Ditempat yang berbeda, di villa milik Bramantyo, pengacara kondang sekaligus pengusaha sukses yang sangat di takuti banyak orang karena kekuatan yang tidak akan pernah terkalahkan oleh apapun, tiba dengan angkuhnya.
Bahkan Bram jugalah, dalang dari kematian Keluarga Susi istri Amet kala itu, dengan menabrak mati paman serta keponakannya, tanpa di ketahui oleh mantan kekasih sang istri.
Bram tertawa kecil, "Ini baru peringatan kecil dari ku, laki-laki brengsek. Sebentar lagi, kau akan menyesal telah meniduri istri ku ...!" geramnya, setelah mendengar kabar dari salah satu orang suruhannya.
Kini Bram telah memarkirkan mobilnya di halaman villa yang luas, terlihat mobil hitam doff, milik Amet,.
Dua pria tinggi besar menunggu Bram turun dari mobil, sedikit berbisik ketelinga sang majikan.
Tentu Bram semakin tersenyum senang, bahwa ia akan menjadi orang yang sadis hari ini. Berkali-kali ia menggelengkan kedua lehernya, hanya untuk menghilangkan rasa pegal di pundak.
Bram melangkah ke lantai dua, memasuki kamar yang telah di jaga ketat oleh orang-orang suruhan nya. Dengan senyuman manis dia menatap kearah Susi yang telah terbaring di atas ranjang, dan Amet duduk di kursi berhadapan dengan istrinya.
Amet yang menyadari ada langkah kaki masuk, bertanya dengan suara lantang, "Siapa kalian!? Buka tutup mata ku brengsek. Jangan macam-macam dengan istri ku!!"
Amet berteriak sedikit keras, karena merasa terjebak, oleh pria yang ia dengar tengah berbisik dengan pengawalnya.
Amet terikat di kursi kamar luas villa milik Bram, dengan ikatan yang kencang dan mata tertutup kain hitam, sementara Susi terikat di ranjang kamar yang berukuran kingsize dengan mata tertutup rapat.
Keduanya berteriak keras, namun tak di indah kan oleh Bram, sebagai dalang yang menyekap mereka berdua.
"Ayah! Tolong Ibu, Yah! Ibu takut!" teriak Susi menangis memohon pada Amet yang berusaha melepaskan diri dari ikatan tali yang sangat menyakitkan pergelangan tangannya, dari semalam.
"Brengsek kalian! Lepaskan istriku! Jangan kalian siksa dia!" teriak Amet meronta, menendang-nendang kan kakinya yang masih menggunakan sepatu pantofel berwarna hitam.
Tenaga Amet tak sebanding dengan tiga pria yang menyekap mereka di dalam kamar tersebut, dari kemaren sore.
Entah mengapa seketika tangan Bram dengan sangat tega mulai menghajar Amet hingga babak belur dan cucuran darah yang keluar dari puncak hidungnya, yang membasahi penutup wajah.
BHUG ...!
BHUG ...!
BHUG ...!
Amet menerima pukulan dari tangan kekar pria berotot, membuat dia tidak mampu untuk melawan karena wajah masih tertutup kain hitam.
Sungguh menyakitkan, bahkan saat ini dia harus di hadapkan dengan satu kejadian yang sangat mengiris hati seorang suami saat penutup wajahnya di buka paksa, dan menyaksikan adegan yang menghantam hati dan perasaannya.
"Hei, siapa kau! Lepaskan tubuh mu dari istriku!!!" teriaknya, seakan-akan murka saat melihat Bram di bantu empat pria tengah melepaskan penghalang dan mempermainkan tubuh sang istri, dari ujung rambut hingga kaki ...
"A-a-a-ayah! Tolong Ibu, Yah!!!" teriak wanita muda itu dalam tatapan mata yang ketakutan, saat melihat satu persatu yang akan menyiksanya ...
Susi berteriak keras, namun apalah daya, semua tenaganya habis seketika saat harus menerima perlakuan tidak manusiawi sehingga menghantam miliknya dibawah sana secara bergantian.
Susi berteriak, semakin dia berteriak, semakin gencar Bram tertawa, ketika pria itu menghantam milik istri Amet dihadapan suami sendiri.
"Brengsek kalian! Apa salah ku pada mu pria laknat! Aku akan membalas kalian! Dan aku akan melaporkan kalian kepada pihak berwajib!" teriaknya terus berusaha melepaskan ikatan tali sejak tadi.
Air mata Amet mengalir deras saat melihat mereka lagi menggerayangi istrinya yang sudah terkulai lemah, tanpa berhenti. Bak seorang tawanan, tubuh Susi seakan berada diantara kematian, oleh kelakuan pria yang bergantian, berbuat tidak senonoh pada bagian intinya yang tidak pernah berhenti.
Bagaimana tidak, enam pria bergantian menyiksa Susi dihadapan Amet. Kekejaman yang sangat menyakitkan, bahkan memilukan bagi seorang suami.
Setelah puas mereka menikmati tubuh Susi, tanpa perasaan berdosa dan bersalah, mereka meninggalkan kamar yang terletak di lantai dua tersebut, hanya menyisakan Bram di sana.
Amet berteriak, mencaci-maki Bram yang menggunakan baju kaos dan memperbaiki celana nya.
"Brengsek kau! Kau sakiti istri ku!! Siapa kau, aku tidak mengenal kau iblis!!!"
Bram menghela nafas panjang, mengusap lembut wajah Amet, kemudian menampar wajah itu dengan sangat keras ...
PLAK ...!
PLAK ...!
"Kau tahu siapa Nanda!? Dia istri ku! Istri Bramantyo pengacara terbaik di kota metropolitan laki-laki brengsek! Kau lihat? Bagaimana istri mu, menikmati permainan kami selama tiga jam tanpa henti hmm!!!" Bram meludahi wajah Amet dengan sangat kasar ...
"Ciih ... Lebih baik kau tinggalkan kota ini, dan bawa istri mu yang telah kami nikmati sama-sama, tapi lebih baik aku menjadikannya sebagai permainan ranjang para pengawal ku!" tawanya menyeringai bak iblis yang tak pernah ada perasaan belas kasih.
Bram menatap tubuh telanjang Susi, yang tampak biasa saja, namun sangat berbeda dari milik Nanda.
"Pengawal!!" teriaknya lantang.
Bergegas pengawalnya memasuki kamar, menunduk hormat, "Ya Pak!"
Bram menunjuk jari telunjuknya kearah Susi, dan memberikan perintah, "Bawa dia ke basecamp! Lakukan seperti biasa!"
"Baik Pak ...!" tunduknya, langsung mengerjakan apa yang diperintahkan padanya.
Tubuh Susi yang masih tidak sadarkan diri, karena baru selesai melayani enam pria secara bergantian, membuat ia tak mampu menahan rasa sakit yang sangat menyiksa.
Ditambah, sejak sore kemaren tidak diberikan asupan makanan ataupun minuman sebagai pelepas dahaga.
Amet berteriak keras, "Hei! Mau kalian bawa kemana tubuh istriku, brengsek!!"
Bram menyeringai kecil, "Nikmati dosa mu bodoh!"
Kejam, sadis, itulah cara Bram jika mengetahui bahwa Nanda istri tersayang diganggu oleh siapa saja. Ia tidak akan pernah melepaskan begitu saja, orang-orang yang telah membuat kehidupan rumah tangganya hancur. Termasuk Mira istri keduanya.
Ia membawa Susi hanya untuk menjadikan wanita itu, sebagai pelampiasan nafsu sang para pengawal, jika merasa kesepian, saat berada dalam tekanan pekerjaan. Jika bosan, atau sudah tidak enak, mereka akan mengirim wanita itu ke rumah sakit jiwa. Dengan alasan kematian suami, atau langsung menghabisi nyawanya tanpa jejak.
Kekejaman itulah yang selama ini Nanda dan orang-orangnya ketahui, karena sangat memahami bagaimana sifat Bram yang arogan seperti iblis yang tidak akan pernah bisa menerima kekalahan.
Seketika kamar tampak sunyi, Amet berhasil melepaskan ikatan tali dari kursi besi tersebut dengan menarik paksa, tangannya dari tali yang sangat membekas di pergerakan tangannya, mencari keberadaan istrinya di setiap sudut ruangan villa yang mewah ...
"Ibu, Ibu! Susi!!!"
Tanpa pikir panjang, Amet terus mencari keberadaan istrinya diruangan mewah tersebut, tentu dalam pengawasan seseorang yang tidak ia sadari.
Entah kekuatan dari mana Amet berhasil keluar dari sana, untuk menyelamatkan dirinya sendiri, tanpa menemukan keberadaan Susi istrinya.
Amet yang tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa, karena tak seorangpun yang mengenalnya di kota kecil itu, selain rekan kerjanya.
Amet hanya mencari cara, bagaimana untuk mendapatkan keberadaan Susi, yang telah di bawa oleh Bram, "Agh, sial! Kemana mereka membawa Susi istri ku," sesalnya.
"Nanda, tidak mungkin tahu apa yang di rencanakan oleh suaminya? Tidak mungkin aku akan melaporkan mereka, karena mereka orang berkuasa ...!" gumamnya dalam hati teriris perih.
Amet kembali kekediaman nya menutup pintu rumah rapat, demi memulihkan kondisinya yang babak belur, namun lagi-lagi dia terkenang akan Susi ...
"Maafkan Ayah, Bu! Tolong Bu, Ibu dimana! Ibu di mana ...!?" tangisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Chm1327
matilah perempuan di gituin ... bener-bener psikopat 🥲
2022-11-28
0