Tolong!

Mendengar penuturan dari asisten rumah tangga, tentang penculikan Nanda, membuat Bram menyeringai bkecil, membayangkan bagaimana ketakutan wanita cantik itu saat ini.

"Kamu mau kemana, sayang ... Palingan kamu hanya bisa pergi di daerah puncak. Karena aku tahu, selama ini kamu tidak memiliki uang yang cukup banyak untuk kabur dari ku ..." tawanya semakin lebar.

Seketika matanya tertuju pada Kevin dan Celo, yang tengah bermain-main bersama kedua orangtuanya.

Entah mengapa, kali ini Bram ingin sekali menghabiskan waktu bersama Nanda, yang akhir-akhir ini sangat menggairahkan bahkan semakin menyenangkan. Namun, lagi-lagi ia terkenang akan kabar yang di berikan oleh orang suruhannya tentang penculikan istri tersayangnya.

Bergegas Bram, meninggalkan kediaman orangtuanya, tanpa harus berpamitan, karena melihat mereka tengah asik bersenang-senang dengan bernyanyi bersama, yang menjadi kebiasaan mereka jika berkumpul bersama.

.

Sementara di tempat berbeda, Nanda masih meringkuk di dalam mobil Fortuner hitam, yang kemudikan oleh satu sopir serta satu orang pria, dan seorang wanita yang tengah mengarahkan satu botol air mineral kearahnya.

"Minumlah Nyonya. Kami orang suruhan Pak Parlin, dia meminta kami untuk membawa Anda ke salah satu tempat di Wonosobo. Jika Anda capek, atau lapar, katakan saja, karena di belakang banyak makanan yang kami beli untuk Anda, sesuai perintah Bapak," jelasnya kaku.

Perlahan Nanda melirik kearah belakang, sambil merogoh satu tiket kereta api yang ia dapat dari Tanser.

"I-i-ini saya dapat dari Tanser. Apakah kamu mengenalnya?" tanyanya sedikit penasaran, dan tampak gugup.

Wanita yang berkisar berusia 30 tahun itu hanya tersenyum, "Kemaren kami mengurus pria ini. Hari ini Anda. Apa kalian sedang berada dalam ancaman? Hmm eee panggil saja nama ku, Loli. Apakah kamu mengenal Pak Parlin?"

Nanda menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Hmm a-a-a-aku Nanda, terimakasih telah membantu ku. Mungkin Tanser sudah menceritakan tentang keadaan aku. Ta-ta-tapi saat ini aku takut. Ma-ma-maaf, karena eee hmm sudahlah. Yang penting bawa aku pergi jauh dari kota ini," jelasnya dengan mata berkaca-kaca.

Nanda mengalihkan pandangannya kearah lain, mencoba untuk menikmati perjalanannya, yang mungkin akan menghabiskan waktu sangat lama, karena kondisinya yang tengah mengandung.

Kali ini, Nanda tidak ada pilihan sama sekali. Dia harus pergi meninggalkan kemewahannya yang selalu diberikan Bram, demi menyelamatkan diri sendiri, tanpa harus memikirkan bagaimana nasib kedua putra kesayangannya.

"Maafkan Mami Kevin, Celo ... Kita pasti akan bertemu, setelah Mami menyelesaikan semua urusan dengan Papi ..." isaknya sepanjang perjalanan.

Entah mengapa, perasaan Nanda semakin berkecamuk, karena perasaan yang bercampur aduk setelah meninggalkan kediamannya.

Bagaimana mungkin, selama delapan tahun ia hidup dalam kemewahan dan bergelimang harta, harus meninggalkan segala kemewahan itu demi menyelamatkan dirinya sendiri.

Seketika terlintas dalam benak Nanda tentang Amet. Yah ... Mantan kekasih masa lalunya, yang hingga saat ini tidak tahu bagaimana kabar sang mantan kekasih, membuat Nanda tersentak.

"Amet ... Amet, kamu dimana? Apakah kamu baik-baik saja? Kenapa Mas Bram membawa anak-anak ku ke Surabaya? Apakah dia tengah merencanakan untuk menyakiti aku juga Amet? Oogh Tuhan, jangan sampai terjadi sesuatu pada pria yang selama ini aku cintai, karena aku mengandung benihnya. Aku ingin Amet melihat anaknya. Anak yang ada dalam kandungan ku ..." Nanda kembali menangis, meratapi nasibnya, yang jauh dari kata baik.

Loli yang melihat Nanda seperti berada dalam tekanan, membuat ia lagi-lagi bertanya pada wanita berusia 29 tahun tersebut ...

