"Amira ..."
Amira menghentikan langkahnya ketika namanya di panggil. Dengan malas Amira berbalik begitupun dengan Bunga yang ada di samping Amira.
"Aku dengar kemaren kamu masuk UKS. Kenapa masuk, apa sudah sembuh?"
Tanya Aditya penuh perhatian, bahkan Aditya menatap Amira penuh cinta.
"Kalau masuk sekolah, berarti sudah sembuh!"
Ketus Amira dingin, Amira tidak suka pada kakak kelas nya yang satu ini. Entah apa yang membuat Amira tak menyukai Aditya. Padahal Aditya sangat tampar, pintar dan juga sopan lagi.
"Kalau gak ada yang mau kakak, omongin lagi saya mau masuk kelas."
"Eh ... tunggu!"
Amira dengan kesal kembali menghentikan langkahnya lagi tanpa mau berbalik. Bunga hanya diam saja tak mau ikut campur urusan mereka.
"Ini buat kamu,"
Aditya memberikan sebuah coklat yang sudah di kasih pita dan setangkai bunga mawar.
"Terimakasih!"
Aditya tersenyum ketika Amira mengambil pemberian nya. Gadis jutek yang sudah berani menolak cintanya namun Aditya tak akan menyerah untuk mendapatkan Amira.
"Buat loe,"
"Kebiasaan deh kamu, ujung-ujungnya di kasih aku!"
Ketus Bunga sambil duduk di kursi belakang Amira.
"Alah jangan ngomel, ujung-ujungnya kau makan,"
Ha ... ha ...
Amira dan Bunga tertawa dengan tingkah masing-masing.
"Kan sayang, gratis."
Ucap Bunga terkekeh sambil mengambil coklatnya dan membuang bunga mawar nya.
Itulah yang selalu Amira lakukan, walau Amira menghargai pemberian orang lain. Namun, ujung-ujungnya nya Amira akan memberikannya pada Bunga. Amira pikir kan itu sudah hak dia, mau di kasih ke siapapun juga gak dia karena sudah jadi miliknya.
"Ade se pupu mu pasti telat lagi,"
Bisik Bunga karena memang para murid sudah masuk kelas. Waktunya belajar di mulai.
Amira menghela nafas kasar ketika kursi depan ujung dekat jendela kosong, tidak ada yang menempati. Karena Rijal sudah pindah sekolah. Entah apa yang di lakukan Fatih membuat Rijal berhenti.
Dan kursi itu di tempati murid yang berada di bangku nomor dua pindah dan seterusnya. Hingga yang kosong jadi kursi belakang.
Padahal sebentar lagi mereka akan mengikuti olimpiade matematika. Walau pun cupu tapi Rijal anak pintar dalam bidang matematika. Dan selalu jadi partner dalam mengikuti ajang olimpiade bersama Amira. Dari tahun sebelumnya.
Mengingat itu membuat Amira jadi kesal kembali pada Fatih. Bahkan anak itu belum juga nongol. Padahal guru sudah memulai pelajaran.
"Bunga, pindah dong duduknya,"
Bisik Amira menyuruh Bunga pindah duduk di kursi kosong sebelahnya.
"NO, jangan buat gue dalam masalah,"
Jawab Bunga, tak mau duduk di samping Amira. Karena kursi itu milik Fatih. Fatih memang melarang siapa saja yang duduk di kursi kosong samping Amira. Karena Fatih suka seenaknya duduk di manapun yang dia mau. Bahkan ketika guru menyuruh salah satu murid pindah duduk ke kursi yang lebih depan maka Fatih akan langsung duduk di sana. Dan kembali lagi ke belakang ketika guru tak protes lagi.
"Si Fatih kan gak ada!"
"Mungkin sebentar lagi ada!"
Sang guru yang sedang membahas tentang masalah tumbuh-tumbuhan menjadi kesal karena dua muridnya tidak memerhatikan.
"Amira!!"
Deg ...
Amira langsung berbalik ke depan dengan gugup karena ketahuan mengobrol.
"Ibu dari tadi menjelaskan kamu enak-enak kan ngobrol. Coba kamu sekarang jelaskan apa pungsi Daun bagi Tumbuhan?"
Glek ...
Amira menelan ludahnya kasar, pasalnya pelajaran Biologi Amira kurang menyukainya.
"Amira jawab!"
Tegas sang guru membuat Amira langsung berdiri bercampur kesal pada Bunga karena hanya dia yang di hukum.
"Pungsi Daun bagi Tumbuhan adalah Sebagai Tempat Penyimpan Cadangan Air Dan Makanan, berkembang biak, alat pernafasan, penguapan dan tempat gutasi."
"Bagus, kamu boleh duduk kembali. Jadi Daun juga di kelompokkan menjadi wadah kesuburan tumbuh Han. Karena dari pungsi-pungsi itu tumbuhan akan tumbuh subur dan berbuah."
"Jika Daun menjadi pungsi pada tumbuhan bagai mana pungsi Daun dalam kehidupan kita?"
"Bunga,"
Glek ..
Kini giliran Bunga yang menelan ludahnya kasar. Walau Bunga menyukai pelajaran Biologi halnya seperti namanya, tetap saja gugup jika di tanya mendadak begini.
"Dari pungsi Daun tadi, coba kamu Filosofi kan bagi kehidupan manusia?"
"Filosofi daun, Daun mengajarkan kemandirian. Tak ada yang lebih mandiri dari dedaunan. Sejatinya, daun dapat memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis melalui sinar matahari. Daun dapat mengerjakan sendiri semua yang dibutuhkannya tanpa bantuan orang lain. Proses perkembangan daun berjalan alamiah tanpa harus diatur sedemikian rupa. Daun mampu beradaptasi secara kuat pada lingkungannya. Ini mengajarkan tentang kemandirian. Jadi kita belajarlah hidup mandiri dari Daun yang mampu sukses di atas kakinya sendiri. Daun juga memancarkan kebaikan
Tak ada yang paling istimewa dari dedaunan. Daun bekerja untuk kehidupan tanpa henti dan tanpa lelah sedikit pun. Pada siang hari, zat asam arang CO2 yang ada di udara diserapnya. CO2 digunakan oleh daun untuk proses ‘memasak’ yang dikenal sebagai proses fotosintesis. Keluarannya akan terdapat dua zat bermanfaat, yaitu energi (zat gula) dan oksigen O2. Banyaknya oksigen yang dikeluarkan daun inilah yang menjadikan udara di sekitar daun pada siang hari menjadi terasa sejuk. Sehelai daun daja bermanfaat, bila ia menyatu menjadi hutan akan menjadi paru-paru dunia. Hutan menyimpan air untuk kehidupan dan menyuplai oksigen alami terus-menerus. Ini pelajaran menarik bagi manusia untuk menjadi pribadi yang tiada henti menebarkan kehidupan dan kedamaian. Jadi jadilah diri kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang menjadi paru-paru nya. Artinya tanamkan selalu ke baikan di setiap kamu menghirup oksigen yang sama dengan orang lain."
Prok ... prok ...
Amira langsung bertepuk tangan mendengar jawaban keren dari sahabatnya. Membuat semua orang langsung menatap Amira heran. Tapi, satu detik kemudian sang guru juga ikut bertepuk tangan membuat semua murid juga ikut bertepuk tangan.
Hanya Amelia, Rima, Sindi dan Mira yang menatap sinis dan enggan bertepuk tangan. Bagi mereka itu hanya kebetulan saja Bunga bisa menjawab. Apalagi Bunga memang terkenal dengan syairnya. Setiap lomba puisi maka Bunga yang akan jadi juaranya.
Sang guru begitu puas mendengar jawaban dari kedua muridnya yang memang terkenal mempunyai IQ di atas rata-rata.
Hingga waktu istirahat pun tiba.
"Pak udah dong di hukumnya, kan sudah waktu istirahat!"
Ucap Fatih menatap malas pak Anwar yang menghukumnya harus berdiri di tengah lapangan di bawah trik mata hari. Belum lagi harus keliling lapangan 100 X putaran.
Ya, lagi-lagi Fatih di hukum karena telat masuk sekolah. Dan yang berani menghukum hanya pak Anwar seorang.
"Keliling lapangan 100 X, baru kamu bisa istirahat!"
"Ayolah pak, masa dari tadi di hukum terus!"
"100 atau 200 atau 300 atau juga empat ra ...,"
"Seratus!"
Ketus Fatih langsung mulai berlari mengelilingi lapangan.
Keringat yang sendari tadi bercucuran, semakin banjir membasahi pelipis dan baju Fatih. Bahkan baju Fatih sampai setengah basah membuat baju nya menempel. Membuat perut seksi Fatih tercetak jelas.
Karena gerah Fatih sengaja melepas bajunya, sontak saja kelakuan Fatih membuat anak-anak cewe histeris. Karena Fatih terlihat begitu seksi dan hot. Bahkan ada juga yang langsung mimisan.
Amelia yang melihat itu langsung kesal pada anak-anak dan mengusir mereka supaya jangan melihat Fatih. Karena bagi Amelia yang boleh melihat Fatih hanya dia seorang.
"Aku harus kasih Fatih minum!"
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, Komen, dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments