Shofi terus menggerutu dalam hati karena lelah. Baru saja Shofi merasa beruntung di hari pertamanya dapat teman baru tapi juga buntung karena dari tadi Fatih terus memerintah ya ini itu sampai Shofi terjatuh.
Dan, sialnya dia di tertawakan oleh semua orang yang ada di kantin.
Bagaimana merahnya muka Shofi, bukan karena tersipu atau malu-malu kucing tapi merah karena marah. Namun, Shofi ingat akan sesuatu membuat dia mati-matian berusaha menahan amarahnya.
Amira yang melihat Shofi menatap tajam langsung pada Fatih. Lagi-lagi Fatih selalu saja mengerjai anak baru. Belum genap satu Minggu Rijal keluar Amira tidak akan membiarkan Shofi keluar karena kelakuan Fatih.
Bahkan Amelia yang sempat kesal karena Fatih tak menghiraukannya. Kini ikut terbahak melihat anak baru itu di kerjain Fatih.
"Diam!!!"
Hening!
Ajaib!
Seketika kantin menjadi hening ketika Amira membentak menyuruh mereka diam.
Kini amarah Amira keluar, siapa yang tidak tahu gadis itu. Amira di sekolah terkenal pendiam dan tak peduli dengan orang sekitarnya.
Tapi, kini gadis itu menunjukan taringnya. Memang benar, marahnya orang pendiam begitu menakutkan dari pada orang yang bisa marah.
Bahkan Fatih sendiri sampai terkejut melihat tatapan berbeda dari Amira. Tapi, sedetik kemudian Fatih menyeringai. Saudara sepupunya tak biasanya peduli pada orang lain. Apalagi si cupu itu anak baru, tapi sepertinya ada yang menarik di diri gadis cupu itu membuat Fatih semakin bersemangat untuk mengerjainya.
"Apa yang kalian tertawakan hah, bukannya membantu malah tertawa. Di, mana hati kalian, dasar pecundang."
"Dan, kau!"
Amira menunjuk Fatih dengan tatapan membunuh. Kali ini kesabaran Amira tak terkendali lagi. Bagi Amira, Fatih benar-benar keterlaluan.
"Akan ku pastikan kau di hukum!"
Amira langsung menarik Shofi keluar dari kantin. Bunga langsung berlari mengikuti sahabatnya.
"Menarik,"
Gumam Fatih sambil berdiri ketika tadi Amira sempat mendorongnya hingga terduduk ke kursi belakang.
Amira membawa Shofi ke ruang ganti, dan mengambil baju baru untuk Shofi karena baju Shofi sudah kotor.
"Pakai lah,"
Shofi sempat tertegun mendengar nada bicara Amira yang kembali datar tidak seperti tadi yang marah. Shofi hanya mengangguk lalu masuk ke dalam sebuah ruangan untuk mengganti pakaian nya.
"Ku harap kamu bisa memaafkan kelakuan adik sepupu ku!"
Ucap Amira tulus membuat Shofi menyerngit.
"Adik!"
Ulang Shofi tidak mengerti sama sekali.
"Fatih, adik sepupu ku! dia memang orangnya nyebelin, namun dia juga ... ah sudahlah,"
Mengingat Fatih membuat amarah Amira kembali naik. Amira memang membantu Shofi, tapi bukan berarti peduli. Namun, Amira tidak mau ada teman sekelasnya lagi yang keluar. Dan, semua yang keluar pasti penampilannya sama persis seperti penampilan Shofi.
Melihat Shofi pertama kali masuk kelas saja membuat Amira mengingat Rijal. Karena penampilan mereka sama. Mengingat itu lagi-lagi Amira menghela nafas berat karena dia tak bisa mengikuti olimpiade. Karena partner nya tidak ada.
Padahal masih ada banyak siswa yang pintar. Tapi Amira tak mau dengan yang lain. Mungkin karena Amira sudah nyaman Rijal menjadi partner nya. Apalagi Rijal baik dan pengertian, tapi bukan cinta ya, jangan salah faham.
Karena cinta Amira buat seseorang yang sudah lama pergi!
Intinya kepintaran Rijal lebih dari Amira dalam matematika, jadi wajar saja Amira tak mau melepas teman pintarnya karena Rijal suka membantu Amira jika Amira ada yang tidak mengerti.
"Kita balik ke kelas,"
Shofi dan Bunga hanya mengangguk saja, mengiyakan ajakan Amira.
Di sepanjang jalan menuju kelas Shofi hanya bisa menunduk dengan telunjuk yang dari tadi membenarkan letak kaca matanya.
Hingga sampai masuk pun Shofi tetap menunduk karena Shofi tahu, sejak dirinya masuk ada orang yang sedang memperhatikannya.
Siapa lagi kalau bukan Fatih, entah sejak kapan Fatih dan ke tiga temannya sudah ada di kelas.
Tatapan Fatih tak lekas dari punggung Shofi karena memang Fatih berada di kursi paling belakang.
Amelia yang melihat Fatih menatap anak baru itu mendengus kesal. Dirinya selalu saja tak di anggap. Andai saja kekuasaan dirinya jauh lebih tinggi dari Fatih mungkin dengan mudah Amelia mendapatkan Fatih. Namun, sialnya Fatih lebih dari segalanya dan itu membuat Amelia begitu Ter crazy-crazy.
Di kelas rasanya terasa sumpek bagi teman yang lain. Karena Fatih begitu menakutkan. Tatapan matanya seakan menguliti mereka hidup-hidup. Hingga, aura kelam itu lenyap ketika ada seorang guru masuk.
"Fatih!"
"Iya, bu!"
"Di panggil ke ruang BK,"
Amira yang mendengar Fatih di panggil langsung tersenyum puas. Akan Amira pastikan kali ini Fatih tidak akan lolos.
Dengan malas Fatih beranjak, bahkan sampai terdengar decitan kursi. Fatih menatap tajam pada kakak sepupu nya. Fatih yakin itu pasti ulah Amira. Amira yang di tatap tajam oleh adiknya hanya mengangkat kedua bahunya acuh. Bahkan Amira tersenyum tipis sambil menggerakkan tangannya seakan mengusir Fatih.
"Fatih mau ngapain kamu, cepat ke ruang BK!"
Fatih dengan kesal langsung berjalan keluar. Sedang ketiga temannya hanya bisa menatap iba karena tak bisa membantu Fatih.
"Kita lanjut belajar,"
Tegas sang guru membuat murid langsung mengeluarkan buku catatan nya.
Sedang Fatih berjalan malas ke ruang BK, dengan sedikit kasar Fatih membuka pintu ruang BK. Membuat orang yang ada di dalam terkejut. Begitupun seseorang yang langsung menatap tajam pada Fatih.
Glek ...
Fatih menelan ludahnya kasar dengan mata mem bola melihat siapa yang menatapnya tajam.
Sial, awas kau Amira!
Fatih menunduk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dengan ragu Fatih duduk di hadapan guru BK. Fatih sudah merasakan pasti akan ada hal buruk sebentar lagi. Dan benar saja,
"Awwss ... Bunda sakit!"
Teriak Fatih ketika Queen menjewer telinganya. Bahkan sampai membekas.
Ya, Queen datang ke sekolah karena ada panggilan. Betapa terkejut dan murkanya Queen mendengar penjelasan guru BK tadi.
Putranya membuat ulah lagi, belum genap satu Minggu Fatih di hukum kini putranya membuat ulah lagi. Dan, kali ini korbannya perempuan, anak baru lagi. Sungguh Queen tak habis pikir dengan jalan pikiran anaknya.
"Maaf bu, karena Fatih sudah berbuat salah. Fatih mendapat SP dua, dia selama satu Minggu tidak boleh masuk kelas,"
Yes!
"No, pak. Maaf jika saya lancang, tapi hukuman itu malah membuat putra saya kegirangan!"
Sindir Queen menatap tajam pada putranya yang sempat tersenyum. Kini senyuman itu hilang seketika berganti cemberut. Padahal itulah yang di inginkan Fatih, karena Fatih malas belajar.
"Lihatlah dia gak protes kan,"
"Terus kami harus bagaimana Bu?!"
"Biarkan Fatih tetap masuk, Maka saya sendiri yang menghukum putra saya. Di jamin putra saja tak akan melakukan kesalahan nya lagi."
"Gak bisa gitu Bun, pa--"
"Diam!"
Bentak Queen kesal pada putranya.
Guru BK hanya menggaruk tengkuknya, ternyata memang kelihatannya Fatih takut dengan ibunya, batin pak BK.
"Baiklah kalau begitu, saya percaya sama ibu!"
"Terimakasih pak, saya minta maaf sebesar-besarnya atas kelakuan putra saya. Dan, bisakah bapak panggilkan anak baru itu supaya putra saya meminta maaf pada anak itu!"
Deg ...
Kedua mata Fatih melotot tak percaya mendengar perkataan sang Bunda. Minta maaf! sungguh kata itu tak ada dalam kamus harian Fatih.
"Fatih gak mau Bun!"
"Harus mau, mau Bunda jewer lagi!"
Ah ... anak nakal ini ternyata bisa jadi kucing juga di hadapan ibunya.
Bersambung ....
Jangan lupa Like, Hadiah, Komen, dan Vote Terimakasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Rijal pindah sekolah kah?
2023-06-07
1