bab 19

Hans kini membantu Miranda menuju meja makan di lantai bawah, Miranda terlihat seperti wanita bengis, tatapan tajam kini ia tujukan kepada, beberapa orang yang sedang menunggu mereka di meja makan.

Tatapan dingin itu terus menelisik raut wajah keluarga istri kedua sang daddy. Mereka terlihat kesal dengan keterlambatan keduanya.

Ibu tirinya bahkan, diam-diam mencebikkan bibirnya dan menatap Miranda kesal.

"Selamat pagi, nak!" Sapa ayah Miranda dengan senyum lembut, tidak lupa pria berusia 55 tahun itu mencium kening putrinya.

Miranda hanya diam, duduk di sebelah sang daddy tanpa memperdulikan tatapan jengah, keluarga sambungnya. Keluarga yang menjadi benalu di kediaman sang mommy. Keluarga yang berlagak seorang majikan.

"Selamat pagi, tuan!" Seru Hans dengan menyapa ayah mertuanya dengan ramah.

Tuan Lenux tersenyum ke arah menantunya sambil menepuk pundak Hans.

Hans mendudukkan dirinya di sebelah sang istri yang masih diam. Memperhatikan satu persatu, keluarga ibu tirinya itu.

Entah mengapa, wanita itu membawa keluarganya tinggal di kediaman sang mommy.

"Sejak kapan Mansion ini, kedatangan para pengemis?" Miranda menyapa keluarga itu dengan perkataan pedasnya.

"Nak, nikmatilah sarapanmu," sela tuan linux.

Miranda menatap sang daddy dan menampilkan senyum sinis. Ia begitu membenci ayahnya itu, yang selalu bersikap palsu di hadapan semua orang, namun ia tidak pernah memperdulikannya.

"Bagaimana aku bisa menikmati ini? Kalau di hadapanku, di penuhi kotoran dan sampah," sahut Miranda dengan ucapan sarkas.

"Tutup mulutmu, sialan. Tidak pantas seorang wanita terhormat berkata seperti itu, kamu harus menghargai keluargaku." Istri kedua sang daddy terpekik, tidak terima dengan ucapan hina dari Miranda.

"Cukup, Miranda. Jangan memulai keributan di pagi cerah ini," sela tuan Linus.

"Bagiku, hari tetaplah gelap dan mencekam. Aku juga tidak harus menghargai, seorang wanita murahan seperti anda." Miranda memajukan wajahnya ke depan ibu tirinya itu dan mengucapkan kata hinaan.

"Kau!"

"Miranda!"

Istri kedua tuan Linus berteriak sambil menunjuk, wajah Miranda. Begitu juga dengan sang daddy yang lebih membela istrinya itu.

Miranda hanya menampilkan wajah jengahnya, ia juga kini menatap tajam suaminya dan memberikan perintah untuk membawanya menjauh dari keluarga benalu itu.

Hans yang mengerti dengan tatapan istrinya, segera membawa Miranda menjauh.

Meninggalkan orang-orang yang tidak memiliki rasa malu, berada di Mansion pribadi sang mommy.

Tuan Linus pun kini meninggalkan meja makan dengan wajah kesal. Istri keduanya hanya cuek dan memilih menikmati sarapannya bersama beberapa keluarganya.

________

"Aku perintahkan kepadamu, untuk tidak terlalu terbuka dengan mereka!" Pinta Miranda. Kini mereka sedang berada di taman belakang, menikmati pemandangan danau buatan keluarga mereka.

Hans hanya bisa mengiyakan, pria itu tidak mengerti dengan kehidupan istrinya ini. Hidup berkecukupan, namun hubungan keluarga mereka begitu aneh.

Apa ini yang dikatakan orang banyak? Harta tidak akan membuat kita tenang dan bahagia, harta malah akan membuat hubungan keluarga kita semakin menjauh.

"Kenapa kau membenci mereka?" Hans memberanikan diri bertanya kepada istri dinginnya ini.

Miranda menghunus tatapan tajam kepada suaminya itu, membuat pria itu membeku dengan wajah panik.

Miranda menoleh ke arah lain dengan tatapan menerawang, mengingat kembali detik-detik kematian sang mommy.

"Karena bagiku, mereka adalah benalu dan sampah, yang hanya menikmati kekayaan kami dengan begitu saja," jawab Miranda.

Hans terdiam, apa dia juga termaksud dalam kategori benalu itu?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!