"Ma-ma-maaf Bu, apakah Anda baik-baik saja?"

Bergegas Nanda mengusap lembut wajah cantiknya, berusaha tersenyum walau sejujurnya dia enggan melakukannya. Kembali Nanda merebahkan tubuhnya lebih dalam di jok penumpang, dan berusaha memejamkan kedua bola matanya, karena perasaan lelah ...

.

Lebih kurang sepuluh jam perjalanan menuju Wonosobo, membuat Nanda merasa kelelahan, dan akhirnya benar-benar terlelap karena mereka tiba pukul 02.00 dini hari ...

Mobil hitam itu berhenti di sebuah rumah mewah milik Parlin. Pria berusia 37 tahun itu langsung menggendong tubuh Nanda agar wanita itu tidak terjaga.

Loli berbisik ketelinga Parlin, "Hati-hati Pak. Sepertinya dia anak orang kaya, dan tengah mengandung. Tapi saya tidak banyak tanya, karena saya mengagumi kecantikan wajahnya saja," godanya mengejek pria yang berprofesi sebagai pengusaha sekaligus aparatur negara tersebut.

"Husst ... Jangan berisik. Oya, buka pintu kamar itu!" tunjuk Parlin, menggunakannya bibirnya yang membulat.

Bergegas Loli membuka pintu kamar, sambil mengerenyit masam. Ia memberikan tunjuknya pada Parlin, "Hei ... Kenapa Bapak meletakkan dia tidur di kamar pribadi? Hmm jangan bilang Bapak akan mendekati wanita ini! Ingat Pak, tidak boleh mendekap wanita yang tengah mengandung!" tegasnya mengingatkan.

Parlin menautkan kedua alisnya, karena ketidaksukaan nya terhadap celotehan wanita yang belum pernah merasakan mahligai rumah tangga itu.

"Diam kamu! Walau saya duda, tapi saya tidak seburuk yang kamu pikirkan!" hardiknya karena kesal.

Loli melenggang keluar kamar, tanpa perasaan berdosa, setelah menjulurkan lidahnya pada pria gagah tersebut.

Parlin menautkan kedua alisnya, ketika merebahkan tubuh Nanda yang masih tampak nyaman saat kepalanya menyentuh bantal. Membuat ia bergumam dalam hati ...

"Apa yang terjadi pada wanita ini ...? Apakah Tanser sangat dekat dengan dia sehingga memintaku untuk memberikannya uang cash sebesar 50 juta itu. Tapi menurut Loli wanita ini dari kalangan keluarga berada, tapi kenapa dia tidak memiliki uang ...?"

Pertanyaan-pertanyaan itu, membuat Parlin semakin penasaran, mencari identitas pria yang bernama Bramantyo sesuai arahan Tanser beberapa hari lalu.

Betapa takjubnya Parlin, saat melihat foto-foto Bram yang terpampang jelas ketika baru mencari nama pria yang seumuran dengannya ... Memiliki dua orang putra, sambil merangkul bahu Nanda, bak keluarga bahagia tanpa celah yang memberi isyarat, bahwa keluarga itu tidak bahagia ...

"Mengapa mereka tampak seperti sempurna ...? Apakah semuanya rekayasa, serta membuat wanita cantik ini ingin terlepas dari genggaman pria tersebut ... Kalau di lihat-lihat dia memang sangat sukses, tapi mengapa perusahaannya tidak terdaftar di persatuan para pengusaha ...?"

Parlin merebahkan tubuhnya di sofa kamar, mencoba memejamkan mata, sambil menunggu ayam jantan berkokok.

.

Lebih kurang dua jam Parlin terlelap, kembali ia tersentak karena harus melakukan aktivitasnya sebagai pemilik peternakan sapi perah dan perkebunan teh khusus kesehatan. Membuat ia harus bangun lebih pagi, untuk memberi contoh kepada 200 orang pekerjanya ...

"Selamat pagi Pak Parlin ..." sapa para ibu-ibu yang akan melakukan aktivitas mereka menuju perkebunan.

"Hmm pagi ..." senyumnya menyeringai lebar.

Akan tetapi, saat mereka akan melakukan semua aktivitas seperti biasa, seketika terdengar suara seorang wanita yang berteriak dengan sangat keras, sehingga terdengar menggelegar lantang di kediamannya tersebut ...

"TOLONG! TOLONG!"

Bergegas Parlin berlari kencang menaiki anak tangga menuju kamar pribadinya, hanya untuk memastikan kondisi Nanda. Wanita yang akan ia lindungi saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!