Queen menatap tajam pada putranya. Queen sangat marah pada Fatih karena pergi begitu saja.
Tapi, rasa marah itu sedikit goyah ketika Queen melihat putri cantiknya pulang bersama Fatih, membuat Queen menjadi kebingungan.
Bukannya Aurora harusnya pulang bersama mang Diman. Kenapa sekarang jadi sama Fatih. Queen menatap curiga, pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Dari mana kamu, Gak sopan! bunda tadi lagi ngom ..,"
"Bunda, jangan marahin kakak ya. Tadi kakak nolongin adek!"
Kening Queen mengerut bingung mendengar ucapan putrinya. Tapi, tak lama Queen langsung faham.
"Apa yang terjadi?"
"Tadi adek mau di culik Ter ..,"
"Apa!!"
Pekik Queen terkejut mendengar penuturan putrinya. Siapa yang sudah berani mau menculik putrinya.
"Adek gak apa-apa kan, ada yang lecet gak. Siapa mereka!"
Panik Queen memeriksa tubuh sang putri takut terjadi apa-apa. Queen bisa bernafas lega karena tubuh putrinya tak ada yang lecet. Namun, mata Queen menajam ketika melihat pergelangan putrinya merah.
"Oh, sayang tangan kamu!"
Cemas Queen mengangkat tangan putrinya yang memar.
"Mereka menyakitimu,"
Lilir Queen mengelus lembut pergelangan tangan Aurora yang memar. Padahal awalnya Aurora tak merasakan apa-apa. Tapi ketika sang Bunda memegangnya membuat Aurora baru merasakan sedikit sakit. Mungkin karena cengkraman berandalan tadi terlalu kuat. Hingga menimbulkan bekas di pergelangan putih Aurora.
"Katakan sayang, siapa yang melukai kamu?"
Tanya Queen penuh emosi, walau hanya memar tetap saja itu sangat menyakitkan bagi Queen.
Pada akhirnya Aurora menceritakan semua kejadian yang dia alami. Begitupun sama orang yang sudah menolongnya.
Fatih hanya diam saja tak mau ikut campur. Karena Fatih tahu, keadaan sang Bunda saat ini sedang di kuasai amarah.
"Bun, biar kakak yang menyelesaikan masalah ini!"
"No, biar papa kalian! beraninya mereka mau mencelakai putri cantik bunda!"
"Tapi Bun, mereka hanya ingin balas dendam!"
Ceplos Fatih membuat Queen menatap curiga pada anaknya.
"Jelaskan!"
Jelas Queen menatap tajam putra nya. Jika sudah begini mana bisa Fatih berbohong yang ada ke kebebasannya malah semakin di kekang.
"Mereka anak-anak geng Rebel, mungkin mereka gak terima jika mereka gak bisa masuk lagi ke wilayah timur. Apa bunda masih ingat ketika kakak pulang sore!"
"Ya bunda ingat! baiklah, tapi kakak harus janji, gak akan terluka dan jangan berurusan lagi dengan mereka!"
"Baik Bun,"
Yes, bunda gak marah lagi. Tapi, kakak gak janji kalau gak berurusan dengan cecunguk itu!
Fatih mengangguk patuh sambil tersenyum tipis. Setidaknya Fatih sekarang merasa aman dari hukuman sang bunda.
"Mulai sekarang, kemanapun adek pergi akan ada bodyguard yang mengawal."
Tegas Queen karena tak mau ambil resiko lagi. Queen diam hanya ingin melihat sejauh mana putranya menyelesaikan urusan di Jalan. Jika putranya tidak bisa menyelesaikannya maka Queen sendiri yang akan turun.
"No Bun, adek tak mau bodyguard. Cukup sama mang Diman saja ya!"
Rengek Aurora tak mau, jika begini jadinya lebih baik tadi Aurora tak memberi tahu sang bunda sama sekali.
"Tidak sayang, keputusan bunda tak bisa di rubah. Ini demi keselamatan kamu, jika adek gak mau bodyguard maka suruh kakak selesaikan masalahnya!"
Aurora mengerucutkan bibirnya gemes, sedang Fatih hanya melotot menatap sang bunda tak percaya. Sama saja ucapan sang bunda mengatakan kalau dia lemah tak bisa menyelesaikan masalah terutama tak bisa menjaga adiknya.
"Aistt ... mau kemana!"
