Berangkat ke Jogja

Amet masih tampak menggeram, dadanya berkecamuk dan terasa semakin sangat sesak. Ingin sekali ia melawan pria yang ada dihadapannya itu, tapi enggan ia lakukan.

Secepatnya Amet memanggil Farhat yang telah berdiri tegap, agar tidak pergi secepat itu meninggalkannya.

"Tunggu!"

Farhat menyeringai kecil, menoleh sedikit dan membalikkan tubuhnya, "Hmm ada lagi?"

Amet menelan ludahnya, berbicara pelan, karena melihat para pengawal mendekat kearahnya, "Bisa kita bicara sebentar? Karena di sini keluarga ku yang menjadi korban."

Farhat melirik kearah kiri dan kanan, memberi aba-aba pada para ajudannya, agar menjauh dari Amet.

Sedikit penasaran, Farhat memilih tetap tinggal dan duduk di kursi semula.

"Sekarang katakan, apa yang kau mau!" ucapnya berbisik, dengan mematik sebatang rokok.

"Hmm dari mana kau tahu bahwa Nanda menghubungi aku? Dan apa kau terlibat dalam pemerkosaan yang kalian lakukan pada istriku, dan apakah kalian dalangnya!" kesalnya.

Farhat tertawa terbahak-bahak mendengar celotehan Amet yang sangat kontras, dan terdengar sangat lucu, bergumam dalam hati, "Hari gini, mana ada maling yang mau mengakui kesalahannya ..."

"Apa yang lucu, jawab aku brengsek!"

Farhat mendekatkan wajahnya, dia tersenyum puas, "Jika kami dalangnya, kau mau apa? Sekarang tugas mu lupakan Nanda, jangan berharap kau bisa aman karena masih dalam pengawasan ku!"

Amet menggeram, "Bangsat! Apa salah istri ku pada kalian hah! Kini dia sedang mengalami ...," seketika tenggorokannya seakan tercekat.

"Gila! Itu yang Pak Bram rasakan saat mengetahui kalian bermain di belakangnya! Mau lapor, silahkan! Kami menunggu tuntutan mu, dan kami akan membalikkan semua tuntutan itu pada mu! Jika mau bermain dengan kami, aku tunggu. Ini tas, berisikan uang satu milyar! Agar kau ada modal, untuk meninggalkan Nanda dan benih mu yang ada di rahimnya! Ada lagi?"

Amet berang, dia benar-benar marah, darahnya mendidih seketika, mengingat semua kejadian yang dilakukan laki-laki brengsek itu, kepada istrinya untuk menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang suami.

"Kalian memang penjahat berdasi brengsek! Percuma memiliki harta, tapi kalian tidak memiliki etika!"

Amet menghentakkan kakinya ke kursi yang di dudukan Farhat dengan wajah merah padam.

Namun Farhat sama sekali tidak bergeming, dia hanya tertawa kecil melihat tingkah Amet yang semakin menarik perhatiannya.

"Pantas saja Nanda menyukai mu! Ternyata kau seorang pejuang. Tapi sayang Ibu Nanda dalam pengawasan kami! Dia telah dibeli Pak Bram dengan nilai tinggi! Jadi jangan berharap Nanda akan bisa lepas dari kami!"

Farhat kembali tertawa keras, dia tertawa tampak seperti sedang menertawakan kehancuran Amet, bahkan tidak memiliki perasaan kasihan sama sekali.

"Kalian benar-benar brengsek!" Amet mengepalkan tinjunya, dengan rahang semakin mengeras.

Farhat menghentikan tawanya, kembali mencondongkan tubuhnya, "Sekali lagi, kami brengsek? Bukankah di sini aku yang menjadi korban? Kau tiduri istri ku! Hamil, terus kau katakan pada Nanda, kau akan mengambil anak itu dari kami setelah lahir! Enak sekali hidup mu, mau memisahkan bayi dari ibunya!" tegasnya membela diri.

Amet tidak tahu harus berbuat apa, tangan kekarnya mengepal, jika di ikutkan hati ingin sekali dia memukul dan membalas sakit hatinya pada orang-orang suruhan Bram, tapi dia melihat ajudan yang masing-masing memiliki senjata, bahkan dia sangat yakin, bahwa pria yang berdiri di dekat mobil yang terparkir itu ikut menikmati tubuh istrinya kala itu.

Nafasnya terasa sangat berat, matanya memerah, "Tapi apakah dengan dua belas orang itu yang menjadi balasan untuk ku? Ini enggak adil! Tuhan yang akan balas perbuatan keji kalian! Aku yakin itu! Sekarang kalian sedang berkuasa, dan masih banyak orang yang tunduk pada bos mu! Tapi aku pastikan keadilan itu akan ada!"

