bab 3

"Kau yakin ingin menemuinya?" Robben bertanya kepada Hans dengan tatapan jengah. Pria berambut panjang itu berulang kali untuk melarang Hans menemui kekasihnya.

Pria itu hanya mengkhawatirkan keadaan sahabatnya, ia terlalu takut Hans kembali mendapatkan perilaku Senna dari orang tua kekasih pria itu.

Hans yang sedang menatap dirinya di cermin hanya terdiam, pria itu sudah sangat merindukan — Rosella, kekasihnya.

Sudah satu Minggu Hans tidak bertemu pujaannya itu, selama itu juga ia hanya diam di apartemen untuk memulihkan kondisi juga kesehatannya.

Robben juga senantiasa menemani sahabatnya itu, merawatnya dengan baik. Bagaimanapun, mereka adalah pria dari daerah terpencil yang sama-sama berjuang nasib di kota besar.

"Aku hanya khawatir denganmu, mereka pasti tidak akan membiarkanmu berada di sana," lanjut Robben. Pria bertubuh tinggi itu terus membujuk sahabatnya.

"Aku hanya ingin melihatnya," sahut Hans. Ia keluar dari kamarnya dan bersiap untuk meninggalkan apartemen.

Robben mengikuti di belakangnya dan berusaha untuk membujuk Hans agar tidak ke sana.

"Hans!" Tegur Robben sambil menahan lengan Hans.

"Jangan khawatir, aku hanya melihatmu dari jauh," ujar Hans. Melepaskan tangan Robben lantas melanjutkan langkahnya keluar dari apartemen.

"Hans, Hans!" Robben berteriak sambil mengikuti Hans.

Hans sendiri sudah kehilangan pekerjaannya di hotel milik sang kekasih juga di restoran. Itu semua atas campur tangan kedua orang tua — Rosella yang menginginkan Hans hidup menderita.

Namun Hans tidak peduli, ia hanya memikirkan kekasihnya saja yang sudah sepekan tidak ia temui. Perasaan rindu yang terlalu berat, membuat Hans prustasi.

Pria itu akan membuktikan, kalau dirinya begitu sangat mencintai Rosella, ia bahkan rela menjadi budak suruhan orang tua kekasihnya.

……

Keduanya kini sudah berada di depan bangunan tinggi. Bangunan yang memiliki puluhan tinggat dan ratusan kamar. Bangunan hotel terbesar di kota itu.

Bangunan hotel yang merupakan milik sang kekasih. Di sanalah, mereka saling mulai perasaan cinta hingga mereka menjadi sepasang kekasih.

Hubungan yang harus di rahasiakan dari semua orang, apalagi kedua orang tua sang kekasih. Namun kesialan menerpa hubungan mereka, saat tuan Meta mengetahui kisah percintaan keduanya yang membuat pria kejam itu murka.

Bagaimanapun seorang penguasa hanya menginginkan seorang menantu sukses dan kaya.

Bukan seorang menantu dari kalangan pecundang, yang hanya menjadi benalu kepada nama baik keluarganya.

"Hans!" Seru Robben, ketika Hans ingin melangkah masuk kedalam lobby hotel.

"Tenanglah, aku hanya ingin memeriksa sesuatu," sela Hans dan menurutkan kembali tangan Robben.

"Tapi …." Belum selesai ucapan pria berambut panjang itu, Hans sudah mendekat ke arah pintu lobby.

…..

Sedangkan Hans kini melangkah menuju lobby dengan wajah tenang dan langkah pasti. Ia berpikir tidak ada yang tahu tentang hubungannya dengan sang nona muda pemilik — hotel ini.

Saat ingin melangkah masuk ke dalam lobby, tiba-tiba pintu kaca otomatis itu berbunyi. Seakan alarm bahaya terjadi.

Hans menjadi kebingungan dan ia mencoba untuk tetap melangkah, namun, tiba-tiba sebuah pukulan mengenai punggung kekarnya.

Semua karyawan yang berada di lobby pada jam pagi itu, berkumpul dan menatap ke arah Hans.

"Hey, lepaskan aku!" Hans mencoba untuk memberontak, saat beberapa penjaga mencegahnya.

"Anda dilarang keras untuk masuk," ujar salah satu penjaga keamanan hotel mewah itu.

Mereka terus berusaha menarik Hans keluar, tapi pria itu bersikeras untuk masuk kedalam.

"Lepaskan, aku hanya ingin menemui rekan di dalam," pungkas Hans berbohong. Padahal dirinya ingin menemui — Rosella di ruangannya yang terletak paling atas.

