Melaporkan

Suasana di kota besar itu tampak baik-baik saja. Namun kini Amet tengah berada di sebuah rumah sakit jiwa, yang berada di kota hujan tersebut.

Kakinya melangkah pelan, menatap nanar pintu ruangan yang tampak menyeramkan. Suara jeritan Susi yang menggema, bak orang frustasi membuat Amet hanya bisa termenung duduk sendiri di koridor pintu masuk.

Matanya tertuju pada layar handphone, yang terus berdering. Ingin sekali pria yang masih berstatus kan suami wanita di dalam sana, memaki seorang mantan yang tidak memahami bagaimana perasaan saat ini.

Namun Amet tetaplah Amet. Pria yang tidak pernah mau melihat orang lain menganggap nya sebagai pria pengecut.

Amet menjawab panggilan telepon dari nomor Nanda tersebut ...

Amet : "Hmm ..."

Bram : "Kau dimana! Ternyata kau membawa kabur istri ku, pria pengecut! Apa kurangnya aku telah bertanggung jawab atas keselamatan istri mu, karena tidak ingin terjadi sesuatu pada Nanda. Sekarang jawab aku, dimana Nanda!"

Amet menghela nafas berat, badannya masih terasa sangat lelah karena beban pikiran, ditambah melihat kondisi sang istri yang sangat mengkhawatirkan ditambah makian dari pria yang telah menghancurkan kehidupan istrinya.

Amet : "Kenapa tidak kau yang mencarinya? Bukankah kau seorang pengacara handal, dan banyak mengenal orang-orang hebat! Kenapa mesti bertanya padaku tentang istri mu!"

Bram terdiam, ia semakin berang bahkan ingin sekali mencekik leher pria yang telah berani mencemoohnya.

Amet di seberang sana juga terdiam tanpa kata.

Bram : "Jawab aku, dimana Nanda!"

Terdengar suara tawa Amet diseberang sana, yang membuat Bram semakin merasa kesal.

Bram : "Jawab aku jujur! Apa benar Nanda hamil anak mu laki-laki keparat? Jika itu benar, aku tidak akan pernah memberikan anak itu padamu! Dan aku jamin, bahwa istri mu akan mengalami hal yang sama, bahkan mengandung benih orang lain, tapi tidak dari benih ku!"

Terdengar Bram tertawa keras sekeras-kerasnya di seberang sana.

Amet yang tidak kuat mendengar suara ejekan dari pria angkuh tersebut, memilih menutup telfonnya.

Perlahan Amet mendongakkan kepalanya keatas, menatap langit-langit rumah sakit jiwa, hanya bisa menangis meratapi nasib dirinya dan istri saat ini.

Terdengar suara Susi yang masih dalam perawatan dokter, kembali berteriak keras untuk melepaskan ikatan tangannya.

Amet melihat tubuh Susi menggunakan baju putih yang tangannya terlilit agar tidak menyakiti diri sendiri.

Ketika Amet melihat istrinya dari balik kaca. Dokter yang menangani Susi mendekatinya, hanya untuk menyampaikan semua perkembangan tentang istri tercinta.

Amet sedikit ketakutan, dan berharap ada keajaiban ketika menanti dokter yang semakin mendekat.

Amet bertanya dengan wajah yang tampak panik, "Bagaimana kondisi istri saya, Dok?"

Dokter menghela nafas panjang, mengusap lembut wajahnya, "Ibu Susi mengalami goncangan yang sangat hebat. Apakah Ibu mendapatkan pelecehan sehingga dia terus meratapi bagian intinya yang terus merasakan sakit. Saya harap, Bapak bisa sabar dalam menghadapi kondisi ini. Karena setelah kami melakukan pemeriksaan, membawa Ibu bercerita saat dia tenang, dia hanya menyebutkan nama seorang pria bernama Bram. Apakah Bapak mengenal pria itu? Jika iya, saya harap Bapak menyelesaikan masalah dengan mereka. Demi istri, juga keutuhan keluarga Bapak!" jelasnya panjang lebar.

Amet semakin geram, dadanya seketika bergemuruh mendengar nama Bram yang selalu ada dalam benak Susi.

'Apa yang dilakukan pria itu selama dua minggu dengan tubuh istriku! Pasti pria itu telah menyakiti perasaan Susi, bahkan membuat dia menjadi seperti ini ... Tuhan, bantu aku untuk mencari jalan keluar ...'

Amet melanjutkan pembicaraannya dengan dokter tersebut, agar dapat merawat dan menjaga Susi, untuk menyelesaikan masalah ini.

'Mumpung wanita itu masih di sini! Aku harus mencari keberadaan Nanda. Karena aku tidak ingin melihat dia hidup dalam kesengsaraan seperti saat ini ...'

Amet menghubungi keluarganya, yang benar-benar belum mengetahui kondisi Susi saat ini, juga menghubungi Tanser hanya untuk sekedar bertanya dimana keberadaan Nanda.

Sepanjang perjalanan menuju kota tempat tinggalnya tersebut, Amet juga menghubungi atasannya, untuk meminta izin dan menceritakan sedikit tentang kondisi sang istri.

Sontak kejadian tersebut menjadi tamparan keras bagi banyak pihak. Karena telah tega menyakiti dan menghancurkan satu keluarga, hanya untuk melindungi sang istri yang telah kabur entah kemana.

Amet : "Sebentar, tadi kamu bilang kalian berada di Jogja bersama Parlin? Apakah dia seorang aparat yang memiliki perkebunan teh di Wonosobo?"

Amet memastikan dari balik telpon untuk memastikan bahwa Nanda baik-baik saja. 

Tanser : "Iya bro! Kamu mengenalnya?"

Amet : "Ya kenal, karena dia itu calon Abang ipar ku! Tapi masih belum ada kejelasan. Bisa aku minta nomor Bang Parlin, bro? Karena aku tidak mengetahui nomor Nanda, aku ingin memastikan bahwa dia baik-baik saja!"

Tanser : "Oke, lima detik lagi aku kirim. Aku rasa mereka lagi di perjalanan. Jika kamu sudah bisa berbicara dengan Parlin, kamu bisa hubungi aku lagi ..."

Amet : "Oke. Aku akan memberi kabar padamu!"

Amet melajukan kendaraannya, dan memilih berhenti di rest area, yang terletak di jalan tol tersebut. Wajah kusut tidak bersemangat, terlihat jelas dari rona wajahnya.

Tak selang berapa lama, seketika mata Amet melihat beberapa mobil mewah memasuki rest area yang sama. Berhenti tidak begitu jauh dari mobil milik pria bertubuh tegap itu.

Amet yang menggunakan topi, dan masker, melihat beberapa pria bertubuh kekar yang pertama keluar dari dalam mobil.

Amet menatap nyalang pada postur tubuh tegap yang memiliki kulit sedikit gelap, yang menghajar nya habis-habisan beberapa waktu lalu, serta beberapa orang yang mengirim istrinya didepan pintu rumah mereka beberapa hari lalu.

Amet terdiam, saat sosok pria berwibawa dan sangat kharismatik, berdiri tegap di hadapannya. Matanya tertuju pada sepatu pantofel hitam, celana jeans, dan baju kaos berwarna dongker.

"Apa kau yang bernama Amet?" sapanya, mengambil kursi untuk duduk di dekat Amet, dengan posisi berhadap-hadapan.

Amet bergidik ngeri, karena pengawalan di tiap sisi dan tiap sudut. Dia menganggukkan kepalanya, hanya menjawab singkat.

"Ya! Apakah kita pernah bertemu?"

Pria itu tersenyum tipis, menghela nafas panjang, "Jadi pria seperti ini yang menjadi harapan Nanda, istri dari bos kami. Apa enggak salah dia jatuh hati sama pria seburuk mu! Ck, aku tidak memiliki waktu banyak, aku hanya ingin memberikan ini!"

Farhat meletakkan satu tas besar berisikan uang, yang di letakkan oleh ajudannya diatas meja atas perintah Bramantyo.

"Apa maksudnya, siapa kau!?" tanya Amet tampak kebingungan.

"Perkenalkan aku, Farhat. Orang kepercayaan Pak Bram! Tinggalkan Nanda. Bapak tidak peduli dengan anak yang Nanda kandung dan jangan melaporkan semua ini kepada pihak lain. Satu hal yang membuat Pak Bram bahagia, anak itu yang ada dalam rahim Ibu Nanda merupakan bayi perempuan. Tinggalkan Nanda dan anaknya! Kau ambil uang ini. Aku permisi!"

Dalam hati Amet sejujurnya tidak membutuhkan uang ataupun harta saat ini. Ia hanya memikirkan bagaimana nasib anak dan istrinya, sehingga tega sekali laki-laki yang berada dihadapannya itu mengancam keselamatan nyawanya.

"Bawa uang ini! Aku butuh perlindungan, dan aku akan melaporkan kalian ke pihak kepolisian!"

BRAK ...!

Farhat menatap tajam kearah Amet, "Lakukan saja! Jika kau ingin melihat istri mu mati di tangan dokter spesialis kejiwaan itu!"

Terpopuler

Comments

G-Dragon

G-Dragon

coba saja lapor met. jangan mau di injek injek oleh orang-orang suruhan Bram 😤

2022-11-29

2

Chay-in27

Chay-in27

segala sesuatu kalau lagi berkuasa sombong yah🤕😥

2022-11-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!