Farhat semakin terpukau, bahkan dia kembali tertawa, "Wowh, bisa jadi suatu hari kuasa kami tidak akan ada apa-apanya. Tapi kali ini kami menang banyak dari mu! Nanda tetap milik Pak Bram dan anak perempuan yang dia kandung. Ya, sakit hati Pak Bram terbalas! Karena sejak mereka menikah, hanya nama mu saja yang wanita itu sebut! Bahkan sampai saat ini dia tidak pernah mencintai Pak Bram! Sakit, menikahi wanita yang tidak pernah mencintai Pak Bram! Kau tahu itu!"

Amet menatap lekat mata Farhat yang memiliki dendam lebih mengerikan jika membayangkan Susi istrinya.

"Hmm kalian mengatakan Pak Bram mencintai Nanda! Tapi apa yang kalian ketahui tentang Nanda hah!?" geramnya.

Farhat melihat jam tangannya, dia tersenyum tipis, "Aku permisi! Satu lagi, ini modal untuk kau menuntut kami!" tawanya menyeringai kecil.

"Bangsat kalian!"

Farhat tertawa dan semakin menjauh, melambaikan tangannya memberi tanda bahwa dia selalu menang.

Amet terdiam, "Aku akan membalas sakit istri ku, padamu dengan cara ku sendiri, laki-laki jahanam. Aku yakin dia memiliki kelemahan. Aku akan mencari keberadaan Nanda ...!"

Amet bergegas meninggalkan rest area, membuang puntung rokok yang ia hisap saat Farhat berlalu meninggalkannya dengan wajah memerah.

Entah apa yang ada di benak Amet saat ini. Penyesalan sudah pasti, karena berani berurusan dengan istri orang yang memiliki suami psikopat seperti Bramantyo.

"Nanda itu hamil anak manusia, bukan anak boneka atau jin! Laki-laki jahanam, tidak punya perasaan ataupun belas kasih terhadap orang yang lemah ...!"

Dia menoleh kearah tas besar, memilih menghentikan mobilnya di sebelah kiri, untuk memeriksa isi tas yang berisikan uang satu milyar.

Perlahan Amet membuka resleting tas yang ada di sebelahnya, seketika pupil nya membelalak besar, entah benar uang ini bernilai satu milyar, entah ini hanya rekayasa ataupun penipuan. Namun, seumur hidupnya baru kali ini dia melihat uang sebanyak itu.

Amet berpikir sejenak, 'Jika aku meninggalkan Nanda berarti aku terima pembalasan pria jahanam itu pada istri ku! Jika aku melawan, siapa yang akan membantu? Dia bilang ini untuk modal menuntutnya. Berarti dia yakin aku akan kalah! Agh ... Seumur hidup baru kali ini bertemu dengan orang seangkuh dia! Benar-benar bangsat!'

Lagi-lagi Amet menekan pedal gas, menuju kotanya untuk menyelesaikan permasalahannya dengan Nanda.

Lebih kurang dari 45 menit perjalanan, Amet tiba di kediaman keluarganya. Dia tidak menceritakan tentang uang satu milyar. Yang dia ceritakan hanya tentang Susi dan Nanda.

Amet menatap lekat wajah sang kakak yang biasa ia sapa Lani, "Apa yang harus aku lakukan, Kak? Apakah aku harus meninggalkan Nanda dan anak yang ada dalam kandungannya? Saat ini Nanda pasti sedang membutuhkan aku!"

Lani berpikir sejenak, "Jangan hancurkan hidup mu dan Susi hanya untuk Nanda, Met. Saran Kakak, kamu tinggalkan Nanda, kembalilah dengan Susi, karena dia sangat membutuhkan mu saat ini!"

Amet terdiam, dia menatap langit-langit rumah keluarganya. Matanya seketika berkaca-kaca, jika mengenang sosok Nanda yang pernah menjadi bagian penting dari masa lalunya, yang kini tengah terpenjara dalam kungkungan seorang suami psikopat seperti Bram.

"Apa aku lakukan saja? Agar aku tahu bagaimana hubungan mereka sebenarnya, untuk merebut Nanda, dan membalas perlakuan Bramantyo terhadap Susi istri ku. Aku harus berangkat ke Jogja, untuk menyelesaikan semua ini ...!"  

Terpopuler

Comments

G-Dragon

G-Dragon

jangan main-main met, bagus kau hubungi Parlin, dan pinta dia tangkap Bram 😤

2022-11-29

3

Chay-in27

Chay-in27

kejar Nanda, met 😤🤕

2022-11-29

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!