bab 17

Dengan tangan gemetar gugup, Hans mencoba membantu Miranda untuk mengganti gaun mewahnya.

Hans juga merasa terintimidasi oleh tatapan mengerikan istrinya itu yang duduk di kursi roda dengan wajah datar.

Satu persatu anak kancing di belakang gaun hitam istrinya itu terlepas, Hans semakin merasakan kegugupan, melihat punggung mulus istrinya.

Pria itu menelan ludahnya kasar, hingga Miranda menerbitkan senyum sinis, mendengar tegukan ludah suaminya.

Tangan gemetar, Hans, tidak sengaja menyentuh permukaan kulit halus dan lembut istrinya. Membuat pria itu membeku sejenak.

"Sudah aku duga, kau bukanlah pria yang asli." Ucapan lirih Miranda, mampu membuat Hans semakin membeku. Tangannya yang ingin melanjutkan, untuk membantu istrinya kini mengantung dan wajah terlihat pias.

"Dia tidak akan berani menyentuhku," lanjut Miranda dan seketika membalikkan badannya dan menatap wajah Hans yang memucat.

"Dia pria pengecut," Miranda kembali bersuara.

"Pria yang tidak akan mungkin menerima perjodohan ini," pungkas Miranda dengan senyum miring.

"Jadi katakan, apa kalian kembar?" Miranda semakin menyoroti suaminya itu. Wanita itu memandang Hans remeh yang sudah berani berbuat curang.

"Kau terlihat, masih perlu banyak belajar untuk melakukan hal licik," sambung Miranda.

"Kau melupakan, mengenakan lensa mata. Yang aku ketahui, pria itu memiliki netra biru, sedangkan kau begitu gelap," Miranda mengungkap kecerobohan Hans.

Hans hanya bisa terdiam dengan wajah pucat kebingungan. Ia begitu syok melihat bakat meneliti istrinya ini.

Ia juga mengutuk dirinya sendiri yang sudah ceroboh. Benar kata pelayan — Pen, wanita ini sungguh teliti. Hal sekecil pun tidak luput, dari tatapan mengintainya.

Miranda mendorong sedikit kursi roda kursi yang ia duduki itu, agar lebih memindai dengan baik suaminya.

"Jadi jelaskan, apa kalian kembar?" Miranda kembali mengulangi pertanyaannya.

Hans terlihat salah tingkah dan kelabakan. Wajahnya sudah basah oleh keringat dingin. Wajah pucatnya mampu membuat Miranda tersenyum.

Baru kali ini ia melihat, sosok pria pecundang lemah seperti pria yang berdiri di hadapannya dengan wajah pucat.

"Apa yang anda katakan? Aku tidak mengerti," sahut Hans dengan suara gemetar takut dan gugup.

Miranda kembali menerbitkan senyum, melihat wajah gugup suaminya ini. Tidak mengapa ia menikahi pria lemah di depannya ini. Ia akan bersenang-senang dengannya.

"Kau ingin membual kepadaku?" Ucap Miranda, sambil kembali menodongkan senjata ke arahnya.

Hans kembali semakin ketakutan, tiba-tiba tubuhnya jatuh ke atas lantai dengan posisi berlutut.

"Maaf, aku hanya melakukan sesuai perintah mereka." Hans mengucapkan rahasianya dengan wajah menunduk ketakutan.

"Aku hanya ingin membuat mereka menyesal, sudah menghinaku dengan menggunakan uang bayaran mereka," jelas Hans dengan wajah begitu takut.

Miranda terdiam, mendengar penjelasan suaminya itu. Ia juga mengernyit penasaran.

"Berapa yang mereka berikan dan apa tujuan kalian." Wanita itu kini mendorong kursi rodanya dan mencoba membuka gaunnya di depan mata suaminya.

Hans refleks, menutup kedua matanya dengan wajah gugup, lagi-lagi Miranda menikmati wajah konyol pria di depannya itu.

"Mereka memberikan aku banyak," sentak Hans dengan wajah salah tingkah.

"Kau akan lebih mendapatkan banyak, kalau kau jujur dengan rencana mereka," timpal Miranda. Yang keadaannya kini hanya mengenakan dalam sepasang.

"Aku tidak tahu, apa yang anda maksud. Namun aku hanya di arahkan untuk melakukannya dengan benar sesuai karakter pria koma itu," terang Hans, kini ia membalikkan badannya sambil mengambil setelan piyama kepada istrinya itu

"Koma?! Tanya Miranda bingung.

"Iya, dia pria koma. Aku juga begitu kaget melihat wajahnya yang begitu sama denganku," jelas Hans kembali.

Miranda mengenakan pakaiannya dan menerbitkan senyum miring.

"Apa yang kalian rencanakan." Miranda membatin.

Ia kini memandangi punggung kekar suaminya itu dengan tatapan lekat.

"Baringkan aku!" Perintah Miranda.

Hans membalikkan badannya dan mendekiti istrinya itu yang sudah mengenakan pakaiannya.

Meskipun merasa gugup, Hans mencoba mengabaikannya. Ia kini menggendong tubuh mungil istrinya itu dan membaringkan di atas ranjang.

Sedangkan Miranda masih setia menikmati ketampanan suaminya dari jarak dekat, ia juga bisa menghirup wangi maskulin suaminya itu, yang bisa membuatnya begitu tenang.

"Kau mau kemana?" Sentak wanita itu, menghentikan langkah Hans yang akan berjalan menuju sofa.

"Aku akan tidak di sofa," sahut Hans.

"Siapa yang menyuruhmu!" Ujar Miranda dengan nada mencekam.

"Kemari lah!" Pintanya, memerintahkan Hans untuk mendekat kepadanya.

Terpopuler

Comments

Syifanya

Syifanya

ternyata hidup hans tidak terlalu buruk mungkin miranda akan jatuh cinta nanti dgn sikap asli hans

2022-12-29

2

🥀⃞Weny🅠🅛

🥀⃞Weny🅠🅛

lanjut thor

2022-12-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!