bab 7

Cuaca di luar ruangan tampak mencekam dengan angin berhembus kencang. Guntur dan kilatan langit saling bergantian menyapa penghuni bumi. tak lama kemudian, hujan pun turun membasahi bumi bagian barat itu.

Membuat para penghuni bumi menikmati tidur lelap mereka dengan cuaca sejuk dan suara hujan.

Begitu pun yang tampak terlihat di Mansion mewah, para pelayan kini sudah meninggal pekerjaan mereka dan kembali beristirahat di area khusus pelayanan.

Membuat kedua pria itu, kini lebih leluasa menyelinap masuk ke dalam Mansion.

Hans dengan mudah memanipulasi keamanan Mansion megah itu, terbukti kini mereka sudah berada di dalam Mansion tersebut.

Sejenak, kedua pria itu terkesiap melihat tampilan Mansion mewah yang begitu indah dan terdapat barang-barang berharga.

"Wow, hunian yang begitu berkilau dan mewah," gumam Robben takjub.

Hans tidak menyahuti sahabatnya, keduanya kini berjalan menyusuri setiap ruangan mewah, untuk mencari sesuatu yang berharga. Namun menurut mereka semua yang ada di sana begitu bernilai, hingga membuat kedua pria itu kesulitan untuk mengambil yang mana.

"Kita berpencar!" Pinta Hans.

"Ke mana?" Tanya Robben dengan wajah terlihat bingung, berada di hunian mewah.

"Ke kamar, Robben," geram Hans dengan nada tertahan, wajahnya pun terlihat begitu kesal dengan sahabatnya ini. Yang ia ketahui begitu lamban berpikir.

"Oh, baiklah," sahut Robben

Hans menarik nafas panjang kemudian mengeluarkan secara perlahan dan kembali memanggil sahabatnya itu. Badan macho tidak menjamin kepintaran seorang pria, contohnya sahabatnya ini.

"Ada apa?" Tanya pria itu tanpa sadar meninggikan suaranya.

Hans segera mendekati sahabatnya dan membungkam mulut Robben yang melupakan sedang bersembunyi.

"Pelankan suaramu, bodoh," bisik Hans. Sambil melihat keadaan di luar persembunyian mereka di balik dinding ruangan luas.

Keadaan di sekitar terlihat gelap dan hanya terdapat satu titik cahaya, melalui lampu hias.

"Apa kamu yakin, tempat ini aman?" Robben berbisik saat melangkah menuju lantai atas.

"Hum, Mansion ini hanya menggunakan sistem keamanan canggih dan beberapa pelayan, tapi setiap jam tengah malam mereka akan kembali ke paviliun khusus pelayan." Hans menjelaskan kepada sahabatnya yang di tanggapi anggukan kepala saja.

"Jadi kediaman ini tidak memiliki, tuan atau nyonya?" Robben kembali bertanya.

"Entah, yang aku ketahui, kediaman ini dimiliki oleh pengusaha sukses dan seorang darah bangsawan. Ia juga seorang pewaris salah satu perusahaan terkemuka," terang Hans.

"Sekarang, kita berpencar. Kita akan kembali bertemu di sini, apa kamu mengerti?" Hans menatap sahabatnya dan pria berwajah sangar itu mengangguk paham.

"Semoga, berhasil!" Seru Robben dengan gerakan memberi semangat.

Hans hanya tersenyum dan keduanya pun mulai berpencar untuk mencari kamar utama. Yang dalam mesin pendeteksi barang berharga Hans, letaknya berada di lantai paling atas.

Pria itu kini sudah berada di depan pintu kokoh berwarna putih dengan pinggiran dilapisi emas dan perak.

Hans pun mulai mengotak-atik gagang pintu berbasis kecanggihan itu. Lama Hans mencoba membuka pintu, akhirnya pria itu berhasil, dengan cara merusak sistem keamanan yang terdapat di pintu.

Pintu kokoh itu, mulai bergeser sendiri dan di dalamnya masih ada lapisan pintu kaca lagi, Hans hanya perlu menyetujuh layar sidik jari yang terdapat di sisi pintu kaca berwarna hitam tersebut.

Berhasil, Hans kembali berhasil memasuki kamar yang terlihat begitu luas dan megah, mungkin luas kamar tersebut, dapat membangun beberapa rumah berukuran sederhana.

Hans menelisik seisi kamar tersebut dengan pandangan liar, ia mendekati sebuah ruangan yang berbeda di pojok kanan. Terdapat sebuah pintu yang menggunakan sistem canggih lagi.

Hans pun berpikir sejenak, pintu kali ini mungkin akan terlihat susah.

"Aku pasti bisa," gumam Hans.

Pria memindai keadaan kamar itu sekali lagi, berusaha memeriksa keadaan.

"Sial!" Erang Hans. Saat alarm peringatan bahaya berbunyi.

"Robben!" Geramnya sekali lagi.

Padahal sedikit lagi, Hans bisa membuka pintu yang penuh dengan harta karung itu.

Hans pun dengan panik berlari ke arah pintu lain, ia memasuki ruangan tempat tidur khusus, Hans melihat ranjang berukuran besar di di tengah ruangan itu dan ia berjalan terburu-buru mendekati ranjang, berniat untuk bersembunyi di bawah ranjang yang terdapat ukiran-ukiran antik.

Cuaca masih terlihat mencekam di luar sana dan Hans bisa mendengar beberapa langkah kaki memasuki kamar.

Dengan tergesa-gesa, Hans mendekati ranjang. Keadaan kamar terlihat remang-remang dan ia baru sadar kalau ranjang besar itu terdapat seseorang yang sedang terbaring.

Pria itu kini berdiri, persis di sisi seorang yang sedang tidur di ranjang. Hans segera berjongkok, ketika melihat bayangan.

Namun ia tercengang dan terdiam, saat melihat samar wajah pria yang tidur di ranjang.

Hans berlutut tepat di samping sosok pria yang terbaring itu dengan pandangan lekat.

Sekali lagi, cahaya kilatan langit menerangi kamar itu, Hans bisa melihat dengan jelas, wajah pria di depannya itu.

Hans seakan sedang melihat dirinya sendiri, sosok pria terbaring dan tidak sama sekali terganggu, membuat wajah Hans begitu terkejut.

Pria itu bahkan lebih mendekat wajahnya dan memegangi wajah pria itu.

"Ini tidak mungkin," gumamnya dengan nada tidak percaya.

Wajah pria itu begitu mirip dengannya, hanya saja pria yang terbaring memiliki brewok, sedangkan dirinya tidur.

Wajah pria itu begitu terlihat pucat dan tidak terganggu sedikitpun dengan perkataan Hans juga sentuhannya.

Lama Hans terpaku di sana, tanpa ia sadari kini beberapa pria dengan setelan hitam-hitam berdiri di belakangnya sambil menodongkan senjata panjang ke arah kepalanya.

"Jangan bergerak!" Sentak pria berjas mewah di antara para pria di belakang Hans.

Hans sendiri tentu begitu terkejut dan mulai panik.

"Angkat tangan dan berbalik!" Pinta pria berjas mewah.

Dengan wajah pias, Hans membalikkan badannya. Tidak lupa kedua tangannya kini terangkat keatas, ia tidak akan berani melawan, saat melihat dari pantulan cermin di depannya, Hans bisa melihat senjata api kini mengarah tepat di belakang kepalanya.

"Cepat berbalik!" Bentak pria yang mengarahkan senjata kepadanya.

Hans segera membalikkan badannya bersamaan lampu di kamar pun menyala.

Para pria berbaju hitam itu pun terkejut, melihat wajah Hans. Apalagi pria berjas mahal itu. Ia bahkan mencoba menggosok kedua matanya untuk menyakinkan penglihatannya.

Namun ia kembali melihat Hans begitu mirip dengan sosok yang terbaring di ranjang.

Pria yang memegang senjata bahkan menjatuhkan senjatanya dengan wajah shock, melihat Hans.

"Tuan muda?! Gumam pria berjas itu yang tampak begitu terkejut.

…..

Sementara di tempat lain, Rosella kini sedang memulai bersiap untuk berkencan dengan pria yang dijodohkan dengannya.

Rosella sudah bersiap dengan penampilan begitu mengagumkan, ibu sambungnya bahkan begitu berbahagia, sebentar lagi ia akan mendapatkan seorang menantu kaya raya.

Pria yang sedang duduk di sofa kini memandangnya dengan tatapan tidak berkedip untuk beberapa detik.

"Selamat malam, sayang," sapa pria tampan itu sambil mengecup salah satu telapak tangan lembut — Rosella.

Wanita itu hanya tersenyum terpaksa, nyatanya ia begitu tersiksa harus bersikap bahagian, padahal hatinya begitu terluka.

"Hans!"

Terpopuler

Comments

Syifanya

Syifanya

emang ya.. bahkan didunia nyata pun kadang perbedaan kasta msh dipermasalahkan

2022-12-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!