang ketiga di antara keluarga Mas. Kalau kita sampai menikah, akan banyak hati yang terluka, terutama hati istri Mas. Sebagai seorang wanita, aku bisa merasakan sakit hatinya seorang istri, bila tahu suaminya menikah lagi. Lebih baik biar lah hati kita berdua yang sakit, demi menjaga perasaan keluargaku dan keluarga Mas agar tidak terluka. Lebih baik kita akhiri hubungan ini sampai di sini.”

Mendengar apa yang di katakan Zahra, Pak Yahya langsung terhenyak.

“Jadi kamu menolak menikah denganku dan ingin mengakhiri hubungan ini begitu saja?. Kamu bilang cinta dan sayang padaku tapi kamu tega mau mengakhiri semuanya. Sedangkan kamu juga tahu, aku juga cinta dan sayang padamu!,” Ucap Pak Yahya dengan marah karna merasa sakit mendengar keputusan wanita yang di cintai nya.

Zahra hanya bisa meneteskan air mata mendengar kata-kata Boss nya, bagaimanapun hatinya juga merasa sakit dengan keputusannya. Sambil terisak Zahra memohon maaf kembali.

“Maafkan Zahra, Mas ... Maaf Zahra telah menyakiti hati Mas. Tapi inilah keputusan yang terbaik untuk kita.”

“Aku juga mengucapkan terima kasih sama Mas atas cinta, kasih sayang dan perhatian yang Mas berikan selama ini. Aku berharap Mas akan selalu hidup bahagia bersama keluarga Mas dan bisa bersabar menghadapi tingkah istri juga anak-anak Mas.”

“Baiklah kalau itu memang sudah menjadi keputusanmu untuk mengakhiri hubungan kita sampai di sini. Mas juga tidak bisa memaksamu untuk menikah denganku,” ujar Pak Yahya sambil menghela nafas berat dan menarik Zahra ke dalam pelukannya. Dengan mata berkaca-kaca laki-laki paruh baya itu memeluk erat dan membelai lembut rambut gadis yang dicintainya sambil mencium keningnya.

Meskipun waktu enam bulan bukanlah waktu yang lama untuk kebersamaan mereka selama ini dan terasa berat untuk menghilangkan rasa cintanya terhadap Zahra, mau tidak mau dia harus mencoba untuk melepaskannya.

Pak Yahya pun mengantarkan Zahra pulang. Sampai di depan pagar rumahnya, Zahra mengucapkan terima kasih dan sebelum gadis itu turun, Pak Yahya menarik kembali gadis yang dicintainya ke dalam pelukannya sambil mengatakan,” Aku mencintaimu Zahra, sangat-sangat mencintaimu”.

Mendengar Boss nya mengatakan itu, air mata Zahra pun kembali mengalir di pipinya dan berkata, “ Aku juga sangat mencintaimu Mas”.

Mereka berpelukan dengan sangat erat sama-sama berat untuk saling melepaskan, karna mereka tahu ini adalah pelukan terakhir mereka.

“Jaga dirimu baik-baik Ra ... Aku akan selalu merindukanmu,” ucap Pak Yahya kembali sambil mencium kening gadis yang dicintainya untuk yang terakhir kali.

Gadis itu pun keluar dari dalam mobil. Mobil itu pun menghilang dari pandangan matanya. Dengan langkah gontai, Zahra berjalan memasuki rumah dan menuju kamar tidurnya. Dia pun menghempaskan badannya ke atas kasur dengan menelungkup kan wajahnya sambil menangis. Hatinya terasa pedih tapi takdir memang tidak bisa menyatukan mereka berdua, karna cinta mereka cinta yang terlarang.

Satu bulan setelah hubungan Zahra dan Boss nya berakhir, mereka mulai saling menjaga jarak. Walaupun tak bisa dipungkiri Pak Yahya masih menunjukkan kecemburuannya ketika melihat Zahra dekat dengan laki-laki lain.

Kadang gadis itu sengaja memperlihatkan kedekatannya dengan pria lain di hadapan Boss nya agar Boss nya membencinya. Walaupun dalam hati kecilnya ingin menjerit karna tidak tega melakukannya, bagaimanapun laki-laki itu masih mengisi relung hatinya dan pernah hadir mengisi hari-harinya selama enam bulan.

Suatu hari, Pak Yahya meminta Hartawan salah satu karyawannya untuk membelikan lima puluh buku Al-Quran yang akan disumbangkan ke pesantren. Kepada Hartawan, Pak Yahya berpesan untuk memilihkan dan menambah satu buku Al-Quran lagi yang paling bagus sampulnya, Al-Quran yang bagus itu dia berikan untuk Zahra. Dia meminta Zahra mau menerima dan menjadikan buku Al-Quran itu sebagai kenangan-kenangan darinya.

Dengan rasa haru, Zahra menerima pemberian itu dan mengucapkan “terima kasih” atas kenang-kenangan yang diberikan untuknya.

Setelah memberikan kenang-kenangan pada Zahra, esok hari dan seterusnya Boss nya tidak pernah kelihatan lagi datang ke hotel tempatnya bekerja. Zahra mengerti, Boss nya pasti mencoba untuk melupakannya dan menghapus rasa yang pernah ada di hatinya. Berat memang, tapi itulah jalan yang terbaik, karna Zahra pun juga merasakan hal yang sama.

Tanpa terasa hari demi hari, bulan demi bulan telah berlalu, Zahra tidak pernah bertemu dengan Boss nya lagi. Dia pelan-pelan mulai bisa menghapus bayang-bayang Boss nya dari hidupnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!