Mama Dewi dan Arya melangkah masuk dan mengedarkan pandangannya. Rumah itu terlihat sangat rapi.
"Silakan duduk. Sebentar, Intan panggil Ayah dan Bunda dulu." Pamitnya. Intan masuk ke dalam sebuah kamar, sedangkan mereka bertiga duduk di sofa tamu.
"Bagaimana Intan, Ma?" Tanya Andika dengan berbisik.
"Bagaimana apanya?" Mama Dewi balik bertanya.
"Intan cantik kan? Dia juga baik." Ujar Andika dengan bangganya, sementara Arya memutar bola matanya malas.Orang yang sedang kasmaran memang menyebalkan, selalu saja memuji pasangannya. Dan itu juga yang Arya alami dulu. Selalu memuji Mega tanpa melihat kekurangannya.
"Ya, Intan lumayan cantik. Tapi seharusnya kau mencari pasangan tidak hanya karena cantik saja. Tapi juga harus baik luar dalamnya, dan yang paling penting harus setia." Ucap Mama Dewi sambil melirik ke arah putra sulungnya dengan ekor matanya.
"Tidak perlu menyindir, Ma. Arya tahu maksud Mama." Sahut Arya yang sudah tahu sindiran dari mamanya.
"Baguslah kalau kau tahu." Timpal Mama Dewi.
"Tapi Intan gadis yang baik, Ma. Dan Intan pasti bisa menjadi menantu yang baik juga untuk Mama." Ucap Andika.
"Yah... Kita lihat saja nanti." Sahut Mama Dewi.
Obrolan mereka terhenti ketika sepasang suami istri nampak menghampiri mereka bertiga dengan Intan yang berjalan di belakangnya. Bisa di pastikan itu adalah orang tua Intan.
Mama Dewi menyipitkan matanya untuk memastikan dirinya tak salah lihat.
"Bakti? Maya?" Gumam Mama Dewi yang mengenali mereka.
"Dewi?" Sepasang suami istri itu nampak terkejut. Begitupun dengan Mama Dewi, ia bangun dari duduknya.
"Ini benar kau, Dew?" Tanya Bunda Maya, Bunda dari Intan seakan tak percaya melihat Mama Dewi di hadapannya.
"Iya, ini aku Dewi."
"Aaaa... Aku tidak menyangka kita akan bertemu kembali." Kedua wanita paruh baya itu bersorak dan saling berpelukan. Arya, Andika dan Intan hanya bisa menatapnya heran. Apa orang tua mereka sudah saling mengenal sebelumnya?
"Sudah lama sekali rasanya kita tidak pernah bertemu. Aku bahkan tak tahu kalau kalian tinggal di Jakarta." Ucap Mama Dewi begitu pelukannya terlepas.
"Aku juga tak menyangka kita akan bertemu lagi. Kita hilang kontak setelah kau menikah, Dew." Ujar Bunda Maya.
"Iya, waktu itu ponselku hilang. Dan aku kehilangan kontak kalian semua." Ucap Mama Dewi.
"Dewi, mana suamimu?" Tanya Ayah Bakti sambil mengedarkan pandangannya, tapi ia hanya melihat dua pemuda saja. Wajah Mama Dewi berubah sendu.
"Mas Dewa sudah meninggal delapan tahun yang lalu." Jawabnya.
"Innalillahi..." Ucap Ayah Bakti dan Bunda Maya bersamaan.
"Kami benar-benar tidak tau tentang itu. Kami turut berduka cita."
"Tidak apa-apa, May. Lagipula itu sudah lama."
Mama Dewi menepiskan senyuman lalu mengalihkan pandangannya pada anak-anak mereka.
"Kalian pasti bingung ya?" Tanyanya. Ketiganya mengangguk bersamaan.
"Kami ini teman semasa SMA dulu, tapi setelah Dewi menikah dengan Dewa mereka memutuskan untuk pindah kota. Dan sejak saat itu kami hilang kontak. Dan kami tidak menyangka akan bertemu lagi di sini." Bunda Maya menjelaskan.
"Oh..." Arya, Andika, dan Intan hanya ber'oh'ria saja. Mereka masih tak menyangka kalau orang tua mereka ternyata adalah sahabat lama.
"Jadi Intan ini putri kalian?" Tanya Mama Dewi.
"Ya, Intan adalah putri kedua kami." Jawab Bunda Maya.
"Lalu di mana kakaknya?" Mama Dewi mengedarkan pandangannya, ia tak melihat ada orang lain di sana.
"Di belakang, sedang membuat minuman." Jawab Bunda Maya.
"Em, begitu. Oh ya kenalkan ini Arya putra pertamaku, dan ini Andika." Mama Dewi mengenalkan kedua anak lelakinya. Arya dan Andika mencium punggung tangan kedua orang tua Intan.
Mereka kemudian mengambil tempat duduk masing-masing.
"Jadi bagaimana, Dew? Kau tahu kan masalah yang sedang menimpa anak-anak kita?" Ayah Bakti membuka pembicaraan dan wajahnya mulai terlihat serius.
"Ya, dan aku minta maaf untuk itu. Aku tidak bisa menjaga anakku dengan baik." Ucap Mama Dewi, terlihat raut penyesalan di wajahnya.
"Bukan hanya kau, kami juga minta maaf. Kami merasa gagal menjadi orang tua." Sahut Bunda Maya yang sama menyesalnya dengan Mama Dewi.
Andika dan Intan hanya bisa menunduk, mereka juga menyesal dengan apa yang sudah mereka lakukan. Hanya karena terbawa suasana dan juga rasa penasaran, mereka membuat kesalahan fatal seperti ini dan menyusahkan orang tua mereka berdua.
"Jadi bagaimana keputusannya?" Tanya Mama Dewi sambil menatap Ayah Bakti dan Bunda Maya bergantian.
"Seperti yang kau tahu, kalau Intan mempunyai seorang kakak perempuan dan ia belum menikah. Jadi kalau niat kalian hanya untuk melamar, maka kami akan terima. Tapi kalau untuk menikah, maaf kami tidak bisa. Karena kami ingin kakaknya Intan yang lebih dulu menikah, karena kakaknya Intan itu perempuan dan sudah dewasa." Ucap Ayah Bakti panjang lebar. Mama Dewi tercenung mendengarnya.
"Kenapa sama?" Gumam Mama Dewi.
"Apanya yang sama, Dew?" Tanya Bunda Maya.
"Niat kami datang ke sini juga untuk melamar. Tapi kalau masalah pernikahan, aku tak akan mengizinkan sampai Arya, kakak dari Andika menikah lebih dulu." Jawabnya.
Para orang tua itu saling menatap, kenapa bisa mereka memiliki keinginan yang sama? Sama-sama ingin anak sulung mereka yang lebih dulu menikah.
"Permisi..." Seorang gadis berhijab biru muda dengan memakai gamis warna senada dan berkacamata datang dengan membawa sebuah nampan yang berisi minuman. Menghentikan percakapan mereka sejenak. Sambil menundukkan pandangannya, ia meletakkan minuman itu satu per satu di atas meja di hadapan orang-orang yang ada di sana.
"Kemari, Nak." Panggil Ayah Bakti begitu gadis itu selesai membagikan minuman pada para tamu.
"Kenalkan ini Rubby. Kakaknya Intan." Ayah Bakti mengenal putri pertamanya. Rubby hanya mengangguk sambil menunduk. Kemudian ikut duduk bergabung bersama mereka.
"Rubby?"
Rubby mengangkat wajahnya mendengar suara yang tak asing di telinganya.
"Tante Dewi?" Rubby sedikit terkejut melihat orang yang biasa ia panggil dengan sebutan Tante Dewi itu berada di rumahnya.
"Ternyata benar kau? Dan kau..." Mama Dewi memandang Rubby dan Intan bergantian.
"Kau kenal dengan Rubby, Dew?" Ayah Bakti menyela.
"Tentu saja. Aku sudah beberapa kali ke toko kue miliknya." Jawabnya. Rubby memang memiliki sebuah toko kue dan sudah beberapa kali Mama Dewi berkunjung ke sana. Mereka berdua juga berkenalan di toko kue itu.
"Jadi Rubby ini kakaknya Intan?" Tanya Mama Dewi menatap Intan dan Rubby bergantian.
"Iya, Tante." Rubby menjawab.
"Wah Tante tak menyangka, ini benar-benar suatu kebetulan." Ucap Mama Dewi yang terlihat bahagia. Dan itu tak luput dari perhatian Arya. Sepertinya Arya sudah bisa mulai menarik kesimpulan di sini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Ppn 001
lamar terusss oh iya yg nulis Uda ada yg lamar blm
2023-02-05
1