Jam istirahat ...
Amira mengajak Shofi dan Bunga ke perpustakaan. Karena Amira mau mencari buku untuk bahan persiapan dia olimpiade.
"Cari buku ini!"
Amira mengangkat kepalanya ketika ada seseorang yang menyodorkan buku yang dia cari.
Awalnya Amira ingin berterimakasih. Namun, niatnya urung ketika tahu siapa orang nya. Bahkan Amira tak jadi mengambilnya.
"Bukan!"
Ketus Amira sambil berbalik ingin pergi. Amira gak mau dekat-dekat dengan Aditya.
Langkah Amira berhenti ketika lengannya di cengkal. Amira berbalik menatap tajam pada Aditya yang menahan lengannya.
"Maaf!"
"Saya tahu, kamu memerlukan buku ini. Ambil lah,"
Amira hanya diam sambil melihat buku yang di berikan Aditya. Memang itu buku yang Amira perlukan. Namun, Amira enggan untuk mengambilnya.
"Amira ini bukunya!"
Tiba-tiba Shofi datang sambil memperlihatkan buku yang dia bawa.
"Maaf ya kak, ini buku yang saya cari!"
Ucap Amira langsung menarik tangan Shofi menjauh. Aditya hanya bisa menatap kepergian Amira dengan tatapan entah. Lalu dia pergi begitu saja dari perpustakaan.
"Terimakasih sudah menyalatkan aku,"
Ucap Amira tulus sambil duduk di kursi yang di sediakan di dalam perpus.
"Santai saja, ngomong-ngomong Bunga mana?"
"Anak itu paling lagi cari buku sastra, dia suka sekali dengan sastra."
"So, sepertinya buku yang kamu pilih cocok untuk aku belajar."
"Aku memang sengaja memilih buku ini. Di dalam sini banyak sekali rumus yang sulit di pecahkan. Aku yakin kamu mudah memahaminya!"
Amira mengangguk saja, lalu membuka buku yang di pilih Shofi. Lama Amira mem bulak-balik kan buku itu lalu menutupnya kembali. Amira menghembuskan nafas kasar, karena rumus yang ada di dalam buku itu rumus yang baru di pelajari Amira dan Rijal. Jadi Amira belum banyak mengerti.
"Kenapa?"
"Ini rumus-rumus paling sulit aku pecahkan apalagi aku belum terlalu mengerti masalah persamaan Navier-Stokes?!"
Shofi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dia bingung harus bicara apa.
"Aku ke toilet dulu ya,"
Alibi Shofi, Amira hanya mengangguk saja. Tepat, Shofi keluar Fatih datang bersama ke tiga sahabatnya.
"Dimana si cupu?"
Amira menatap malas pada Fatih. Kepalanya sedang pusing menjadi semakin pusing menatap wajah Fatih.
"Namanya Shofi!"
Tekan Amira menekan setiap huruf nama Shofi.
"Katakan saja, dimana?"
"Dia ke toilet, jangan macam-macam Fatih!"
Fatih tak memperdulikan ancaman Amira. Ia malah melengos pergi. Fatih hanya ingin memastikan sesuatu.
"Ah ... lega!"
Gumam Shofi ketika sudah membuang hajatnya. Shofi kembali merapihkan penampilannya tak lupa cuci tangan dengan bersih.
Shofi berjalan santai ke luar dari toilet dengan menunduk. Hingga tiba-tiba langkahnya berhenti ketika ada orang yang mencegatnya.
Perlahan Shofi mengangkat kepalanya guna melihat orang yang menghalangi jalannya.
Seketika tubuh Shofi gemetar melihat tatapan tajam dari Amelia dan ketiga temannya.
"Ma-maaf S-saya mau lewat!"
Lilir Shofi menggigit bibir bawahnya merasa takut. Bukannya minggir The Queen malah menyeret Shofi kembali masuk ke dalam toilet.
"Ka-kalian mau apa!"
"Gara-gara loe gue di hukum!"
Shofi menautkan kedua alisnya bingung, perasaan Shofi tak melakukan apapun bahkan tak pernah berurusan sama sekali dengan wanita-wanita centil ini.
"Aku gak ngelakuin apa-apa!"
Sanggah Shofi memberanikan diri mengelak, karena memang Shofi tak merasa melakukan apa-apa.
"Hey, gara-gara loe. Harusnya loe yang kena kerjaan Fatih bukan Bu Intan jadi gue yang di salahkan. Jadi! loe harus membayarnya,"
Bruk ...
Tubuh Shofi terpental ketika Amelia mendorongnya.
Grep ...
Amelia mencengkram dagu Shofi membuat Shofi meringis.
"Gue peringatkan loe jangan macam-macam, dan loe jangan membuat Fatih marah."
Plak ...
"Itu balasan karena loe sudah mempermalukan Fatih kemaren,"
Plak ...
"Itu balasan karena Fatih sudah menuduh gue !"
Dengan gemetar Shofi memegang pipinya yang dua kali di tampar oleh Amelia. Tak ada air mata yang keluar di mata Shofi. Walau tamparan itu terasa panas. Shofi mengambil kaca mata yang sempat jatuh akibat tamparan keras Amelia. Perlahan Shofi memakai nya kembali.
Shofi mengepalkan kedua tangannya kuat bahkan sampai urat-urat nya menonjol. Tampa berkata apa-apa Shofi keluar dari toilet.
Orang-orang yang ada di toilet yang menyaksikan kekejaman Amelia mereka hanya diam. Mereka tak punya nyali untuk menolong Shofi.
Shofi terus berjalan menunduk dengan tangan mengepal erat.
"Jadi loe di sini!"
Deg ...
Shofi semakin mengepalkan kedua tangannya ketika Fatih tiba-tiba menghalangi jalannya. Rasa marah itu semakin berkobar, jika saja bukan karena Fatih dirinya tak akan mendapat dua tamparan dari Amelia.
Rasa kesal, marah berubah jadi benci pada laki-laki di hadapannya yang selalu semena-mena.
Grep ...
Fatih mencengkram lengan Shofi yang tidak sopan melengos begitu saja. Fatih ingin memakai namun urung ketika merasa ada sesuatu yang aneh.
"Lepaskan saya,"
Lilir Shofi mohon sambil tak mau membalikan badannya bahkan mengangkat wajahnya pun Shofi enggan. Karena Shofi tak mau Fatih melihat wajahnya yang panas.
"Fatih, lepaskan tangan Shofi!"
Sentak Amira tiba-tiba datang bersama Bunga. Membuat cengkraman tangan Fatih langsung lepas ketika Amira menyentaknya.
Amira dan Bunga memang khawatir karena Shofi belum balik-balik. Apa lagi tadi Fatih the geng mencari Shofi. Amira takut Fatih kembali macam-macam pada Shofi untuk itu Amira memutuskan menyusul ke toilet.
Alangkah terkejutnya Amira ketika dugaannya benar. Adik sepupu laknatnya kembali menggangu Shofi.
"Shofi kamu gak apa?"
"Sho .., oh ya ampun pipi kamu kenapa!"
Pekik Amira membulatkan kedua matanya melihat pipi Shofi memerah bahkan sampai bengkak dengan sudut bibirnya berdarah.
Deg ...
Fatih dan ketiga temannya juga terkejut melihat semua itu begitupun dengan Bunga. Bahkan Bunga sampai menutup mulutnya dengan kedua tangan melihat pipi Shofi.
Tangan Amira mencengkram kedua bahu Shofi membuat Shofi sedikit meringis. Amira menatap tajam pada Shofi.
"Katakan, siapa yang menampar kamu!"
"Shofi katakan!"
Bentak Amira membuat Shofi gemetar ketakutan mendengar bentakan Amira. Baru kali ini Shofi melihat tatapan berbeda dari Amira.
Amira semakin kesal karena Shofi tak mau bicara. Membuat praduga Amira menjadi yakin kalau Fatih lah yang melakukan ini semua.
Bugh ....
"Kenapa kau menampar Shofi hah,"
Bentak Amira, sambil meninju Fatih membuat Fatih langsung terhuyung karena terkejut akan serangan tiba-tiba.
Bugh ...
Amira kembali menghajar Fatih, namun pukulan ketiga Fatih menghindar. Hingga terjadi perkelahian antara dua saudara itu. Bunga tak menyangka, sahabatnya jago bela diri.
Grep ...
"Bukan gue yang menampar gadis cupu itu!"
Kesal Fatih mengunci pergerakan Amira.
"Hey, cupu katakan kalau gue gak nampar loe!"
Shofi hanya diam dengan tubuh gemetar. Karena masih terkejut dengan keadaan yang ada.
Amira tersenyum sinis, melihat Shofi yang diam dan terlihat ketakutan membuat Amira yakin kalau Fatih yang melakukannya.
Tapi, kenapa!
"Kau pengecut!"
"Al-biru tidak mengajarkan kau melukai perempuan!"
"Tante pasti kecewa dengan apa yang kau lakukan hari ini!"
Sesudah mengatakan hal menyakitkan itu Amira langsung membawa Shofi ke ruang UKS.
Akhhh ....
Bugh ...
Fatih menggeram frustasi sambil meninju tembok.
Tangannya mengepal erat dengan mata memerah menatap tajam punggung Shofi. Aura kebencian itu terlihat jelas di mata Fatih.
Kenapa kau diam cupu! kau sudah memfitnah ku dengan diam loe. Awas saja, gue gak akan lepaskan loe!
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
BODOH kenapa juga harus menahan marah,Di skolah gak ada kakak tiri kamu,Semakin kamu diam semakin kamu di bully,jd henti kan drama CUPU kamu di skolah..🤦🏻♀️🤦🏻♀️🙄
2023-06-07
2
Tamnu Qoshdy
kaca mata shofi?
2022-12-17
0