Sepulang sekolah Fatih dan ketiga temannya melakukan aksinya.
Tanpa perasaan Fatih menyuruh Rijal membersihkan kelas.
Rijal hanya bisa mengepalkan kedua tangannya mencengkram gagang empel.
"Yang benar be**,"
Bentak Fatih sambil melempar Rijal dengan kertas yang Fatih remas hingga membentuk bulat.
Rijal dengan sabar menyelesaikan pekerjaannya yang harus di kerjakan Fatih.
Sesudah selesai membersihkan kelas kini Fatih menyeret Rijal ke toilet.
Fatih dan ke tiga temannya hanya menjadi mandor saja. Bahkan Fatih malah tersenyum dengan ke tiga temannya membahas balapan yang tadi malam Moreo lakukan.
Tanpa peduli pada Rijal yang sudah kecapean. Bagaimana tidak cape, sesudah membersihkan kelas yang tak bersih-bersih karena Fatih mengotorinya lagi kini harus membersihkan toilet yang begitu banyak sendirian tanpa bantuan dari siapapun.
Keringat bercucuran membasahi dahi Rijal, bahkan baju yang di kenakan Rijal sudah basah kuyup. Bukan hanya basah karena keringat, tapi juga lusuh. Berkali-kali Rijal menggelengkan kepala yang tiba-tiba mulai terasa berat.
Hingga penglihatan Rijal mulai kabur dan
Brak ....
Fatih, Rangga, Raja dan Moreo langsung terdiam saling pandang satu sama lain.
Mereka berempat langsung berlari ke arah suara tadi.
Deg ...
Keempat orang itu diam mematung melihat Rijal sudah tergeletak tak sadarkan diri.
Dasar lemah! sok, bersikap kuat!
"Fatih, gimana ini. Rijal benar-benar pingsan,"
Panik Raja ketika baru selesai memeriksa Rijal yang memang benar-benar pintar.
"Oh sittt, kalau ketahuan pak Anwar bisa habis kita!"
Seloroh Rangga ikut panik begitupun Moreo. Ketika sahabat Fatih berusaha membangunkan Rijal tapi tidak berhasil.
Fatih terlihat malah santai saja gak takut apapun. Bahkan di wajah Fatih tidak terlihat rasa peduli apapun.
"Woy, loe malah diam. Ini gimana?"
Kesal Rangga melihat Fatih malah tak peduli dan cuek saja. Ketiga sahabat Fatih panik karena sampai bikin orang pingsan. Mereka juga takut kena imbasnya.
Mereka bukan takut karena itu juga, tapi mereka panik karena merasa bersalah. Walau mereka tukang tauran di luar sekolah dan tak takut senjata. Karena mereka berurusan dengan orang yang mengusiknya. Tapi, Rijal tidak salah apapun tapi mereka malah mem buli nya dan sialnya sampai pingsan.
Ini keterlaluan!
"Suttt, kalian lebay banget. Tinggal bawa ke rumah sakit gampang kan!"
Rangga, Raja dan Moreo melongo mendengar penuturan Fatih. Yang malah melengos saja pergi.
"Kalian urus si lemah itu!"
"Fatih, loe mau kemana?"
Ketiga sahabat Fatih benar-benar kesal dengan kelakuan Fatih. Bisa-bisa malah pergi dalam keadaan begini. Walau mereka sudah tahu karakter Fatih seperti itu tetap saja mereka kesal. Fatih memang kadang aneh, kadang menolong kadang juga menindas tanpa ampun. Jika di tanya, Fatih pasti selalu menjawab. Jika orang butuh pertolongan ya tolong, jika orang layak di tindas ya tindas.
Jadi gak heran jika Fatih malah nyelonong pergi. Entah pergi kemana Fatih membuat ketiga sahabatnya benar-benar kesal dan marah. Tapi mereka tak bisa melawan, mereka hanya menurut dan secara sembunyi-sembunyi membawa Rijal keluar dari toilet.
Tanpa mereka sadari bahwa ada sepasang mata tajam menatap mereka. Terutama pada Fatih yang pergi begitu saja tanpa tanggung jawab dan malah melempar kesalahannya pada temannya.
"Saya tahu, bapa dari tadi menyaksikan semuanya!"
Deg ...
Pak Anwar terkejut mendengar suara Fatih yang sudah ada di belakangnya.
Bagaimana bisa!
Pak Anwar langsung berbalik menatap sosok muridnya yang tak pernah takut hukuman. Bahkan guru-guru yang lain kapok jika berurusan dengan Fatih.
Pak Anwar melihat Fatih dari atas sampai bawah. Yang berdiri santai dengan wajah datarnya. Bahkan sesudah membuat orang pingsan Fatih tidak terlihat merasa bersalah dan tak takut apapun. Fatih malah santai berdiri di hadapan pak Anwar seakan menunggu hukuman apa lagi yang akan di berikan padanya.
Jika orang lain melakukan kesalahan akan kabur begitu saja maka tidak dengan Fatih. Fatih malah mendatanginya seakan siap dengan konsekuensinya.
"Pulang lah,"
Ucap pak Anwar datar nan terkesan dingin. Fatih mengerutkan kening merasa tak percaya guru satu ini selalu punya cara lain menghukum murid-murid nya.
Ternyata sudah menyerah juga!
"Baiklah,"
Dengan santai Fatih menyalami pak Anwar dan melengos begitu saja. Pak Anwar tersenyum seringai menatap punggung Fatih yang menjauhinya.
Apa kalian pernah dengar, pepatah mengatakan. Jangan pernah membalas kekerasan dengan kekerasan. Balas lah kekerasan dengan kelembutan.
Itulah yang pak Anwar lakukan, mencoba memahami dan mengerti sifat Fatih. Namun pak Anwar bukan orang bodoh dan guru yang tak tanggung jawab. Pak Anwar tahu apa yang harus dia lakukan.
Kesatria!
Pak Anwar menggelengkan kepala dengan bibir menyeringai merogoh kantong celananya guna mengambil ponsel.
"Bapak yakin, suatu hari nanti kamu akan menjadi seorang pemimpin hebat!"
Batin pak Anwar langsung menelepon seseorang.
***
Sedang di tempat lain, di sebuah menara tinggi. Seseorang baru selesai mengerjakan pekerjaannya.
Rasa lelah terlihat jelas dari wajah yang sudah tak muda lagi. Walau begitu, tapi masih tetap terlihat gagah dan berkarisma. Bahkan pesonanya semakin terpancar.
TOK ... TOK ...
Ketukan pintu terdengar membuat seseorang itu mempersilahkan masuk.
"Makan siang!"
Seseorang itu langsung berdiri dan berjalan ke arah shopa.
"Bagaimana kabar Alexa, apa dia baik-baik saja?"
"Alexa masih terlihat murung, dia belum bisa merelakan kepergian anak kami!"
Lilir Daniel menunduk, membuat Farhan menepuk-nepuk punggung asisten sekaligus sahabatnya itu.
Ya, satu Minggu yang lalu Alexa, istri Daniel ke guguran anak kedua mereka. Dan, Alexa masih sedih akan hal itu karena dia menyalahkan dirinya sendiri yang ceroboh tak mendengar kata-kata Daniel.
"Bawalah Alexa jalan-jalan, supaya dia bisa melupakan sejenak kesedihannya."
"Baiklah,"
Dua sahabat itu langsung makan bersama sambil melanjutkan obrola-obrolan kecil. Hingga Farhan dan Daniel selesai makan.
"Oh ya, katanya putra mu satu sekolah sama Aurora?"
"Iya, anak itu pemalas, katanya biar bisa nyontek sama Aurora!"
Farhan dan Daniel jadi terkekeh mendengar tingkah lucu Putra pertama Daniel. Yang memang dari kecil suka sekali menempel dengan Aurora. Dari dulu memang putra Daniel dan Alexa itu cengeng dan Aurora yang akan selalu membelanya. Wajar saja jika Vinsen menempel terus. Bahkan waktu sekolah SD Vinsen di buli tak melawan, dan Aurora yang melindunginya.
Dret ... dret ....
Tawa mereka berhenti ketika ponsel Farhan berdering. Farhan langsung mengambil ponselnya yang berada di atas meja kerjanya.
Alis Farhan menyatu menatap nama yang berada di layar ponselnya. Anak buah Farhan menelepon. Lalu Farhan tanpa pikir panjang mengangkatnya.
"Ada apa?"
Farhan langsung ke intinya, ada apa anak buahnya menelepon.
" ........., "
Seketika rahang Farhan mengeras dengan tangan mengepal erat. Daniel yang melihat sahabatnya berubah marah merasa heran. Siapa yang menelepon Farhan!
"Ada apa?"
Tanya Daniel cepat ketika Farhan mematikan teleponnya.
"Aku harus pulang, ada sesuatu yang terjadi!"
"Tapi, meeting siang ini?!"
"Handle saja!"
Tanpa menunggu jawaban Daniel Farhan langsung pergi.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, Komen, dan Vote Terimakasih ....
Maaf ya jika Author kemungkinan bisa Update satu hari satu Bab. Karena ada sedikit pekerjaan lain. Semoga kalian sabar menunggu!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments