Arya terlonjak kaget mendengar teriakan dari balik pintu kamarnya. Segera ia bangkit, dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Mata Arya melebar melihat Andika, adiknya sedang di pukuli oleh sang mama. Dengan cepat ia menuruni tangga dan menghampiri keduanya.
"Mama, ada apa Ma?" Tanyanya sambil mencoba memegangi Mama Dewi yang memukuli Andika tanpa ampun dengan sandalnya. Sedangkan Andika hanya pasrah menerima pukulan mamanya.
"Mama tenang dulu." Arya memeluk Mama Dewi.
"Arya..." Mama Dewi malah menangis di pelukan anak sulungnya.
"Mama tenang dulu ya." Ujarnya sambil mengusap lembut punggung mamanya.
Mata Arya melirik Andika yang terduduk di lantai dengan wajah yang lebam akibat sabetan sandal mamanya. Baju dan rambutnya juga nampak berantakan. Sudah bisa di pastikan, Mama Dewi benar-benar marah hingga memukuli adiknya seperti itu.
Tapi apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mamanya sampai tega memukuli adiknya sampai separahi itu? Karena yang ia tahu, Mama Dewi tidak pernah memukuli anaknya kecuali sudah melakukan kesalahan yang benar-benar fatal.
"Dika.. Dika..." Suara Mama Dewi tersendat-sendat.
"Dika kenapa, Ma?" Tanya Arya, ia benar-benar penasaran apa yang sudah di lakukan adiknya itu.
"Dia sudah menghamili anak orang...." Jawab Mama Dewi yang terdengar begitu lirih.
"Apa?!" Arya tersentak, dan melepaskan pelukannya. Menatap Mama Dewi tak percaya. Sedangkan Mama Dewi hanya mengangguk sambil menangis.
Bagaimana bisa adiknya yang baru berusia delapan belas tahun dan baru lulus SMA melakukan hal memalukan seperti itu?
Arya mengalihkan pandangannya pada Andika yang masih terduduk di lantai. Kedua tangannya meraih kerah baju Andika. Sementara Andika hanya menundukkan kepalanya, tak berani menatap mata kakak lelakinya.
"Apa benar yang di katakan Mama, Dika? Kalau kau menghamili anak orang?" Tanya Arya, sorot matanya terihat begitu menakutkan bagi Andika.
"A.. Aku...." Andika tergagap.
"Jawab Dika!" Bentak Arya.
"Maaf, Kak..." Andika menundukkan kepalanya. Tangan Arya mengepal erat, Andika memejamkan matanya. Antara siap dan takut menerima amarah sang kakak.
BUGH!
Satu bogem mentah mendarat di wajahnya, membuat Andika jatuh tersungkur ke lantai.
"Andika! Kau benar-benar keterlaluan!" Geramnya. Arya kembali meraih kerah baju adiknya. Mama Dewi yang melihat Arya hendak memukul Andika kembali, langsung mencegahnya.
"Arya, tenang dulu." Kini gantian Mama Dewi yang memegangi putranya.
"Bisa-bisanya kau melakukan hal serendah itu?!" Bentak Arya.
"Bukankah Kakak sudah sering bilang padamu, untuk selalu menghargai seorang perempuan? Tapi kenapa kau malah melakukan hal serendah itu?!" Bentak Arya lagi.
"Maaf Kak, kami terbawa suasana. Dan kami melakukannya atas dasar suka sama suka." Walaupun takut, Andika mencoba menjelaskan.
"Apa? Terbawa suasana? Melakukan atas dasar suka sama suka?" Arya melepaskan cengkramannya.
"I... Iya, Kak. Gadis itu pacarku, namanya Intan. Kami melakukan hal itu saat pesta setelah pengumuman kelulusan dan hanya sekali. Kami juga tidak menyangka kalau itu akan membuat Intan hamil." Terang Andika, matanya melirik Arya dan Mamanya singkat, lalu menunduk lagi.
"Pacar?" Ucap Arya dan Mama Dewi bersamaan.
"Bukannya Kakak sudah melarangmu untuk berpacaran?! Kau itu masih delapan belas tahun!" Seru Arya.
"Maaf, Kak." Hanya itu kata yang bisa di ucapkan Andika, Arya mengusap kasar wajahnya.
"Aku akan bertanggung jawab, aku akan menikahinya." Kata Andika dengan yakinnya.
"Nikah? Kau pikir nikah semudah itu? Kau baru lulus SMA, belum bekerja. Mau kau kasih makan apa istri dan anakmu nanti?" Tanya Arya sarkastik.
"Aku kan bisa kerja di rumah makan atau coffe shop milik Kakak." Jawab Andika dengan entengnya.
Mama Dewi dan Arya saling menatap. Begitu mudahnya Andika berucap seperti itu, dia tidak tahu saja bagaimana rumitnya kehidupan berumah tangga apalagi usia mereka masih sangat muda. Ego dan emosi yang masih sama-sama labil.
"Memangnya kau fikir, Kakak mau mempekerjakan orang sepertimu di tempat Kakak?" Arya balik bertanya.
"Tentu saja, karena Kak Arya adalah kakakku. Dan seorang kakak tak mungkin membiarkan adiknya kesusahan." Sahut Andika dengan yakinnya dan Arya hanya bisa menggeleng mendengarnya.
"Mama... Kak Arya... Aku mohon... Aku dan Intan saling mencintai. Aku ingin menikahinya. Aku janji akan menjadi suami dan ayah yang baik." Andika memohon, mengatupkan tangannya sambil berlutut.
"Mama tidak akan mengizinkan kau menikah!" Tegas Mama Dewi, namun Andika tidak menyerah untuk membujuk wanita yang sudah melahirkannya itu.
"Mama, aku mohon... Kalau aku tidak menikahi Intan, bagaimana dengan anakku nanti? Aku tidak mau Intan melahirkan tanpa suami. Dan apa Mama juga mau, cucu Mama lahir tanpa seorang ayah di sisinya?" Tanya Andika memelas sembari memeluk kaki sang mama.
Sementara Arya diam saja, menatap mama dan adiknya bergantian. Dirinya begitu syok mengetahui tingkah laku adiknya yang sudah kelewat batas. Padahal mereka baru saja lulus SMA tapi sudah berani melakukan hal seperti itu, sementara dirinya yang sudah pacaran selama enam tahun tidak pernah berbuat lebih dari pegangan tangan saja.
Mama Dewi terlihat memijat keningnya. Lalu berucap,
"Mama tidak akan mengizinkan kau menikah, sebelum Arya, kakakmu itu menikah!" Tegas Mama Dewi lagi. Arya tercengang, sepasang netranya melebar mendengar ucapan mamanya.
"Ma, kenapa jadi Arya yang di bawa-bawa?" Arya melayangkan protes. Andika yang membuat masalah, kenapa jadi dirinya yang harus terlibat? Tapi Mama Dewi tidak mengindahkannya.
"Pokoknya Mama tidak mau tahu. Sebelum Arya menikah, jangan harap kau bisa menikahi Intanmu itu!" Seru Mama Dewi, jari telunjuknya menunjuk tepat di depan wajah Andika. Andika menelan salivanya.
Mama Dewi melepaskan pelukan Andika di kakinya, dan berlalu pergi dari sana setelah sebelumnya menatap tajam pada kedua anak laki-lakinya. Meninggalkan mereka berdua yang terpaku di tempatnya.
Ada-ada saja, fikirnya. Kedua putranya benar-benar membuatnya pusing. Kemarin kakaknya yang patah hati karena di khianati oleh kekasihnya padahal sudah hendak melamar. Dan sekarang, adiknya malah menghamili anak orang.
Tapi setidaknya ini bisa menjadi kesempatan yang bagus untuknya. Dengan begini ia bisa memaksa putra pertamanya untuk segera menikah dan itu tidak dengan Mega.
"Kakak harus cepat menikah, kalau tidak aku tak bisa menikahi Intanku." Ujar Andika sambil bangkit dari posisi berlututnya.
"Heh, kau yang buat masalah kenapa jadi aku yang ikut terlibat?" Kesal Arya.
"Karena Kak Arya adalah kakakku, jadi sudah sepantasnya jika seorang kakak terlibat dengan masalah adiknya." Jawab Andika sekenanya. Arya menganga tak percaya mendengar ucapan adiknya. Andika kemudian melenggang dengan santainya meninggalkan sang kakak. Arya mengerjapkan matanya.
"Adikku yang menghamili anak orang, kenapa jadi aku harus ikut menikah juga?" Gumam Arya sambil memijat keningnya.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Ifadah Redmi
selalu memantau thor... sejauh ini keren .. suka sama alur nya... g lebay.. tp heran yg like ko cm dikit... semangat ya thor
2023-03-02
1