Segala kepalsuan yang diciptakan Bram dihadapan mertuanya tampak semakin sempurna, ketika perlahan tangan kekarnya mengusap lembut perut Nanda dihadapan Mince juga Luky, saat wanita itu sedang menghidangkan menu masakan untuk makan siang mereka.
"Nanda hamil, Ma. Hamil anak ketiga kami. Feeling Bram, Nanda hamil anak perempuan. Karena dia begitu malas melayani suami," sindirnya dengan penuh senyuman, serta pupil yang membulat besar menatap Nanda.
Nanda hanya bisa menahan kaku, tanpa menoleh kearah Mince namun memberi isyarat pada Luky.
Dengan nada marah, dan tatapan garang Mince langsung menghardik putrinya, "Eeeh Nanda, kamu kalau lagi hamil, jangan nekuk gitu wajahnya. Ntar suami kamu nikah lagi lho, baru tahu rasa!"
Nanda tidak menghiraukan ucapan sang Mama, baginya semua yang di ciptakan Bram hanya untuk memastikan bahwa dirinya bahagia selama delapan tahun pernikahan mereka, ditambah dua anak laki-laki yang tampan dan tidak banyak permintaan.
Kevin dan Celo, ibarat anak kembar, yang hanya berjarak satu tahun. Membuat Nanda sedikit kewalahan ketika harus mengurus anak sekaligus menjalankan perusahaan Bram selama ini.
Mince menoleh kearah Luky, sambil berkata, "Pa ... Nasehatin anak kamu. Kalau menghidangkan makanan untuk suami itu harus selalu tersenyum, jangan menekuk gitu wajahnya. Belum pernah merasakan di madu kamu, ya!" geramnya lagi berceloteh.
Nanda yang semakin malas berbasa-basi langsung meninggalkan ruang makan, berlalu dengan langkah cepat menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Bram yang tidak senang di perlakukan seperti itu oleh Nanda dihadapan orang tua, mencoba untuk memanggil dengan sangat baik ...
"Sayang ... Ayolah, Mama lagi bercanda. Kita harus kerumah sakit, Nanda!" tegasnya, namun tak diacuhkan oleh wanita yang telah membanting pintu kamar dengan sangat keras.
BRAK ...!
Bram memejamkan matanya, menggeram kesal, berusaha tenang, kemudian berdiri, "Ma, Pa ... Makan dulu yah? Biar Bram yang urus Nanda. Akhir-akhir ini dia seperti itu terus karena yah ... Banyak pekerjaan yang harus di selesaikan nya."
Bram menaiki anak tangga dengan langkah tergesa-gesa, tentu saja meninggalkan dua baby sitter Kevin dan Celo yang tampak ketakutan karena telah mengetahui apa yang akan terjadi.
Benar saja, Bram membuka pintu kamar dengan sangat pelan, kemudian menutupnya. Namun, dia langsung mendekati Nanda kemudian meremas kuat lengan istrinya dan melemparnya ke ranjang peraduan mereka.
"Mas!" pekik Nanda menantang.
Bram membulatkan matanya, menatap netra yang menantang nya, "Apa? Apa!? Apa kau mau aku perlakuan seperti budak di rumah ini!? Sekarang buka baju mu! Sebelum aku yang memaksa mu!"
"Tidak!"
"Sepertinya kamu lebih menyukai cara ku, Nanda ...! geramnya meraih tubuh istrinya dengan sangat kasar.
PLAK ...!
PLAK ...!
PLAK ...!
Bertubi-tubi tamparan keras Bram layangkan ke tubuh Nanda, membuat wanita itu semakin melawan dengan sekuat tenaga ...
BHUG ...!
BRAK ...!
Nanda berhasil melayangkan satu pukulan di wajah Bram dan membuat pria itu terjerembab di lantai kamar ...
"Brengsek kau, Nanda!" teriaknya ...
Bram yang mengetahui Nanda akan berlari kencang menuju pintu kamar, dengan langkah cepat dia meraih hendel pintu kamar kemudian menguncinya dengan satu tangan, dan menarik kunci tersebut.
Nanda tidak menangis, dia sudah terbiasa diperlakukan kasar oleh Bram selama pernikahan mereka, dan langsung berlari menuju meja rias, untuk mencari gunting atau apapun, agar bisa membalas sakit hatinya pada Bram ...
Akan tetapi, lagi-lagi Bram lebih dulu meraih tubuh istrinya, mendekap dari belakang, kemudian membawanya kembali keatas ranjang, dengan mengungkung tubuh Nanda yang terus menerus mencoba melepaskan dirinya.
Dengan berani Nanda meludahi wajah Bram, langsung berkata, "Ciih ... Aku jijik sama kau! Kau tidak lebih dari laki-laki pengecut, Bram! Kau perlakukan aku seperti binatang peliharaan mu! Kau pikir, aku bahagia dengan mu!"
Bram yang mendengar penuturan Nanda, dan melihat keberanian istrinya hanya bisa tersenyum lirih, "Baiklah ... Aku akan memperlakukan mu dengan sangat baik untuk hari ini. Karena besok, kau akan mengetahui apa yang akan aku lakukan pada mantan kekasih mu itu. Dan tinggal pilih, siapa yang akan menjadi pemenang ... Aku atau Amet, Nanda ..." bisiknya perlahan di telinga kanan Nanda dan langsung mencium leher jenjang itu dengan penuh semangat.
Entahlah, lagi-lagi Nanda hanya bisa pasrah ... Saat menerima perlakuan Bram yang sangat buas melakukan hal itu lagi dan lagi diatas tubuhnya.
Beberapa kali Nanda berusaha untuk menahan rasa yang bercampur aduk, agar tidak mengeluarkan suara dessahan atau bahkan membangkitkan gairah laki-laki laknat yang tanpa perasaan memompa di bawah sana.
"Mashh sa-sa-sa-sakit ... Nanda hamil Mashh ..." Hanya kata-kata itu yang mampu terlontar dari bibir tipisnya.
Bram tak menghentikan kegiatannya, dia semakin ganas, bahkan berbuat sesukanya pada tiap inci tubuh Nanda.
Hanya deraian air mata yang terus mengalir, bahkan tak ada rasa cinta dihati Nanda untuk Bram yang selama ini tak henti-hentinya memperlakukan nya sangat buruk.
"Ahh ..." Bram menghentakkan pinggulnya beberapa kali, dengan keringat mengucur deras membasahi tubuhnya, dan ambruk di samping Nanda.
"Aku sangat menyayangi mu, Nanda. Tolonglah lembut pada ku! Bersiap-siaplah, kita ke rumah sakit. Karena aku ingin kamu mengetahui usia kehamilan mu. Besok, kamu selesaikan semua pekerjaan terakhir dengan Tanser, dan pecat dia dari kantor. Aku tidak ingin dia terus menerus menghasut mu!" tegasnya beranjak dari ranjang untuk membersihkan diri.
Entahlah, Nanda di buat seperti wanita yang tidak berharga oleh Bram, semenjak menikah. Bahkan, pernikahan mereka mampu bertahan hingga delapan tahun, karena ancaman pria laknat itu dapat menemukan di manapun Nanda berada.
"Tuhan, rasanya aku ingin mati! Kenapa Mama tega menjual aku dengan pria yang tidak memiliki perasaan ini ..." tangisnya kembali terdengar.
.
Tidak harus menunggu lama, kini kedua pasang suami-istri itu telah tiba di rumah sakit, tempat Nanda biasa melakukan pemeriksaan kandungan.
Bram tersenyum sumringah, saat melihat layar USG lima dimensi yang memperlihatkan bagaimana kondisi janin Nanda di dalam perut yang masih terlihat rata tersebut, sambil bertanya ...
"Bagaimana Dokter? Apakah anak ku perempuan?"
Dokter spesialis kandungan tersenyum lebar, "Ya Mas Bram, ini kelihatan Luna Mayanya," tunjuknya pada layar, "Walau masih memasuki usia delapan minggu. Saya harap bulan depan bisa kontrol lagi, dan kita bisa memastikan lebih jelas lagi."
Bram menghampiri Nanda, berbisik ketelinga wanita itu, "Dia anak ku, Nanda ... Dan kamu akan selalu bersama ku! Usianya delapan minggu, sementara dua bulan lalu kamu tidak bersama ku. Aku sudah memastikan bahwa mantan mu, akan mati di tangan ku!" senyumnya bak devil menyeringai lebar.
Nanda mengalihkan pandangannya kearah lain, bibirnya bergetar, dia sangat mengetahui bagaimana Bram akan bertindak untuk membalaskan sakit hatinya, dan menghancurkan Amet tanpa perasaan berdosa ...
"Amet, lindungi dirimu. Tinggalkan kota itu cepat!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments