Di Paris Mega memang menggunakan nama belakangnya, Audrey sebagai nama panggungnya.
"Benarkah Thomas? Kau hanya merayuku kan?" Jawab Mega dengan nada manjanya.
"No, Dear. Kau memang cantik. Aku sungguh tergila-gila padamu." Ucap Thomas sambil meremas pinggang ramping Mega yang nampak terbuka karena pakaian yang di kenakannya terbilang cukup seksi dan terbuka di bagian pinggangnya.
"Kalau begitu jadikan aku model utama dalam agency mu. Selama ini aku hanya selalu menjadi pendamping saja." Timpal Mega, bibirnya nampak mengerucut.
"Itu mudah, asal kau memberikan apa yang ku inginkan." Ucap Thomas dengan senyum seringainya. Tangan besarnya meraih wajah wanita di hadapannya.
"Aku tahu apa yang kau inginkan, Thomas. Tenang saja, aku sanggup melayani seberapa banyak yang kau inginkan. Asal kau menepati janjimu." Kata Mega dengan nada sensualnya. Jari telunjuk Mega menyusuri dada Thomas yang terbuka karena kancing kemejanya tak terpasang.
Thomas menangkap jari nakal itu kemudian menggigitnya pelan. Sementara Arya masih memperhatikan keduanya dari jarak yang cukup aman.
"Apapun untukmu, Dear." Thomas mendekatkan wajahnya, begitu juga dengan Mega. Keduanya saling menautkan bibir satu sama lain dengan begitu liarnya. Sontak sepasang mata Arya terbelalak melihat langsung adegan itu, tubuhnya mematung.
"Kita lanjutkan di kamarmu." Ucap Thomas setelah ciuman mereka berdua yang cukup lama terlepas. Ia mengusap bibir Mega yang nampak basah karena ulahnya.
"Tentu." Jawab Mega dengan senyum menantang. Ia menggandeng lengan Thomas, dan pergi dari sana. Dengan cepat Arya menutupi wajahnya dengan buket bunga saat kedua orang itu melewatinya. Hingga Mega tak menyadari keberadaan kekasihnya di sana.
Sepasang netra itu menatap punggung mereka berdua berjalan yang menjauh. Jemari Arya mengepal. Rahangnya mengeras, nafasnya memburu. Matanya memerah menahan amarah. Ia tidak menyangka sama sekali jika wanita yang di cintainya itu telah mengkhianati dirinya.
Sejak kapan Mega jadi wanita murahan seperti itu? Rela menjual tubuhnya hanya demi karir modelnya?
Karena setahu Arya, walaupun Mega seorang model dan berpenampilan cukup seksi tapi ia bukan gadis yang genit dan mudah dekat dengan pria manapun. Itulah yang membuat Arya jatuh cinta padanya. Namun sepertinya, ambisinya untuk menjadi seorang model terkenal telah menutup matanya dan membuat Mega rela melakukan apapun.
Dan selama mereka berpacaran, Arya juga tak pernah menyentuh wanita itu lebih dari sekedar berpegangan tangan saja. Walaupun sudah bertahun-tahun menjalin hubungan tapi Arya tak berani berbuat lebih. Karena Arya sangat menghargai wanita. Sebagaimana pesan Ibunya. Dan lagipula, bukankah sebaiknya melakukan hal seperti itu jika hubungan mereka sudah terikat janji suci?
Tapi pria bule itu berani sekali mencium Mega dan Mega juga membiarkan bahkan membalasnya. Mereka mungkin akan melakukan lebih dari itu di kamar nanti.
Arya yang sudah jauh-jauh datang ke Paris untuk bertemu dengan Mega karena ia begitu merindukan kekasihnya dan berniat melamarnya itu di buat kecewa. Hatinya patah setelah mendengar dan melihat langsung adegan mesra itu.
Untung saja mereka tidak bertemu, dan Arya belum melamarnya. Kalau tidak Arya pasti akan menyesal telah menikah dengan wanita murahan seperti Mega.
Di lemparnya buket bunga mawar putih itu ke lantai. Kakinya melangkah meninggalkan tempat itu, dan juga menghapus nama Mega dalam hidupnya untuk selama-lamanya.
* * *
Langit biru terlihat begitu terang, awan putih menari berarakan di atas sana. Cuaca di kota itu cukup cerah, namun tetap saja terasa dingin bagi pemuda itu.
Arya memandang hampa pada menara yang tak jauh dari hadapannya. Sebelum kembali ke tanah airnya, Arya memutuskan untuk singgah dulu ke tempat yang begitu terkenal itu. Menara itu nampak menjulang tinggi, di sekitarnya banyak orang-orang berlalu lalang. Tempat yang lumayan ramai, tapi tidak bagi Arya.
Harusnya sekarang ia sedang melamar pujaan hatinya di sini, tapi... Mungkin Mega masih bersenang-senang dengan pria asing itu. Arya hanya bisa tersenyum getir, apalagi mengingat bagaimana keduanya berciuman dengan begitu liarnya.
"Kenapa kau malah mengkhianati aku? Padahal selama ini aku begitu setia menunggu kepulanganmu?"
Arya memejamkan matanya. Sakit sekali rasanya hati ini. Penantian dan juga pengorbanannya selama ini hanyalah sia-sia belaka.
Pemuda itu beranjak bangun dari duduknya dan membersihkan long coatnya dari sisa-sisa daun kering yang menempel. Ia harus segera kembali ke negaranya, pesawat yang akan mengantarnya pulang akan tinggal landas beberapa jam lagi, tidak mungkin kan pesawat yang akan menunggu dirinya.
Kota Paris yang terkenal dengan keromantisannya justru malah memberikan Arya kenangan pahit.
Cinta pertama yang seharusnya menjadi cinta abadinya, malah menorehkan luka untuknya.
* * *
Jakarta, Indonesia.
Sepasang netra itu menatap kosong langit-langit kamar yang putih bersih, fikirannya melayang mengingat kejadian dua hari yang lalu. Di mana dirinya yang hendak memberikan kejutan untuk sang kekasih, justru malah dia yang mendapat kejutan.
Sebenarnya Arya sudah beberapa kali mengajak Mega untuk menikah, tapi Mega selalu menolak dengan alasan ingin meniti karier dulu sebagai seorang model internasional. Dan itu membuat Arya mencoba memahami dan tetap bertahan untuk menunggu gadisnya itu.
Walaupun sakit hati, tapi Arya bersyukur setidaknya ia sudah tahu bagaimana aslinya Mega. Wanita yang sudah enam tahun menjalin hubungan dengannya.
Dering telepon menyadarkannya dari lamunan, di raihnya benda pipih itu. Tertera nama Mega di sana. Arya membuang nafas berat dan langsung mematikan panggilan itu.
Mega memang tak mengetahui kalau Arya datang ke Paris, bahkan melihatnya dengan pria lain. Maka dari itu ia masih menghubungi Arya, dan menganggap hubungannya dengan Arya masih baik-baik saja.
Suara pesan masuk terdengar beruntun. Arya kembali meraih ponselnya. Pesan masuk dari Mega nampak berbaris di layar ponsel itu, dengan malas Arya membacanya.
"Sayang, kenapa teleponku tidak diangkat?"
"Sayang, kau sedang apa?"
"Sayang?"
"Arya, ada apa denganmu? Dari kemarin aku telepon tapi kau tidak pernah mengangkatnya? Pesanku juga tak pernah di balas?"
Arya membuang nafas berat, memilih untuk mengabaikan pesan-pesan itu. Dan meletakkan kembali ponselnya di atas nakas.
Sayang? Mega masih memanggilnya 'Sayang' dan itu terdengar begitu menyebalkan untuk Arya. Memang sebelumnya hampir setiap hari mereka selalu bertukar kabar, dan pesan-pesan dengan panggilan mesra selalu Mega kirimkan untuknya. Tapi itu sudah tidak berlaku sekarang.
Hembusan nafas berat itu terdengar, Arya ingin segera mengakhiri hubungannya dengan Mega. Tapi bukan melalui telepon, ia akan menemui Mega secara langsung setelah gadis itu kembali ke Jakarta.
Memutuskan langsung hubungan mereka, dan itu akan lebih baik di bandingkan memutuskan hubungan lewat telepon.
"ANDIKAAA!!! KAU BENAR-BENAR ANAK KURANG AJAR!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments