Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan ibu kota. Terjadi keheningan di dalamnya. Rubby duduk di samping Arya di kursi penumpang, mereka berdua memandang ke arah luar jendela. Sementara Andika yang menyetir.
Mama Dewi mencuri pandang lewat kaca spion dalam.
"Kenapa mereka berdua diam saja? Apa tidak ada yang bisa mereka bicarakan?" Tanya Mama Dewi dalam hati.
"Ehm, kalian yang di belakang, kenapa sepi sekali?" Tegur Mama Dewi, sontak keduanya menoleh. Dan mereka berdua sempat beradu pandang sejenak.
"Lalu kami harus apa, Ma?" Arya bertanya.
"Ya... Kalian kan bisa mengobrol, saling mengenal satu sama lain, atau membicarakan apa saja kan bisa..." Kata Mama Dewi
"Kami bisa mengobrol di rumah nanti." Sahut Arya sambil menyandarkan punggungnya.
"Kau ini, pendekatan dengan istri saja tidak bisa." Keluh Mama Dewi. Terdengar putranya itu menghela nafas panjang.
"Ma, ini sedang di jalan. Kami bisa melakukan pendekatan di kamar nanti." Jawab Arya sekenanya. Tapi itu malah membuat Rubby menjadi salah tingkah. Gadis itu menunduk menyembunyikan wajahnya yang merona karena malu.
"Wah, sepertinya Kak Arya akan gerak cepat." Andika menimpali.
"Bagus kalau begitu, artinya Mama akan punya dua cucu sekaligus." Imbuh sang mama dengan senyum lebar di wajahnya.
Rubby makin menunduk malu, sedangkan Arya memutar bola matanya. Adik dan mamanya itu menyebalkan sekali.
* * *
Sesampainya di rumah...
"Arya, ajak istrimu ke kamar. Dan bantu Rubby merapikan barang-barangnya." Perintah Mama Dewi.
"Iya, Ma." Seperti biasa, Arya menurut saja.
"Ayo." Ajaknya pada istrinya sambil membawa kembali koper milik Rubby. Gadis itu mengangguk dan mengikuti langkah suaminya. Sedangkan Andika langsung ke kamarnya untuk berkemas.
Arya membuka pintu kamarnya, kemudian mengajak Rubby untuk masuk ke dalam sana.
"Ini kamarku yang sekarang menjadi kamar kita. Aku harap kau akan nyaman tidur di kamar ini. Lemari itu masih kosong, kau bisa menyimpan barang-barangmu di sana." Arya menunjukkan sebuah lemari putih yang berada di sana.
"Iya, Mas." Jawab Rubby.
"Perlu bantuan?" Tanyanya.
"Tidak, Mas. Aku akan merapikannya sendiri." Jawab Rubby sambil mulai membuka kopernya mengeluarkan kembali isi di dalamnya.
"Ya sudah kalau begitu, aku mau menemui Andika dulu." Kata Arya, Rubby mengangguk dan mulai merapikan barang-barangnya.
Arya masuk ke dalam kamar Andika yang letaknya tak jauh dari kamarnya. Nampak Andika sedang berkemas.
"Andika." Panggilnya. Andika menoleh.
"Ada apa, Kak?" Tanyanya. Arya duduk di sisi tempat tidur adiknya itu.
"Jadi bagaimana? Kau akan bekerja atau melanjutkan kuliahmu?" Tanya Arya. Andika menghentikan kegiatannya dan ikut duduk di samping kakaknya.
"Sebaiknya aku bekerja saja, Kak. Istri dan anakku perlu makan." Jawab Andika.
"Tapi, bukannya pendidikan juga penting? Apalagi kau laki-laki dan sudah menikah. Kau akan memerlukan pendidikan yang tinggi untuk jenjang karirmu nantinya." Kata Arya.
"Tapi kak, kalau aku kuliah dan bekerja waktuku bersama istriku akan semakin berkurang. Apalagi Intan sedang hamil sekarang, dan kebanyakan wanita hamil itu manja pada suaminya." Terangnya.
"Darimana kau tahu kalau wanita hamil itu manja?" Tanya Arya.
"Dari beberapa buku yang ku baca." Jawab Andika.
Arya mengerutkan keningnya. Sejak kapan adiknya itu jadi hobby membaca buku? Apalagi tentang kehamilan.
"Sejak kapan kau jadi suka membaca buku?" Tanyanya heran.
"Sejak... Akh, Kakak juga akan mengerti kalau Kak Rubby hamil nanti." Jawab Andika sekenanya.
Arya menatap datar adiknya, ia belum punya rencana untuk menghamili istrinya.
"Aku belum berniat untuk menghamili istriku." Sanggah Arya.
"Akh, yang benar? Kalau sudah berdua di kamar dengan Kak Rubby, pasti fikiran Kakak akan berubah." Goda Andika.
"Kau ini, masih kecil sudah bicara tentang kamar." Tukas Arya.
"Memang kenyataannya seperti itu, Kak. Kalau sudah di kamar, semuanya pasti jadi berbeda. Oh ya, di mana aku akan bekerja? Di coffe shop atau rumah makan milik Kakak?" Lanjutnya.
"Kau tahu kan kedua tempat itu bukan tempat yang mewah. Dan juga gaji yang akan kau terima di sana mungkin hanya pas-pasan saja." Arya menjelaskan.
"Tidak masalah, Kak. Yang penting aku bekerja." Jawab Andika dengan yakinnya.
"Saran Kakak, sebaiknya kau kuliah sambil bekerja saja."
"Akan ku fikirkan itu nanti, Kak. Ini sudah hampir gelap, aku harus kembali pada istriku." Andika beranjak bangun sambil merapikan kopernya.
"Hah, yang baru punya istri." Celetuk Arya.
"Kakak juga sama. Ingat Kak, segera lakukan malam pertama. Jangan di tunda-tunda. Kalau tidak Kakak akan menyesal." Pesan Andika dengan raut wajah serius.
"Menyesal kenapa?" Tanya Arya.
"Menyesal karena tidak melakukannya dari awal." Jawab Andika di iringi tawanya.
Arya hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan dari adiknya itu.
* * *
Selesai makan malam, Rubby kembali lebih dulu ke kamar. Sedangkan Arya di minta Mama Dewi untuk bicara dengannya. Keduanya masih berada di ruang makan. Dan Andika sudah kembali ke tempat Istrinya.
"Apa yang ingin Mama bicarakan?" Tanya Arya membuka percakapan di antara mereka.
"Arya, kau sudah tahu kewajibanmu sebagai seorang suami bukan?" Mama Dewi balik bertanya sambil memasang tampang serius.
"Yah... Sedikit." Jawab Arya asal.
"Arya!" Seru Mama Dewi memelototkan matanya.
"Arya tahu, Ma." Sahutnya.
"Suami itu harus menjaga dan melindungi istrinya. Memperlakukan istrinya..."
"Mama, Arya tahu itu." Sela Arya sebelum Mama Dewi melanjutkan ceramahnya. Tentu saja ia sudah mengerti tentang semua itu tanpa harus di beri tahu lagi oleh Mama Dewi.
"Baguslah kalau begitu. Dan satu lagi, tidak boleh ada nama wanita lain di hatimu selain istrimu. Hapus nama Mega selama-selamanya dalam hatimu. Kau juga harus belajar untuk mencintai istrimu." Ucap Mama Dewi penuh penekanan. Arya menatap sepasang netra wanita yang telah melahirkannya itu, kemudian menggeleng pelan.
"Ma, jangan minta aku untuk mencintai istriku..."
Tanpa mereka sadari, Rubby sudah berdiri tak jauh dari sana. Gadis itu kembali ke ruang makan karena ingin menanyakan sesuatu.
"Mama seharusnya tahu, kalau aku membutuhkan waktu untuk menyembuhkan rasa sakit hatiku akibat pengkhiatan yang Mega lakukan. Tapi sekarang? Tiba-tiba saja aku harus menikahi wanita yang tidak ku kenal sama sekali karena kesalahan yang di buat oleh adikku, dan Mama memintaku untuk belajar mencintainya?" Arya tertawa miris.
"Aku tidak semudah itu untuk jatuh cinta, Ma." Sambungnya.
Rubby membeku di tempatnya berdiri. Ucapan Arya terdengar menyakitkan untuknya.
"Arya, bagaimanapun juga kau harus..."
"Ma, aku akan berusaha untuk menerima Rubby sebagai istriku. Tapi bukan berarti aku harus mencintainya." Sela Arya. Rubby memegang dadanya yang mendadak terasa sesak, ia memutar langkahnya memilih untuk pergi dari sana sebelum mereka menyadari kehadirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments