Rumah sakit ...
Rijal sudah selesai di tangani dokter sekitar satu jam yang lalu.
Entah siapa yang memberi tahu keluarga Rijal kalau anaknya berada di rumah sakit. Namun, tak ada satupun orang tuanya yang datang ke rumah sakit. Hanya ada seseorang yang mengaku om nya yang datang.
Rangga, Raja dan Moreo di suruh Fatih langsung pulang. Karena sisanya Fatih yang menangani. Awalnya tiga sahabat Fatih tidak mau karena bagaimana pun mereka harus tanggung jawab. Jika Fatih di hukum maka mereka juga harus di hukum. Bukankah itu arti solidaritas sahabat.
Namun, Fatih dengan tegas menyuruh ketiga sahabatnya pulang.
"Gue pastikan kalian gak dapat hukuman apapun."
Tegas Fatih menatap tajam ketiga sahabatnya. Pasalnya Fatih tahu, ketiga sahabatnya pasti takut dengan kedua orang tua mereka. Karena kedua orang tua mereka sedang dalam perjalanan pulang dari urusan bisnisnya.
Lucu bukan! anak-anak tukang tauran di luar dan tukang buli di sekolah akan jadi anak kucing ketika di rumah.
Tapi, itulah mereka. Senakal-nakalnya mereka mereka takut pada kedua orang tuanya terutama ibunya.
Aneh! sangat aneh bukan!
Rangga, Raja dan Moreo patuh dengan perintah Fatih. Tinggal Fatih seorang diri lalu langsung menghampiri orang yang mengaku Om nya Rijal.
Entah apa yang Fatih bicarakan dengan Om nya Rijal membuat om nya Rijal mengizinkan Fatih masuk kedalam.
"Cih, dasar lemah!"
Ejek Fatih berjalan ke arah brankar Rijal dengan gaya coll nya.
Rijal yang melihat Fatih berada di dalam ruang rawatnya sontak terkejut. Rijal meremas selimut yang menutupi kakinya. Tangannya mengepal era, namun Rijal tak bisa berbuat apa-apa karena dia bukan tandingan Fatih.
Rijal hanya bisa menunduk takut, bahkan Rijal tak berani mengadu pada om nya. Entah kemana om nya pergi membuat Rijal semakin ketakutan.
Bahkan keringat dingin mulai membanjiri pelipis Rijal. Entah apa yang di katakan Fatih membuat Rijal gemetar. Entah di Ancam jangan melapor atau apa hanya Rijal sendiri yang tahu.
"Jangan tunjukan muka jelek loe di hadapan gue. Gue benci orang lemah! lemah!"
"Ngerti loe!"
Sesudah mengatakan kata menyakitkan itu sambil menepuk-nepuk pundak Rijal kasar bahkan membuat Rija meringis.
Fatih pergi begitu saja, tanpa menengok ke belakang. Fatih benar-benar seperti psikopat bersembunyi di balik wajah tampannya.
Lihatlah, kini Fatih bisa tersenyum setelah mengancam Rijal pada Om Nya yang menunggu di luar.
"Terimakasih Om,"
"Sama-sama nak, terimakasih sudah menjenguk!"
Rasanya ingin muntah, mendengar perkataan Om nya Rijal. Bagaimana mana mungkin Om Nya Rijal berterimakasih pada orang yang sudah membuat keponakannya berada di rumah sakit. Daras sungguh Fatih memang gila.
Entah apa yang membuat om nya Rijal berterimakasih. Mungkin Fatih berlaga sok kawan yang baik.
"Kalau begitu saya pamit Om,"
"Baik nak, hati-hati di jalan!"
Fatih tersenyum seringai langsung pergi dari rumah sakit.
Deg ...
Om Nya Rijal terkejut melihat kedatangan pengusaha kaya raya. Dan lebih terkejutnya lagi orang itu menghampiri dirinya.
"T-Tuan!"
Om nya Rijal menunduk memberi hormat pada Farhan. Ya, orang itu adalah Farhan Al-biru, papa Fatih.
"Jadi kau meminta izin pulang duluan karena keponakan kau masuk rumah sakit gara-gara putraku!"
Om Nya Rijal menunduk takut, mendengar ucapan dingin bosnya. Ya, om nya Rijal seorang supir pribadi Farhan. Dia bekerja jika Farhan membutuhkan saja. Ketika Farhan harus ke luar kota atau meeting di luar maka Farhan akan menyuruh om Nya Rijal yang menyetir. Jika tidak, maka Farhan sendiri yang menyetir.
Farhan langsung menerobos masuk ke dalam. Rijal yang akan kembali berbaring terkejut melihat siapa yang datang.
"T-Tuan!"
Lilir Rijal menunduk, siapa yang tidak gemetar. Baru saja anaknya keluar kini bapaknya yang datang. Bahkan auranya sama-sama menyeramkan.
"Apa yang dokter katakan?"
"Rijal hanya kecapean, dia pingsan mungkin karena belum makan juga dari pagi."
"Hanya itu?!"
"Iya Tuan,"
Farhan menghela nafas berat, entah Bagaimana harus mendidik Fatih supaya tidak semena-mena akan orang lain. Anak itu selalu saja bikin ulah. Kalau Queen tahu pasti dia akan marah.
"Kapan Rijal boleh pulang?"
"Kemungkinan besok tuan,"
"Baiklah, kalian jangan khawatir. Saya akan menanggung semua pengobatan Rijal."
"Terimakasih tuan,"
Fatih benar-benar harus di beri pelajaran. Anak itu selalu saja bikin ulah. Emangnya ini zaman penjajahan. Selalu menindas yang lemah dan bodohnya yang lemah tak bisa melawan!
Sesudah berbincang Farhan pamit pergi, dia harus memberi pelajaran pada anaknya.
Emang berani!
.
Sedangkan Fatih baru saja sampai ke rumah dengan wajah lesu dan pakaian kusut. Entah apa yang terjadi pada Fatih. Perasaan tadi dia baik-baik saja.
Queen dan Aurora yang melihat wajah kusut Fatih saling pandang dengan dahi mengerut.
"Kak, kakak .."
Bahkan Fatih tak menyahut ketika Aurora memanggilnya. Fatih terus saja berjalan menaiki anak tangga. Dimana kamarnya berada.
"Kakak kenapa Bun?"
"Bunda juga tidak tahu, adek lanjutkan saja mikser adonannya."
Aurora hanya mengangguk, melanjutkan me mikser adonan kue. Queen dan Aurora memang sedang membuat kue kesukaan Farhan.
"Oh iya Bun, Om Alam kapan balik?"
"Bunda kurang tahu sayang, tapi katanya tahun depan. Mau kuliah di Jakarta,"
"Lama juga ya, Padahal Adek sudah kangen. Nenek sama kakek juga kenapa betah di Jerman coba."
Keluh Aurora cemberut membuat Queen hanya menggelengkan kepala saja. Aurora memang sangat dekat sekali dengan Om Alam.
Fandi dan Dinda memang menetap di Jerman, karena Farhan menyerahkan perusahaan yang ada di Jerman ke pada Fandi.
Sedang perusahaan yang awalnya di pegang Fandi. Di Handle oleh om Lukman dan orang kepercayaan Farhan.
Karena perusahaan di Jerman membutuhkan orang handal terpaksa Fandi dan Dinda yang ke sana. Awalnya Daniel yang di tunjuk namun Farhan tidak mengijinkan. Karena Farhan butuh Daniel.
"Lama bagaimana, baru juga empat tahun. Kan nenek juga nemenin Oma di sana!"
Mama Adelia memang memutuskan tinggal di Jerman guna menghabiskan waktu tuanya. Mama Adelia bukan tak ingin menghabiskannya dengan anak menantu dan cucunya. Hanya saja mama Adelia ingin mengenang tempat bersejarah dimana dia dulu menghabiskan kisah cinta dengan almarhum suaminya.
"Ah ... adek rasanya jadi kangen Oma, nenek, kakek sama Om Alam."
"Bukan kangen sayang tapi kangen malakin kan!"
"He .. he ...,"
Memang itu yang Aurora kangenin. Karena jika ada mereka apa saja yang Aurora pengen selalu di kabulkan. Tapi, jika Queen sama Farhan sulit sekali mengabulkannya. Karena Queen dan Farhan mendidik anaknya. Jika ingin sesuatu harus bekerja keras dulu.
"Gak minta sama nenek Murni?"
Goda Queen pada putrinya.
"Gak ah, nanti kakek Angga marah, kakek Angga kan kaya Bunda, Pelit!"
Aurora terkekeh membayangkan sosok kakek Angga yang sama dengan Queen. Queen bukannya marah di bilang pelit, dia malah tersenyum.
"Ya sudah, kalau adek tahun sekarang bisa juara maka Bunda akan mengabulkan apapun permintaan adek?"
"Serius Bun!"
"Hm,"
"Asik! beneran ya Bun!"
Bersambung ....
Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments