Berapa banyak uang

Nanda tengah menyelesaikan pekerjaannya, yang hampir terpending karena perbuatan Bram. Benar saja, saat ia hendak memasuki kamar, kedua orangtuanya tiba di kediaman mewah itu. Membuat ia hanya bisa tersenyum tipis menyambut orang tuanya, dengan melihat Bram sangat hangat dihadapan mertua tercinta.

Mince bertanya penuh kehangatan pada Bram, "Bagaimana kabar kamu menantu kesayangan, Mama?"

Bram memeluk tubuh Mama mertua dengan penuh kemesraan yang tiada tandingannya. Jika menjadi pemeran utama untuk seorang suami yang berbakti pada kedua orang tua maka pria berusia 38 tahun itulah pemenangnya.

"Baik Ma ... Mama apa kabar? Bagaimana penerbangannya? Lancar, kan?"

"Ooogh ... Lancar menantu ku, besok Mama pulang ke Manado pakai bisnis lagi, ya?" tawanya mengusap lembut punggung Bram.

Bram mengangguk setuju. Sesekali melirik kearah Luky Kaya sang Papa mertua. Pria paruh baya yang berprofesi sebagai rektor disalah satu universitas ternama di Manado.

Keluarga Nanda bukanlah dari keluarga miskin, melainkan ia berasal dari keluarga yang serba berkecukupan dan berpendidikan tinggi.

Namun, petaka bagi Nanda harus dipaksa menikah oleh Mince setelah lulus kuliah sepulang dari Jakarta, dan harus menerima pinangan dari keluarga Bram, yang benar-benar menyukai Nanda sejak dulu.

Ditambah Keluarga Bram berasal dari keluarga terpandang yang merupakan pengacara hebat sekaligus pengusaha sukses di bidang property.

Harta kekayaan Bram yang sangat menggiurkan, membutakan mata hati Mince untuk menerima pinangan Amet kala itu ...

Mince bertanya pada Amet, ketika pria itu mendatangi Nanda 10 tahun silam, "Berapa banyak uang yang bisa kau berikan pada ku, jika menikah dengan Nanda, Met?"

Seketika tenggorokan Amet tercekat, membuat dia tak mampu berkata-kata. Bagaimana mungkin, ia ingin melamar kekasihnya Nanda, tapi pertanyaan Mince membuat Amet harus memutar otaknya.

"Hmm sa-sa-sa-saya hanya seorang buruh pabrik di tambang nikel, Bu. Dan tidak mungkin saya akan memberikan uang yang banyak, karena saya juga mesti manggung dua kakak perempuan saya," jelasnya dengan wajah merah padam.

Mince menyunggingkan senyuman lirih, menyiratkan ketidaksukaannya pada Amet yang menyatakan bahwa dirinya hanya seorang buruh.

"Maaf Nak Amet, Nanda sudah saya jodohkan dengan seorang pengusaha sukses, juga terpandang di Jakarta. Saat ini Nanda sudah tinggal bersama pria itu di sana, jadi kamu tidak ada apa-apanya. Lebih baik, kamu urungkan niat kamu untuk menikahi putri saya. Kamu hanya lulusan sekolah menengah atas, mau jadi apa anak saya menikah dengan kamu? Sementara Nanda dia lulusan sarjana. Kamu tidak pantas untuk putri saya!"

Nanda yang duduk disamping Mince seketika berteriak keras, menolak ucapan sang Mama, karena ia tidak mencintai Bram. Pria yang berasal dari Surabaya, serta terlihat sangat angkuh yang acap kali mengganggu pikirannya.

Ditambah janji-janji manis Keluarga Bram pada Mince untuk memberikan uang dua milyar. Sontak saja mendengar angka dua milyar sangat menggiurkan baginya, sehingga Mince menolak mentah-mentah sosok Amet yang hanya membawa badan saja dihadapannya.

"Apa yang Mama lakukan? Aku mencintai Amet sejak masih sekolah, Ma!" sesal Nanda.

"Kamu mau makan apa Nanda? Cinta? Kamu itu berpendidikan tinggi, tidak mungkin akan aku berikan pada pria yang hanya menjadi buruh ini! Percuma aku menyekolahkan kamu tinggi, jika memiliki suami seperti pria ini!" tunjuknya sarkastik.

"Jadi ...?" geram Nanda ...

"Kamu harus menikah dengan Bram! Karena keluarganya akan datang lusa ke rumah kita!" tegas Mince tak ingin di bantah.

"Hah ...!" Nanda hanya bisa menangis dihadapan Amet, karena tidak tahu harus berbuat apa, untuk memperjuangkan cintanya kala itu.

Ditambah Luky Kaya selaku Papa terbaik Nanda, tidak bisa menolongnya.

Disaat itulah Nanda harus melepaskan Amet, kemudian menikah dengan wanita pilihan keluarganya kala itu.

Namun, pertemuan mereka terjadi kembali. Saat Nanda berada di Cipanas, ketika mengadakan acara rapat bersama para pejabat tinggi kala itu. Membuat benih-benih cinta masa lalu, kembali bersemayam di hati ke-duanya.

Pertemuan yang tidak di sengaja, tanpa Nanda ketahui, bahwa Amet juga memiliki masalah dengan istrinya yang masih berusia 24 tahun. Usia Susi dan Nanda jauh berbeda, tapi karena hidup mereka bagaikan langit dan bumi membuat Nanda terlihat jauh lebih sempurna di mata Amet, dibandingkan istri sahnya kala itu.

"Amet ...?" sapa Nanda saat ia tengah sibuk memilih makanan di restoran siap saji.

"Nan-da ... Ka-ka-kamu di sini?" sambil celingak-celinguk, mencari siapa yang menemani wanita cantik itu, "Sampai kapan? Long time no see? Aku pikir kamu ada di Manado, ternyata ka-ka-kamu ada di hadapan aku sekarang. Kamu sama siapa?" tanyanya bertubi-tubi, merasa kagum melihat kecantikan Nanda walau hampir menginjak kepala tiga.

Nanda yang melihat Amet seperti salah tingkah, sengaja menggoda pria yang menjadi kekasihnya semasa sekolah.

"Kamu masih terlihat gagah. Kayaknya sudah menjadi manager," colek Nanda pada perut Amet yang masih tampak rata.

Amet yang mendapat pujian seperti itu merasa sangat senang, bahkan mengatur nafasnya agar tetap tenang saat berhadapan dengan wanita sesempurna Nanda.

Mereka duduk bersama di restoran itu, saling bercerita tentang pernikahan yang sama-sama berdasarkan perjodohan.

Namun sangat berbeda dengan Susi, yang ternyata tidak memiliki keluarga lagi semenjak menikah dengan Amet. Ditambah keluarga Amet yang selalu menghina dan menindas Susi sebagai istri.

"A-a-aku akan bercerai dengan istri ku, Nan ..." ucapnya pelan saat mereka bertemu kala itu.

Nanda yang mendengar Amet akan bercerai, justru tersenyum sumringah, karena akan mendapatkan perhatian lagi dari sosok sang mantan.

"Hmm Nanda di sini sampai minggu depan. Tapi sesekali balik ke Jakarta, karena harus melihat anak-anak Kevin dan Celo," ceritanya dengan nada lembut, dan sangat menenangkan.

Amet tersenyum sumringah, "Kapan kita bisa bertemu lagi? Apakah malam ini kita bisa jalan-jalan? Menikmati keindahan puncak di malam hari? Ya ... Sambil mengenang masa indah saat di Manado," gelaknya, tanpa di sengaja menyentuh jemari halus tangan Nanda yang terletak di meja.

Gayung bersambut, Nanda berusaha mencari cara untuk menghabiskan malam bersama Amet, tentu saja dengan bantuan Tanser, yang merupakan asisten Nanda dalam menjalani perusahaan milik Bram.

Mereka berdua terbuai, kedua insan yang pernah menjadi pasangan masa remaja itu akhirnya terlena dalam dinginnya malam.

Hotel yang sengaja dipesankan Tanser malam itu, menjadi tempat paling romantis bagi kedua-nya saat melepaskan semua kerinduan yang selama ini tidak pernah mereka lakukan.

"Maafkan aku, Nanda. Ternyata aku masih mencintaimu ..." kecupnya pada punggung telanjang Nanda.

Nanda mengusap lembut tubuh kekar yang masih sama seperti dulu, "Kamu masih lembut saja, Met. Jujur kamu lah cinta yang selama ini aku dambakan ..."

Amet mendekap tubuh Nanda, tak ingin melepaskannya hingga pagi menjelang. Baginya, kenangan masa sekolah masih terasa, bahkan sangat berkesan. Ditambah kedua-nya sama-sama hidup dalam perjodohan keluarga yang sangat berbeda.

"Kabari aku jika kamu kesini lagi yah, sayang ..." kecup Amet saat mereka akan berpisah.

Nanda mengangguk. Tanpa ia sadari beberapa pasang mata tengah memperhatikan gerak-gerik istri kesayangan majikan mereka keluar dari hotel bintang lima tersebut.

Bram : "Pak, Bu Nanda tidak menginap di villa ... Melainkan di hotel yang di pesan oleh Tanser ..."

Pengawal : "Ikuti mereka ..."

Bram : "Siap Pak ..."

Terpopuler

Comments

Chm1327

Chm1327

matre amat emak Nanda 😤😤

2022-11-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!