"Maaf, anda tetap tidak bisa masuk," ujar sang penjaga. Kedua penjaga itu lantas mendorong tubuh Hans, keluar dari pintu loh.

"Hey …."

"Hans!" Tegur Robben. Ia menahan kedua pundak sahabatnya yang ingin melawan.

"Lepaskan aku, Robben!" Pinta Hans dengan wajah kacau.

"Tidak sobat, lebih baik kita meninggalkan tempat ini." Robben berbisik di telinga Hans.

"Aku ingin menemuinya, aku begitu merindukannya, Robben," sentak Hans. Pria itu berusaha untuk bisa masuk ke dalam hotel tersebut dan menemui kekasih.

"Hans, sadarlah!" Bentak Robben. Pria berwajah tampan itu begitu jengah melihat kelakuan naif sahabatnya.

"Lihat! Kau menjadi bahan tontonan," ujar Robben dengan bisikan.

Hans berhenti memberontak, benar saja. Kini dirinya menjadi bahan tontonan orang-orang yang ada di lobby.

Namun Hans sepertinya menolak untuk peduli, pria itu dengan satu hentakan saja, berhasil melepaskan kuncian Robben di tubuhnya.

"Hans!" Pekik Robben.

Hans kini kembali ke depan pintu lobby dan melawan para penjaga, Hans juga sudah berhasil melewati pintu lobby dan mulai berlari untuk menuju lift khusus milik kekasihnya.

Pria itu menekan dengan tergesa-gesa tombol lift mewah itu. Hans menunggu pintu lift terbuka sambil menatap ke belakang. Dimana beberapa penjaga keamanan berusaha mendekatinya.

"Cepatlah!" Gumam Hans.

"Hans kau sudah gila!" Hardik Robben yang berhasil menyusul sahabatnya itu.

Hans terdiam, pria itu tetap menekan-nekan tombol lift, berharap lift segera terbuka. Ia mengabaikan sahabatnya Robben.

Suara lift berbunyi, menandakan pintu di hadapannya akan terbuka. Hans begitu sabarnya ingin memasuki lift tersebut.

Sedangkan Robben masih berusaha untuk membujuk pria itu untuk, kembali dan meninggal bangunan mewah bertingkat itu.

"Hans, ayo kita kembali!" Robben mengajak Hans.

"Tidak!" Hans menolak dengan wajah panik.

Para penjaga sudah sangat dekat dengan keduanya, membuat Hans dan Robben panik.

"Ayo Hans, kita harus meninggalkan tempat ini. Apa kamu mau kita mati di sini!" Hardik Robben.

"Tidak, tidak, aku harus menemui Rosella." Hans kembali berteriak di depan wajah Robben.

"Cepatlah, terbuka sialan!" Hans memukuli pintu lift tersebut dan memakinya.

"Hans jangan bodoh!" Bentak Robben, ia tidak habis pikir dengan pikiran Hans saat ini.

"Ayo kita segera pergi, sebelum mereka menangkap kita." Robben menarik tangan Hans dan menariknya paksa.

Hans menyentakkan tangan Robben dan mendorong sahabatnya itu ke arah para penjaga. Membuat Robben terjatuh dan menimpa para penjaga keamanan.

"Hans!" Teriak Robben.

Pria itu bermaksud ingin bangkit, namun salah satu penjaga keamanan hotel itu, menahan pergelangan tangannya dan mengunci tubuhnya agar tidak bergerak.

"Tangkap dia!" Perintah salah satu dari kelima penjaga.

Hans kembali berdiri gelisah di depan lift dan ketika para penjaga sudah menahan kedua pundaknya dengan posisi punggung membungkuk.

"Lepaskan!" Hans masih berusaha memberontak.

"Bawa dia, pria ini harus diberikan pelajaran!" Perintah pimpinan penjaga.

Hans pun dibawa paksa dengan keadaan sudah berantakan. Pria itu begitu tampak kacau. Orang-orang yang melihatnya pun hanya bisa menilai Hans dengan pandangan sinis.

Baru saja Hans melangkah, tiba-tiba pintu lift terbuka. Sekilas,. Hans menoleh ke belakang.

Mata pria menyedihkan kan itu, tiba-tiba berbinar bahagia. Raut wajah kacaunya kini berubah menjadi senyum rupawan.

Hans melihat sosok wanita yang ia rindukan keluar dari lift dengan wajah datar dan penampilan anggun.

Hans tersenyum bahagia, melihat wajah wanita yang sangat ia rindukan itu.

"Sayang!" Hans berteriak nyaring. Membuat orang-orang yang ada di sana menjadi bingung dengan reaksi Hans.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!