Fatih terhuyung ke belakang ketika Queen menarik kerah bajunya. Membuat Fatih kembali duduk di samping sang adik.
"Jangan harap bunda akan lupa sama hukuman nya!"
Glek ...
Sial!
Fatih menelan ludahnya kasar karena tidak menyangka ingatan sang bunda begitu tajam. Bagaimana tidak tajam, Queen belum setua itu. Bahkan usinya baru menginjak tiga puluh delapan tahun, dan masih bisa membuat adik lagi untuk Fatih dan Aurora.
"Tidak cuma adek, kakak juga sama. Sekarang pergi dan pulang sekolah akan di antar sama bodyguard. Jadi! gak ada alasan buat kakak telat sekolah lagi!"
"What!!!"
Pekik Fatih melotot tak percaya, bahkan Fatih sampai berdiri. Saking terkejutnya. Sial, jika Fatih di antar jemput yang ada dia malah di tertawakan oleh sahabat-sahabat nya.
"No Bun, jangan itu dong hukumannya. Gimana kalau beres-beres rumah saja ya!"
Rayu Fatih memeluk sang Bunda, Queen hanya diam saja. Karena keputusan Queen sudah tak bisa di ganggu gugat lagi. Bahkan Farhan sendiri menyerahkan penuh keputusan pada Queen.
Aurora hanya diam, karena malas berdebat. Yang ujung-ujungnya sang Bunda tidak akan pernah merubah keputusan nya. Yang ada malah di tambah, yakin Aurora. Jadi diam lebih baik.
"Ayolah Bun,"
Rengek Fatih tak terima, Fatih bukan anak mami jika harus di antar jemput.
"Sudah jangan merengek, tak mempan!. Kalian masuk kamar, ganti baju dan istirahat!"
Tegas Queen langsung beranjak, rasanya kepala Queen mau pecah saja. Yang satu anaknya tak bisa di atur dan kini anak bungsunya jadi incaran orang lain gara-gara kakaknya.
Bagaimana kalau Queen hamil lagi, entah bagaimana sifat anaknya nanti.
.
Sedang di tempat lain, Shofi baru sampai di rumahnya.
Dia berjalan gontai menaiki anak tangga di mana kamarnya berada.
Shofi mengerucutkan bibirnya gemas, melihat Susana rumah nampak sepi. Entah kemana perginya kakak nya. Selalu saja gak ada.
Selalu pulang malam, entahlah Shofi gak mau ambil pusing. Karena hidupnya juga sudah pusing. Kali ini Shofi hanya bisa mempersiapkan diri, bagaimana kedepannya dia menjalankan hari-hari.
Shofi yakin 💯 % Fatih tak akan melepaskannya. Entah harus bagaimana Shofi menghadapi anak songong itu. Kerjaannya selalu saja memerintah, seperti kakaknya.
Mengingat kejadian di sekolah membuat Shofi kesal dan kesal. Tapi, kekesalan itu berubah jadi tertawa ketika mengingat raut wajah Fatih yang menahan malu dan amarah pada dirinya.
Shofi menghentikan langkahnya ketika tepat di depan cermin berdiri. Shofi merasa ada yang kurang. Perlahan Shofi menengok ke arah cermin. Seketika Shofi terkejut melihat pantulan dirinya di cermin.
"Oh my good, kaca mata!"
Pekik Shofi terkejut dia tidak memakai kaca mata jeleknya.
Shofi mencari di dalam tasnya tapi tidak ada.
"Perasaan aku gak pernah membukanya!"
Gumam Shofi bingung, sambil mengingat-ingat apa dia melepaskannya atau tidak. Seketika mata Shofi membulat ketika ia sudah mengingatnya.
Shofi membuka kaca mata itu ketika dia sedang melawan para berandalan itu.
Cantik!
Kata itu terngiang kembali di telinga Shofi. Pantas saja bocah SMP itu menyebut dirinya kakak cantik. Dari mata ini, ya ketika Shofi melepas kaca matanya maka terlihat jelas keindahan matanya yang di hiasi bulu mata lentik.
"Untung saja tadi langsung pergi, kalau tidak! Ah ... aku gak tahu apa yang akan terjadi!"
Monolog Shofi menghela nafas berat.
Shofi ingat mungkin dia menaruh kaca mata itu di kursi ketika Shofi membawa Aurora duduk.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Dia suka bully anak cupu,Jadi kamu jgn jadi cupu banget walaupun itu cuma drama doang..
2023-06-07
2